Khazanah
Beranda » Berita » Al‑Haudh: Telaga Rasulullah

Al‑Haudh: Telaga Rasulullah

Al‑Haudh (Telaga Rasulullah)
Al‑Haudh (Telaga Rasulullah)

 

SURAU.CO – Pendahuluan: Dalam ajaran Islam, salah satu gambaran yang sangat menggetarkan hati bagi umat Nabi Muhammad ﷺ adalah keberadaan telaga beliau—disebut dengan istilah haudh atau “telaga Rasulullah”. Telaga ini bukan hanya sekadar gambaran metaforis di hari kiamat, tetapi juga sebuah janji dan motivasi bagi umat beliau untuk tetap di atas iman, sunnah, dan amal saleh.

Tulisan ini akan mengupas soal pengertian, keutamaan, ciri-ciri, siapa yang akan minum darinya dan siapa yang tidak, serta implikasi praktis bagi kita sebagai umat beliau. Semoga bermanfaat dan menjadi pengingat.

Pengertian dan Dasar Hadis & Qur’an

Istilah haudh (ar. الحَوْض) secara bahasa berarti “kumpulan air” atau “telaga”. Dalam syar’i, istilah tersebut digunakan untuk merujuk kepada telaga milik Nabi Muhammad ﷺ, yaitu telaga yang beliau telah diberi oleh Allah untuk umatnya di hari kiamat.
Sementara itu, dalam Al-Qur’an terdapat surat Al‑Kautsar (108 : 1-3) yang menyebutkan:

> “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-kautsar. Maka dirikanlah shalat untuk Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang yang membencimu dialah yang terputus.” 

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Para ulama menafsirkan bahwa “al-kautsar” dalam ayat ini selain makna “kebaikan yang banyak” juga merujuk kepada sungai atau telaga yang diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Adapun hadits-hadits yang shahih menjelaskan sifat-sifat telaga ini:

Dari Anas bin Malik:

“Sesungguhnya tiap-tiap nabi mempunyai telaga, dan sesungguhnya aku berharap bahwa telagaku itulah yang paling banyak dikunjungi.”

Dari beberapa sahabat disebutkan:

“Telagaku panjangnya satu bulan perjalanan, sisi-sisinya sama, airnya lebih putih dari susu dan baunya lebih wangi dari kasturi, dan gayungnya sebanyak bintang-bintang langit; barang siapa minum darinya maka ia tidak akan haus selama-lamanya.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Dengan demikian, keberadaan dan ciri-telaga tersebut termasuk dalam perkara yang disifati oleh Nabi ﷺ dan diyakini oleh para ulama Ahlus Sunnah.

Ciri-Ciri Telaga Rasulullah ﷺ

Beberapa ciri-istimewa telaga Rasulullah ﷺ yang sering disebut dalam hadits dan kajian adalah sebagai berikut:

Ukuran: Telaga tersebut dikatakan panjang dan lebarnya “satu bulan perjalanan” atau jaraknya antara dua kota di masa dahulu (contoh: antara Ailah dan Adn).

Airnya:

“Lebih putih dari susu”.
“Lebih manis dari madu”.
“Baunya lebih harum dari minyak kasturi”.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Wadah/Wadah minumannya:
– Gayung-gayung atau bejana-bejana untuk minum dari telaga tersebut jumlahnya sebelas banyaknya, bagaikan “bintang-bintang di langit”.

Sumber air: Telaga tersebut memiliki “dua aliran” yang berasal dari surga (atau dari sungai al-kautsar) yang memasuki telaga itu.

Siapa yang minum tidak akan haus lagi: Barang siapa berhasil minum dari telaga tersebut maka ia tidak akan merasa haus selamanya.

Semua sifat ini menunjukkan keindahan yang luar biasa serta keistimewaan telaga tersebut sebagai suatu hadiah dan rahmat bagi umat Nabi Muhammad ﷺ.

Siapa yang Bisa Minum di Telaga Rasulullah ﷺ & Siapa yang Terhalang

a) Siapa yang boleh minum
Berdasarkan hadits-hadits dan kajian ulama, di antara syarat dan karakteristik orang yang akan berkesempatan minum dari telaga tersebut adalah:

Orang yang menjaga wudhu dari bekasnya, sehingga ketika datang ke telaga maka tangan-tangan, kaki-kaki, dan wajahnya putih-bersinar karena bekas wudhu.

Orang yang teguh di atas iman, sunnah, dan menjauhi perbuatan bid’ah serta bermaksiat terhadap agama. Karena ada hadits yang mengatakan bahwa akan ada “orang dari umatku yang diusir dari telagaku”.

