SURAU.CO – Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita temui kebiasaan sebagian orang yang makan atau minum sambil berjalan, terutama di zaman modern ini ketika kesibukan dan kecepatan menjadi gaya hidup. Orang terburu-buru menuju kantor sambil menggigit roti, mahasiswa meneguk kopi di perjalanan menuju kampus, atau pejalan kaki di pusat kota yang meneguk air mineral tanpa berhenti.
Namun, sebagai seorang Muslim, setiap perilaku seharusnya tidak hanya diukur dari sisi kebiasaan umum atau kepraktisan semata, tetapi juga dari sisi adab — tata krama dan etika yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Maka timbul pertanyaan penting: Apakah makan dan minum sambil berjalan sesuai dengan adab seorang Muslim?
Adab Dalam Islam: Lebih dari Sekadar Formalitas
Islam bukan hanya mengatur perkara ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat, tetapi juga memberi tuntunan dalam urusan yang dianggap kecil dalam kehidupan sehari-hari, termasuk cara makan dan minum. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa adab adalah cerminan dari iman dan kesempurnaan akhlak seseorang.
Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)
Adab makan dan minum pun termasuk dalam bagian dari akhlak yang mulia ini. Islam memandang kegiatan makan bukan hanya sebagai kebutuhan biologis, tetapi juga sebagai bentuk ibadah apabila dilakukan dengan niat yang baik dan cara yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ.
Sunnah Rasulullah dalam Makan dan Minum
Dalam banyak hadis sahih, Rasulullah ﷺ memberi contoh yang indah tentang tata cara makan dan minum. Beliau tidak hanya memerintahkan agar kita makan makanan yang halal dan baik, tetapi juga mencontohkan sikap penuh kesantunan dan ketenangan saat makan.
Beberapa adab yang dicontohkan Rasulullah ﷺ antara lain:
- Makan dan minum sambil duduk.
Dalam riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu disebutkan:
“Sesungguhnya Nabi ﷺ melarang seseorang minum sambil berdiri.”
(HR. Muslim)Dalam riwayat lain:
ﷺ melarang seseorang minum sambil berdiri.”
“Rasulullah
(HR. Ahmad dan Muslim)Walaupun ada hadis yang menunjukkan bahwa beliau pernah minum sambil berdiri, para ulama menjelaskan bahwa hal tersebut bersifat rukhsah (keringanan), bukan kebiasaan yang utama.
- Tidak terburu-buru saat makan.
Rasulullah ﷺ makan dengan tenang, mengunyah dengan baik, dan tidak berlebihan. - Menggunakan tangan kanan saat makan dan minum.
- Mengucapkan basmalah sebelum makan dan hamdalah setelahnya.
Dari sini kita dapat melihat bahwa makan dan minum bukan hanya sekadar aktivitas untuk mengisi perut, melainkan juga latihan untuk menanamkan adab dan ketenangan diri.
Hukum Makan atau Minum Sambil Berdiri dan Berjalan
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum makan dan minum sambil berdiri atau berjalan. Namun, secara umum, hukum asalnya adalah makruh, bukan haram — artinya tidak berdosa jika dilakukan, tetapi lebih baik ditinggalkan.
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim:
“Larangan minum sambil berdiri bukanlah larangan haram, tetapi larangan makruh. Apabila seseorang minum sambil berdiri, maka tidak berdosa, tetapi meninggalkannya lebih utama.”
Sementara itu, Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ pernah minum sambil berdiri untuk menunjukkan kebolehan, agar umat tidak menganggapnya haram. Namun, beliau lebih sering minum sambil duduk karena itulah yang lebih sesuai dengan adab dan ketenangan seorang Muslim.
Adapun makan sambil berjalan, para ulama juga menyatakan hal yang sama. Hukumnya tidak haram, tetapi tidak sesuai dengan adab dan ketenangan seorang Muslim. Rasulullah ﷺ tidak pernah dicatat makan sambil berjalan. Beliau selalu makan dalam keadaan tenang, duduk, dan bersyukur atas nikmat Allah.
Anjuran Duduk Saat Makan dan Minum
Anjuran ini tidak hanya bersifat adab, tetapi juga memiliki hikmah yang dalam — baik dari sisi spiritual, psikologis, maupun kesehatan.
a. Dari sisi spiritual. Duduk saat makan dan minum menumbuhkan rasa syukur dan kesadaran bahwa nikmat tersebut datang dari Allah ﷻ.
Dengan duduk, seseorang dapat menenangkan diri, mengucapkan basmalah, makan dengan perlahan, dan menutup dengan hamdalah.
Ini membuat aktivitas sederhana menjadi ibadah bernilai pahala.
b. Dari sisi akhlak dan kepribadian. Seorang Muslim yang makan dengan tertib dan tenang menunjukkan kematangan akhlak. Sebaliknya, orang yang makan atau minum sambil berjalan sering kali terlihat tergesa-gesa dan kurang menghargai nikmat makanan itu sendiri.
Rasulullah ﷺ mengajarkan agar kita menghormati rezeki — bahkan remah makanan pun beliau suruh untuk diambil dan tidak disia-siakan.
c. Dari sisi kesehatan. Para ahli kesehatan modern pun membenarkan bahwa makan atau minum sambil berjalan dapat berdampak buruk pada tubuh. Saat berjalan, sistem pencernaan belum siap menerima makanan; posisi tubuh yang bergerak membuat proses pencernaan tidak optimal.
Minum sambil berdiri juga disebut dapat mengganggu keseimbangan cairan dalam tubuh dan menyebabkan gangguan ginjal atau pencernaan.
Meskipun tidak selalu fatal, hal ini menunjukkan bahwa sunnah Nabi ﷺ sejalan dengan prinsip kesehatan yang baik.
Fenomena Modern: Praktis Tapi Mengikis Adab
Budaya modern sering kali menjunjung kecepatan dan efisiensi, tetapi mengorbankan ketenangan dan tata krama. Dalam dunia yang serba cepat ini, orang makan di kendaraan, minum sambil berjalan, atau bahkan makan sambil bekerja di depan komputer.
Kenyamanan dan kepraktisan sering dijadikan alasan, tetapi tanpa disadari, kita kehilangan nilai-nilai adab yang diajarkan Islam.
Seorang Muslim seharusnya berbeda. Ia tidak sekadar mengikuti kebiasaan umum, melainkan menimbang setiap perbuatannya berdasarkan adab dan tuntunan syariat.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Tidaklah sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik.”
(HR. Tirmidzi)
Artinya, adab makan dan minum — meski tampak sederhana — termasuk bagian dari akhlak yang akan memberi berat timbangan kebaikan kita di akhirat.
Bagaimana Jika Terpaksa Makan atau Minum Sambil Berjalan?
Dalam kondisi darurat atau terpaksa, seperti seseorang yang sangat kehausan saat berjalan jauh atau dalam perjalanan panjang tanpa tempat duduk, maka hal tersebut diperbolehkan. Islam adalah agama yang penuh kemudahan dan tidak memberatkan umatnya.
Namun, setelah keadaan memungkinkan, sebaiknya kembali kepada adab yang lebih utama: duduk dan tenang saat makan atau minum.
Sebagaimana firman Allah ﷻ:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Jadi, ketika dalam keadaan biasa, tidak ada alasan untuk meninggalkan adab yang telah dicontohkan Rasulullah ﷺ hanya karena alasan terburu-buru atau malas berhenti sejenak.
Mendidik Diri dan Anak dengan Adab
Salah satu cara terbaik menjaga generasi Muslim dari pengaruh buruk budaya modern adalah dengan menanamkan adab sejak kecil.
Ajarkan anak-anak untuk duduk saat makan dan minum, menggunakan tangan kanan, mengucapkan basmalah, dan tidak berbicara atau bermain-main dengan makanan.
Dengan cara ini, mereka tumbuh menjadi pribadi yang menghargai nikmat dan memahami nilai kesantunan dalam Islam.
Rasulullah ﷺ sendiri pernah menasihati anak kecil dengan lembut dalam hal adab makan. Dalam sebuah hadis dari Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu, beliau bersabda:
“Wahai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat denganmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Pilih Adab, Bukan Sekadar Kebiasaan
Makan dan minum sambil berjalan bukanlah perbuatan haram, tetapi jelas tidak sesuai dengan adab Islam. Rasulullah ﷺ mencontohkan ketenangan dan kesantunan dalam setiap aktivitas, termasuk makan dan minum. Duduk, bersyukur, dan makan dengan tenang adalah cerminan hati yang penuh kesadaran akan nikmat Allah.
Bagi seorang Muslim, adab adalah cermin keimanan. Ia menandakan bahwa kita tidak hidup sekadar mengikuti tren atau kebiasaan masyarakat, tetapi berusaha menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ yang penuh hikmah dan kebijaksanaan.
Maka, meskipun dunia kini serba cepat dan praktis, mari kita jaga adab ini. Duduklah saat makan dan minum, nikmati rezeki dengan tenang, dan jadikan setiap suapan sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Karena pada akhirnya, adab adalah keindahan yang membedakan seorang Muslim sejati dari dunia yang semakin tergesa-gesa.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga Allah ﷻ memberi kita taufik untuk mengamalkan sunnah Nabi ﷺ dalam setiap aspek kehidupan, sekecil apa pun itu — termasuk dalam cara kita makan dan minum.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
