SURAU.CO – Editorial Pembuka: Islam datang bukan hanya sebagai sistem kepercayaan, tetapi sebagai sistem kehidupan yang menyatukan akidah, ibadah, akhlak, dan hukum. Setiap aturan Allah adalah jembatan antara kehormatan manusia dan rahmat Allah. Ketika manusia memisahkan agama dari kehidupan, ia memutus tali penghubung dengan Pencipta, dan yang tersisa hanyalah kehampaan moral, kekacauan sosial, dan kehancuran kemanusiaan.
Sekularisme adalah ide yang memisahkan agama dari kehidupan, telah menjadi racun peradaban modern. Ia menjanjikan kebebasan, namun memberi kehinaan. Ia mengaku menegakkan kemanusiaan, namun justru menumpahkan darah manusia lebih dari ideologi mana pun dalam sejarah.
𝗗𝗔𝗟𝗜𝗟 𝗦𝗬𝗔𝗥‘𝗜: 𝗜𝗦𝗟𝗔𝗠 𝗠𝗘𝗡𝗢𝗟𝗔𝗞 𝗣𝗘𝗠𝗜𝗦𝗔𝗛𝗔𝗡 𝗔𝗚𝗔𝗠𝗔 𝗗𝗔𝗥𝗜 𝗞𝗘𝗛𝗜𝗗𝗨𝗣𝗔𝗡
Allah ﷻ berfirman:
> “Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka.”
(QS. Al-Mā’idah [5]: 49)
Dan dalam ayat berikutnya:
> “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS. Al-Mā’idah [5]: 50)
Ayat-ayat ini menjadi 𝙛𝙤𝙣𝙙𝙖𝙨𝙞 𝙥𝙚𝙣𝙤𝙡𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙄𝙨𝙡𝙖𝙢 𝙩𝙚𝙧𝙝𝙖𝙙𝙖𝙥 𝙨𝙚𝙠𝙪𝙡𝙖𝙧𝙞𝙨𝙢𝙚. Karena 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘢𝘬 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘳𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘶𝘩𝘪𝘥 𝘳𝘶𝘣𝘶𝘣𝘪𝘺𝘺𝘢𝘩 menganggap manusia lebih berhak menetapkan hukum daripada Sang Pencipta.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Barang siapa menolak sebagian dari hukum Allah, maka ia telah kufur terhadap nikmat-Nya.”
(HR. Thabrani)
Para ulama salaf memahami bahwa setiap sistem yang menjauhkan hukum Allah dari urusan publik adalah bentuk 𝘁𝗮𝘀𝘆𝗮𝗯𝗯𝘂𝗵 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗷𝗮𝗵𝗶𝗹𝗶𝘆𝗮𝗵.3
Ulama besar Syekh Abul A‘la Maududi menjelaskan:
“Sekularisme bukan sekadar ide, melainkan bentuk perlawanan terhadap kekuasaan Allah. Ia berupaya menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia. Maka, selama sekularisme hidup, Islam tidak akan tegak sempurna.”
(Islamic Way of Life, 1960)
𝗦𝗘𝗝𝗔𝗥𝗔𝗛 𝗞𝗘𝗟𝗔𝗠 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗔𝗥𝗜𝗦𝗠𝗘 𝗗𝗔𝗡 𝗜𝗗𝗘𝗢𝗟𝗢𝗚𝗜 𝗠𝗢𝗗𝗘𝗥𝗡
Akar Sejarah: Barat yang Memisahkan Tuhan dari Dunia
Sekularisme lahir dari luka sejarah Eropa. Setelah Abad Pertengahan di mana Gereja dianggap menindas ilmu dan kebebasan berpikir, muncul gelombang renaissance dan enlightenment. Dari sanalah lahir 𝗿𝗮𝘀𝗶𝗼𝗻𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗵𝘂𝗺𝗮𝗻𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗻𝗮𝘀𝗶𝗼𝗻𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 warisan yunani kuno 𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁 𝘀𝗲𝗿𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗶 𝗶𝗱𝗲 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮𝗻𝘁𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗮𝗻 𝗮𝗴𝗮𝗺𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗵𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗼𝗿𝗮𝗹.
Namun ketika agama dipisahkan, manusia kehilangan kompas moral. Nilai menjadi relatif, dan kebenaran ditentukan oleh kekuasaan atau mayoritas, bukan oleh wahyu.
Ringkasan Ideologi-Ideologi Sekuler dan Perkembangannya:
Sejak lahirnya sekulerisme di Barat, berbagai ideologi turunannya muncul dan menguasai dunia dengan satu kesamaan: menyingkirkan wahyu sebagai sumber kebenaran dan hukum.
- 𝗟𝗶𝗯𝗲𝗿𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲 – Menjadikan kebebasan individu sebagai Tuhan baru. Segala batas moral dihapus atas nama hak asasi, melahirkan perzinaan, LGBT, dan krisis keluarga.
- 𝗞𝗮𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲 – Mengukur segalanya dengan keuntungan materi, menyingkirkan halal-haram, dan menindas ekonomi umat melalui riba dan eksploitasi global.
- 𝗦𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲-𝗞𝗼𝗺𝘂𝗻𝗶𝘀𝗺𝗲 – Menghapus kepemilikan pribadi dan menolak keberadaan Tuhan; sejarahnya menelan puluhan juta jiwa di Rusia, Cina, dan Asia Tenggara.
- 𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 – Mengalihkan kedaulatan dari Allah kepada manusia, menjadikan hukum mayoritas lebih tinggi daripada syariat.
- 𝗡𝗮𝘀𝗶𝗼𝗻𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲 – Memecah ukhuwah Islamiyah menjadi batas-batas negara buatan penjajah; melahirkan konflik antar sesama Muslim.
- 𝗙𝗲𝗺𝗶𝗻𝗶𝘀𝗺𝗲 – Mengaburkan fitrah laki-laki dan perempuan; merusak struktur keluarga atas nama kesetaraan.
- 𝗛𝘂𝗺𝗮𝗻𝗶𝘀𝗺𝗲 & 𝗣𝗼𝘀𝗺𝗼𝗱𝗲𝗿𝗻𝗶𝘀𝗺𝗲 – Menolak kebenaran mutlak, mengangkat manusia sebagai pusat nilai, hingga melahirkan relativisme moral dan kehampaan spiritual.
Semua ideologi ini adalah anak kandung sekulerisme, yang menjadikan manusia sebagai penentu hukum dan menyingkirkan Allah dari urusan hidup.
Hasilnya, dunia modern mengalami kehancuran jiwa, kelaparan, perang, dan kerusakan moral yang menelan ratusan juta korban dalam satu abad terakhir.
Allah ﷻ berfirman:
> “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS. Al-Mā’idah: 50)
Abad Sekular: Abad Berdarah
Abad ke-20 dikenal sebagai abad modern paling canggih sekaligus paling berdarah.
Perang Dunia I (1914–1918): menewaskan antara 15–22 juta jiwa.
Perang Dunia II (1939–1945): korban mencapai lebih dari 70 juta manusia.
Ideologi nasionalisme dan sekularisme memecah umat manusia menjadi bangsa-bangsa yang saling membenci.
Revolusi dan perang ideologi sekuler (Komunisme, Fasisme, Kapitalisme) 𝘴𝘦𝘱𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘣𝘢𝘥 𝘬𝘦-20 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘣𝘬𝘢𝘯 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙙𝙖𝙧𝙞 300 𝙟𝙪𝙩𝙖 𝙠𝙤𝙧𝙗𝙖𝙣 𝙟𝙞𝙬𝙖 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨, 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯, 𝘨𝘦𝘯𝘰𝘴𝘪𝘥𝘢, 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘳𝘦𝘱𝘳𝘦𝘴𝘪 𝘱𝘰𝘭𝘪𝘵𝘪𝘬.
Angka ini bukan sekadar data, tetapi catatan sejarah kehancuran moral manusia ketika ia menolak hukum Allah.
Sekularisme di Dunia Modern
Kini, setiap tahun:
Lebih dari 9 juta orang meninggal karena kelaparan (FAO, 2024).