Orang yang secara umum beramal saleh, taat, dan mempunyai harapan besar akan rahmat Allah dan syafaat Nabi ﷺ. Kajian-kajian menyebut bahwa telaga ini adalah motivasi untuk kebaikan sebagai bekal di hari akhir.

b) Siapa yang tertolak dari telaga
Dalam hadits disebutkan bahwa akan datang “sekelompok dari umatku” yang akan diusir dari telaga. Nabi ﷺ bersabda:

“Segolongan sahabatku datang kepadaku kelak lalu mereka diusir dari telagaku. Aku berkata: ‘Ya Rabb, sahabat-sahabatku.’ Maka Dia berfirman: ‘Engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sesudahmu.’”

Salah satu sebab tertolak adalah mendukung pemimpin yang zhalim atau membantu kezaliman, yang disebut dalam hadits sebagai “imârat as-sufahâ’”.

Ulama juga menekankan bahwa keraguan terhadap keberadaan telaga atau mengabaikan sunnah yang berhubungan dengan hari kiamat adalah tindakan yang berbahaya dan bisa termasuk bagian dari mereka yang tertolak.

Dimana Lokasi dan Kapan Terjadi?

Lokasi persisnya telaga Rasulullah ﷺ dalam konteks hari kiamat tidaklah jelas secara fisik dan definitif—karena masuk ke dalam ranah ghaib. Namun ada beberapa pandangan ulama:

Ada yang berpendapat bahwa telaga tersebut terletak sebelum jembatan shirâth (Sirlâth al‑Mustaqîm) yang harus dilalui oleh manusia di hari kiamat.

Ada pula yang berpendapat bahwa setelah shirâth.

Bahwa telaga itu telah ada sekarang secara realitas ghaib dan bahwa Nabi ﷺ pernah melihatnya atau diberi tahu tentangnya:

> “Sungguh aku demi Allah telah melihat telagaku sekarang ini.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Intinya, meskipun kita tidak melihatnya secara langsung di dunia ini, kepercayaannya merupakan bagian dari akidah—keimanan terhadap perkara ghaib seperti hari kiamat, syurga, neraka, dan sebagainya.

Hikmah dan Implikasi Praktis bagi Umat

Dari pembahasan di atas, berikut beberapa hikmah dan tindak nyata yang bisa kita ambil sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ:

  1. Motivasi untuk tetap di atas sunnah
    Dengan berpikir bahwa kita berharap untuk menjadi salah satu dari mereka yang akan minum dari telaga Nabi ﷺ, maka kita terdorong untuk menjaga iman, berpegang pada Al-Qur’an & Sunnah, menjauhi bid’ah dan maksiat.

  2. Kesadaran bahwa hari kiamat dan ganjaran-punya itu benar
    Ciri-ciri telaga yang sangat indah menunjukkan bahwa pahala Allah sangat besar dan bahwa kiamat bukanlah dongeng belaka. Ini memperkuat semangat kita untuk beramal saleh.

  3. Menjaga wudhu, menjaga anggota badan
    Terdapat penekanan bahwa manusia yang akan datang ke telaga dalam keadaan “putih dari bekas wudhu”. Maka kebiasaan wudhu, menjaga kebersihan diri, sering-sering istighfar, dan memperbaiki shalat akan menjadi investasi.

  4. Memeriksa amalan dan pemimpin
    Karena disebutkan bahwa salah satu sebab tertolak adalah mendukung pemimpin yang zhalim. Ini mengajarkan kita bahwa memilih pemimpin, dan cara kita bersikap terhadap pemimpin serta kezaliman, punya dampak akhirat.

  5. Tawakkul dan taslim kepada Allah
    Meski kita punya harapan tinggi untuk minum dari telaga itu, kita juga harus rendah hati dan melihat bahwa semua kesempatan, termasuk syafaat Nabi ﷺ, adalah karena rahmat Allah. Kita harus memperbaiki diri dan memohon ampunan.

Penutup

Kiranya dengan mengenal dan memahami keagungan telaga milik Nabi Muhammad ﷺ—yang airnya lebih putih dari susu, lebih manis daripada madu, dan siapa yang minum darinya tidak akan haus selamanya—maka kita semakin semangat untuk menjadi umat yang dicintainya, yang akan diberi minum darinya.

Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang berhak minum dari telaga beliau. Dan menjauhkan kita dari golongan yang tertolak. Semua puji bagi Allah yang telah mengaruniakan kepada Nabi kita nikmat yang banyak, dan semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada beliau, keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. (Tengku Iskandar, M. Pd –
Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement