Imam Nawawi, seorang ulama besar yang nama lengkapnya adalah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Lahir di Nawa, sebuah desa dekat Damaskus, Suriah, pada bulan Muharram tahun 631 H (1233 M), beliau dikenal luas sebagai seorang ahli fikih, hadis, bahasa Arab, dan akhlak. Dedikasinya yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan telah menghasilkan banyak karya monumental, dan salah satu yang paling terkenal adalah Riyadhus Shalihin.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Sejak usia dini, Imam Nawawi menunjukkan kecerdasan dan minat yang tinggi terhadap ilmu agama. Ayahnya, seorang yang saleh, melihat potensi besar dalam dirinya dan mendukung penuh pendidikannya. Beliau memulai studinya di Nawa, kemudian pada usia 18 tahun, beliau pindah ke Damaskus, pusat ilmu pengetahuan pada masa itu, untuk melanjutkan pendidikannya. Di sana, beliau belajar dari banyak ulama terkemuka, menyerap berbagai disiplin ilmu dengan semangat yang tak tergoyahkan.
Imam Nawawi terkenal dengan gaya hidupnya yang sederhana dan zuhud. Beliau hampir tidak pernah tidur lebih dari empat jam sehari, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar, mengajar, menulis, dan beribadah. Beliau jarang makan buah-buahan yang dijual di pasar Damaskus karena khawatir terdapat unsur syubhat atau harta haram di dalamnya. Bahkan, beliau tidak menikah sepanjang hidupnya, mendedikasikan seluruh hidupnya untuk ilmu dan agama. Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak Muslim tentang bagaimana mengabdi kepada Allah SWT secara total.
Riyadhus Shalihin: Sebuah Mahakarya Abadi
Di antara sekian banyak karyanya, Riyadhus Shalihin atau “Taman Orang-Orang Saleh” adalah yang paling masyhur dan abadi. Kitab ini merupakan kompilasi hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang disusun secara tematis, mencakup berbagai aspek kehidupan Muslim, mulai dari akidah, ibadah, muamalah, hingga akhlak. Imam Nawawi memilih hadis-hadis shahih dari berbagai kitab induk hadis seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.
Tujuan utama penyusunan Riyadhus Shalihin adalah untuk membimbing umat Islam menuju kesempurnaan akhlak dan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan gaya bahasa yang lugas dan mudah dipahami, kitab ini menjadi rujukan utama bagi kaum Muslimin di seluruh dunia untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Berisi sekitar 1.897 hadis yang terbagi dalam 372 bab, kitab ini membahas topik-topik penting seperti ikhlas, sabar, syukur, kejujuran, keadilan, berbakti kepada orang tua, menjaga lisan, dan masih banyak lagi.
Kontribusi dan Pengaruh Lainnya
Selain Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi juga meninggalkan banyak karya lain yang tak kalah penting, seperti:
-
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim: Sebuah syarah (penjelasan) terhadap kitab Shahih Muslim yang sangat komprehensif.
-
Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab: Sebuah karya besar dalam bidang fikih Syafi’i yang sayangnya tidak selesai ditulis oleh beliau.
-
Arba’in Nawawi: Kumpulan 42 hadis pilihan yang menjadi dasar-dasar ajaran Islam, sangat populer di kalangan penuntut ilmu.
-
At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran: Kitab tentang etika dan adab bagi penghafal dan pembawa Al-Qur’an.
Kontribusi Imam Nawawi tidak hanya terbatas pada penulisan buku. Beliau juga aktif mengajar di berbagai madrasah di Damaskus, menarik ribuan murid dari berbagai penjuru dunia. Kecakapannya dalam mengajar, ditambah dengan akhlaknya yang mulia, menjadikan beliau panutan bagi banyak generasi. Murid-muridnya kemudian menjadi ulama-ulama besar yang meneruskan estafet keilmuan Islam.
Wafat dan Warisan Abadi
Imam Nawawi wafat pada usia yang relatif muda, yaitu 45 tahun, pada tanggal 24 Rajab tahun 676 H (1277 M), di kampung halamannya, Nawa. Meskipun usianya singkat, warisan keilmuannya tak ternilai harganya. Karya-karyanya terus dipelajari, diajarkan, dan diamalkan oleh umat Islam hingga hari ini. Riyadhus Shalihin, khususnya, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan menjadi bacaan wajib di banyak pesantren, masjid, dan majelis taklim di seluruh dunia.
Kehadiran Imam Nawawi menjadi bukti nyata bahwa dengan keikhlasan, ketekunan, dan dedikasi yang tinggi, seseorang dapat memberikan kontribusi besar bagi peradaban, bahkan dalam waktu yang terbatas. Namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu pahlawan intelektual Islam yang membawa cahaya ilmu dan hikmah bagi umat manusia.
Kisah hidup dan karyanya, terutama Riyadhus Shalihin, terus menginspirasi jutaan Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Imam Nawawi membuktikan bahwa ilmu adalah warisan terbaik, dan seorang ulama sejati tidak pernah mati, melainkan terus hidup melalui karya-karya dan jejak kebaikannya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