727.000 orang bunuh diri setiap tahun (WHO, 2023).
1% penduduk dunia menguasai lebih dari 45% kekayaan global (Oxfam, 2024).
Sementara itu, lebih dari 700 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem.
Krisis ekonomi berulang (1929, 1998, 2008, 2020) lahir dari sistem kapitalis sekuler yang berakar pada riba dan keserakahan.
Padahal Allah telah mengingatkan:
> “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 275)
Ratusan ribu anak mati akibat penyalahgunaan narkoba dan kejahatan moral.
Aborsi menjadi hak pribadi lebih dari 73 juta janin dibunuh tiap tahun (WHO, 2024).
LGBTQ+ diangkat sebagai simbol kebebasan, padahal Allah telah menghancurkan kaum Nabi Luth karena dosa serupa.
Allah ﷻ berfirman :
> “Dan (Kami telah mengutus) Luth ketika dia berkata kepada kaumnya: ‘Mengapa kalian melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kalian di dunia ini?’”
(QS. Al-A‘rāf [7]: 80)
Padahal dunia modern memiliki sumber daya melimpah, teknologi tinggi, dan lembaga kemanusiaan di mana-mana. Inilah paradoks sekularisme: manusia paling makmur secara materi, namun paling miskin secara ruhani.
𝗦𝗲𝗷𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗡𝘆𝗮𝘁𝗮: 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗮𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗗𝘂𝗻𝗶𝗮 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺
a. Runtuhnya Khilafah dan Lahirnya Negara Sekuler
Pada tahun 1924, Khalifah terakhir di Turki digulingkan oleh Mustafa Kemal Atatürk, tokoh nasionalis-sekuler. Sejak itu:
𝗦𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁 𝗱𝗶𝗵𝗮𝗽𝘂𝘀 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘂𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴-𝘂𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴.
𝗣𝗲𝗻𝗱𝗶𝗱𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗱𝗶𝗴𝗮𝗻𝘁𝗶 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗕𝗮𝗿𝗮𝘁.
𝗔𝗱𝘇𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗯𝗮𝗵𝗮𝘀𝗮 𝗔𝗿𝗮𝗯 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻-𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻.
𝗨𝗺𝗮𝘁 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘁𝗲𝗿𝗰𝗲𝗿𝗮𝗶-𝗯𝗲𝗿𝗮𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝟱𝟬 𝗻𝗲𝗴𝗮𝗿𝗮 𝗸𝗲𝗰𝗶𝗹.
Inilah luka terbesar dunia Islam modern. Dari situ lahirlah generasi yang mengenal demokrasi tetapi tidak mengenal hukum Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Sesungguhnya urusan kalian ini (pemerintahan) adalah amanah, dan barang siapa mengambilnya tanpa hak, maka kelak ia akan menanggung dosa besar di Hari Kiamat.”
(HR. Muslim)
b. Penjajahan Ideologis Abad 20–21
Sekularisme menjadi alat penjajahan ideologis yang lebih halus daripada kolonialisme fisik. Melalui:
𝗸𝘂𝗿𝗶𝗸𝘂𝗹𝘂𝗺 𝘀𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿, umat Islam diajari bahwa kemajuan hanya berasal dari Barat;
𝗺𝗲𝗱𝗶𝗮 𝗴𝗹𝗼𝗯𝗮𝗹, nilai liberal disebarkan melalui hiburan dan teknologi;
𝗲𝗸𝗼𝗻𝗼𝗺𝗶 𝗸𝗮𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹𝗶𝘀𝘁𝗶𝗸, dunia Islam dibuat bergantung pada sistem ribawi dunia.
𝗛𝗮𝘀𝗶𝗹𝗻𝘆𝗮: 𝘨𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘴𝘪 𝘔𝘶𝘴𝘭𝘪𝘮 𝘮𝘰𝘥𝘦𝘳𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘬𝘳𝘪𝘴𝘪𝘴 𝘮𝘰𝘳𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘤𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘣𝘪𝘯𝘨𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘨𝘭𝘰𝘣𝘢𝘭.
𝗧𝗜𝗡𝗝𝗔𝗨𝗔𝗡 𝗙𝗜𝗟𝗢𝗦𝗢𝗙𝗜𝗦: 𝗙𝗜𝗟𝗦𝗔𝗙𝗔𝗧 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗔𝗥𝗜𝗦𝗠𝗘 𝗔𝗗𝗔𝗟𝗔𝗛 𝗙𝗜𝗟𝗦𝗔𝗙𝗔𝗧 𝗞𝗘𝗛𝗜𝗡𝗔𝗔𝗡
Filsafat sekularisme berakar pada pandangan 𝗮𝗻𝘁𝗿𝗼𝗽𝗼𝘀𝗲𝗻𝘁𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲 dimana manusia dianggap pusat segala kebenaran. “Man is the measure of all things,” kata Protagoras.
Pandangan ini menjadikan akal sebagai sumber kebenaran tertinggi, dan menolak wahyu sebagai sumber nilai. Akibatnya:
𝗠𝗼𝗿𝗮𝗹 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗿𝗲𝗹𝗮𝘁𝗶𝗳.
𝗞𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗼𝗽𝗶𝗻𝗶.
𝗧𝘂𝗷𝘂𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝗱𝗶𝗿𝗲𝗱𝘂𝗸𝘀𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗸𝗲𝘀𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮𝘄𝗶.
Dalam pandangan Islam, ini adalah penyimpangan besar. Karena kemuliaan manusia bukan karena kebebasan tanpa batas, tetapi karena ketaatannya kepada hukum Allah.
Allah ﷻ berfirman:
> “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Ḥujurāt [49]: 13)
𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗔𝗻𝘁𝗿𝗼𝗽𝗼𝘀𝗲𝗻𝘁𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗸𝗲 𝗡𝗶𝗵𝗶𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲
Ketika sekularisme menjadikan manusia pusat segalanya, lahirlah filsafat nihilisme pandangan bahwa hidup tidak memiliki makna absolut.
Tokoh-tokoh sekuler sendiri seperti Nietzsche berkata:
“Tuhan telah mati! Dan kita yang membunuh-Nya!”
Pernyataan ini menggambarkan kehancuran spiritual modern. Setelah “Tuhan” dihapus dari ruang publik, manusia kehilangan tujuan hidup. Dari sinilah lahir:
𝗲𝗸𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗻𝘀𝗶𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲, yang menjadikan hidup sekadar pengalaman sementara;
𝗵𝗲𝗱𝗼𝗻𝗶𝘀𝗺𝗲, yang menjadikan kesenangan sebagai nilai tertinggi;
𝗿𝗲𝗹𝗮𝘁𝗶𝘃𝗶𝘀𝗺𝗲, yang menghapus konsep kebenaran mutlak.
Semuanya berakar dari satu sumber: 𝗽𝗲𝗻𝗼𝗹𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝘄𝗮𝗵𝘆𝘂.
𝗜𝗦𝗟𝗔𝗠 𝗦𝗘𝗕𝗔𝗚𝗔𝗜 𝗦𝗜𝗦𝗧𝗘𝗠 𝗞𝗘𝗠𝗨𝗟𝗜𝗔𝗔𝗡
Islam datang untuk mengangkat derajat manusia dengan:
- Menetapkan wahyu sebagai sumber hukum dan moral.
- Menyatukan iman, ilmu, dan amal dalam satu kesatuan sistem hidup.
- Menjadikan manusia khalifah di bumi bukan tuhan bagi dirinya sendiri.
- Menegakkan keadilan dan rahmat bagi seluruh alam.
Allah ﷻ berfirman:
> “Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al-Anbiyā’: 107)
Ketika hukum Allah ditegakkan, lahirlah peradaban yang memuliakan manusia tanpa menuhankan manusia.
𝗥𝗘𝗔𝗟𝗜𝗧𝗔𝗦 𝗦𝗘𝗞𝗔𝗥𝗔𝗡𝗚: 𝗠𝗔𝗡𝗨𝗦𝗜𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗞𝗘𝗛𝗜𝗟𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗗𝗜𝗥𝗜
Sekularisme modern menciptakan manusia yang kehilangan arah:
𝗖𝗲𝗿𝗱𝗮𝘀, 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗶𝗷𝗮𝗸.
𝗞𝗮𝘆𝗮, 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗵𝗮𝗺𝗽𝗮.
𝗠𝗲𝗿𝗱𝗲𝗸𝗮, 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝘁𝗮𝗸 𝘁𝗮𝗵𝘂 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗮𝗽𝗮.
Manusia modern hidup dalam ketakutan, stres, depresi, dan kehampaan. Mereka punya teknologi yang mampu menjangkau bintang, tetapi gagal menemukan makna di dalam hati.
Allah sudah mengingatkan sebagaiman dalam Firman-Nya:
> “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit.”
(QS. Ṭāhā [20]: 124)
𝗦𝗘𝗥𝗨𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗞𝗪𝗔𝗛: 𝗞𝗘𝗠𝗕𝗔𝗟𝗜𝗟𝗔𝗛 𝗞𝗘𝗣𝗔𝗗𝗔 𝗪𝗔𝗛𝗬𝗨 𝗧𝗔𝗡𝗗𝗔 𝗔𝗞𝗔𝗟 𝗠𝗔𝗦𝗜𝗛 𝗕𝗘𝗥𝗙𝗨𝗡𝗚𝗦𝗜
Wahai kaum Muslimin,
Kita tidak akan mulia selama masih mengambil sistem hidup selain dari Allah. Kita tidak akan bebas dari penjajahan moral selama masih tunduk pada hukum manusia.
Sekularisme telah menjanjikan surga di dunia, tetapi menjerumuskan manusia ke neraka kehinaan. Maka, saatnya kembali pada Syariat Allah, kembali menegakkan Islam sebagai sistem hidup.
“𝗞𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝘂𝗻𝗰𝗶 𝗸𝗲𝗺𝘂𝗹𝗶𝗮𝗮𝗻, 𝗯𝗲𝗿𝗽𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗿𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗸𝗲𝗵𝗮𝗻𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻.”
Kita telah lama terperangkap dalam sistem sekuler yang menjauhkan kita dari petunjuk Allah. Saatnya kembali kepada Islam yang menyeluruh bukan hanya dalam shalat dan zakat, tetapi juga dalam hukum, ekonomi, politik, dan budaya.
Allah ﷻ berfirman:
> “Dan barang siapa tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.”
(QS. Al-Mā’idah [5]: 44)
Sekularisme telah menelanjangi kemanusiaan dari fitrah. Hanya Islam yang bisa memulihkan martabat itu.
Bertobatlah segera kembalilah Pada Allah, Mau sampai kapan engkau jadi pendukung sekularisme dan demokrasi yang merobek kehormatanmu sendiri, kehormatan Orang Tua mu, Saudara/i mu, Istri dan Anak-anak mu?
Menistakan AkhidahMu dan menggadaikan Bangsamu dimana setiap dukungan pada kerusakan dan kejahatan menjadikanmu hidup hina didunia, kosong dan hampa terasa semakin sempit dan lebih naas lagi diakhirat dengan dosa Berantai dan dosa jariyah yang diciptakannya dari sistem yang engkau dukung akan engkau pertanggung jawabkan semuanya.
𝗕𝗮𝗻𝗴𝗸𝗶𝘁𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗶𝗹𝗺𝘂, 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗸𝘄𝗮𝗵, 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝘀𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗿𝗮𝗵𝗺𝗮𝘁 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵 𝗮𝗹𝗮𝗺
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Qur’an al-Karim
- Tafsir Ibn Katsir, Al-Mā’idah: 49–50
- Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din
- Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah
- Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur’an
- M. Naquib al-Attas, Islam and Secularism
- Abul A‘la Maududi, The Islamic Way of Life
- Taqiyuddin an-Nabhani, Nidham al-Islam
- WHO, Global Suicide Report (2023)
- FAO, State of Food Insecurity in the World (2024)
- Encyclopedia Britannica, World War Casualties Data
𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊. Islam — Sumber Ilmu Pengetahuan dan Cahaya Akhir Zaman. (Rahmat Daily)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
