Kalam
Beranda » Berita » Mengapa Kitab “Majmu’ Rasail” Tetap Relevan di Era Modern?

Mengapa Kitab “Majmu’ Rasail” Tetap Relevan di Era Modern?

Dalam khazanah pemikiran Islam, terdapat karya-karya yang abadi, melampaui batas waktu dan geografi, serta terus memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya. Salah satu di antaranya adalah “Majmu’ Rasail” (Kumpulan Risalah) karya Imam Syahid Hassan Al-Banna. Meskipun ditulis pada pertengahan abad ke-20, relevansi kitab ini tidak pernah pudar. Justru, di tengah dinamika dan tantangan kompleks dunia modern, “Majmu’ Rasail” menawarkan perspektif serta solusi yang tetap aktual dan mendalam. Mengapa demikian? Mari kita telusuri lebih jauh.

Dasar Pemikiran yang Kokoh dan Komprehensif

Majmu’ Rasail” bukan sekadar kumpulan tulisan biasa. Ia adalah manifestasi dari visi dakwah yang utuh, sebuah peta jalan bagi individu dan masyarakat untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni. Imam Hassan Al-Banna menyajikan pemikiran yang tidak hanya teoritis, tetapi juga sangat praktis dan aplikatif. Beliau mengulas berbagai aspek kehidupan, mulai dari aqidah, ibadah, akhlak, hingga politik, ekonomi, dan sosial. Pendekatannya yang holistik memastikan bahwa ajaran Islam dipahami secara komprehensif, tidak parsial.

Salah satu kekuatan utama “Majmu’ Rasail” adalah kemampuannya untuk menyentuh hati dan pikiran pembacanya. Al-Banna menggunakan bahasa yang lugas, mudah dipahami, dan penuh dengan semangat. Ia mengajak umat Islam untuk memahami Islam sebagai manhaj hayah (jalan hidup), bukan sekadar ritualistik belaka. Inilah yang membuat karyanya mampu membangkitkan kesadaran dan semangat beramal di kalangan umat. Pembaca merasa diajak berdialog, memahami urgensi dakwah, serta peran mereka dalam mewujudkan kejayaan Islam.

Solusi untuk Tantangan Kontemporer

Era modern, dengan segala kemajuan dan kompleksitasnya, juga membawa serta berbagai tantangan. Globalisasi, sekularisme, disinformasi, krisis moral, serta perpecahan umat adalah beberapa di antaranya. “Majmu’ Rasail” secara mengejutkan menawarkan panduan yang relevan untuk menghadapi tantangan-tantangan ini.

Imam Al-Banna secara tegas menggarisbawahi pentingnya persatuan umat. Beliau memahami bahwa perpecahan adalah pangkal kelemahan. Dalam risalah-risalahnya, ia selalu menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah, saling memahami, dan bekerja sama demi tujuan yang sama. Konsep ini sangat vital di masa kini, ketika polarisasi dan fragmentasi seringkali menghambat kemajuan umat.

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Selain itu, Al-Banna juga menyoroti pentingnya pendidikan dan pembinaan. Ia menekankan bahwa kebangkitan umat harus dimulai dari individu yang memiliki pemahaman Islam yang benar dan akhlak yang mulia. Program-program pendidikan yang ia cetuskan, yang tercermin dalam “Majmu’ Rasail,” dirancang untuk membentuk pribadi Muslim yang kamil (sempurna), yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga kuat secara spiritual dan moral.

Fleksibilitas dan Fiqh Realitas

Meskipun “Majmu’ Rasail” ditulis pada masa tertentu, ajarannya memiliki fleksibilitas yang luar biasa. Imam Al-Banna tidak terpaku pada detail-detail fiqih yang rigid, melainkan lebih menekankan pada maqashid syariah (tujuan-tujuan syariah) dan fiqh al-waqi’ (fiqh realitas). Beliau mendorong umat Islam untuk memahami konteks zaman, serta menerapkan prinsip-prinsip Islam dengan bijaksana.

Pendekatan ini sangat krusial di era modern. Perubahan sosial yang cepat menuntut adanya pemahaman Islam yang adaptif, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar. “Majmu’ Rasail” memberikan kerangka berpikir bagi umat Islam untuk menjadi agen perubahan yang positif, yang mampu berinteraksi dengan dunia modern tanpa kehilangan identitas keislaman mereka.

Semangat Pembaharuan (Tajdid)

Imam Hassan Al-Banna adalah seorang mujaddid (pembaharu). “Majmu’ Rasail” adalah cerminan dari semangat pembaharuan ini. Beliau menyerukan umat Islam untuk bangkit dari kemunduran, meninggalkan taklid buta, dan kembali kepada sumber ajaran Islam yang otentik: Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pembaharuan yang ia gagas bukan berarti menciptakan ajaran baru, melainkan menghidupkan kembali esensi ajaran Islam yang sempat terkubur oleh tradisi dan praktik yang menyimpang.

Semangat tajdid ini terus menjadi relevan. Umat Islam dihadapkan pada berbagai ideologi dan gaya hidup yang mengikis keimanan. “Majmu’ Rasail” berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kemurnian aqidah, serta terus berijtihad untuk menemukan solusi Islam atas berbagai persoalan kontemporer. Kitab ini mengajak umat untuk tidak pasif, tetapi aktif berkontribusi dalam membangun peradaban yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Kutipan Inspiratif

Salah satu kekuatan “Majmu’ Rasail” juga terletak pada kutipan-kutipan yang memotivasi. Misalnya, “Ingatlah! Bahwa kekuatan ucapan tidak bisa menandingi kekuatan perbuatan. Dan perbuatan pun tidak bisa menandingi kekuatan pengorbanan.” Ini adalah pengingat yang kuat tentang pentingnya aksi nyata dan pengorbanan dalam dakwah. Pesan ini relevan bagi siapa pun yang ingin melihat perubahan positif, baik di tingkat individu maupun masyarakat.
“Kita ingin kalian menjadi orang-orang yang senantiasa berpikir, berencana, dan berbuat. Bukan orang-orang yang hanya pandai berbicara.” Kutipan ini menekankan pentingnya proaktivitas dan menjauhkan diri dari retorika kosong tanpa tindakan nyata.

Pendidikan dan Pembinaan Kader

“Majmu’ Rasail” juga sangat relevan sebagai panduan dalam pendidikan dan pembinaan kader dakwah. Al-Banna secara sistematis menguraikan tahapan-tahapan pembinaan, mulai dari pembentukan individu Muslim yang shalih, hingga pembentukan keluarga dan masyarakat Islam. Konsep-konsep seperti tarbiyah (pendidikan), takwin (pembentukan), dan tanfidz (pelaksanaan) dijelaskan secara gamblang. Ini memberikan landasan metodologis bagi organisasi dakwah dan komunitas Muslim dalam upaya mereka membangun generasi penerus yang tangguh.

Pentingnya pembinaan kader yang berintegritas dan memiliki visi jelas menjadi semakin mendesak di era digital ini. Tantangan disrupsi informasi dan krisis identitas membutuhkan kader-kader yang kokoh akidahnya, luas wawasannya, serta tangkas dalam beradaptasi. “Majmu’ Rasail” secara efektif menggariskan cetak biru untuk mencapai tujuan ini.

Kesimpulan

Pada akhirnya, relevansi “Majmu’ Rasail” tidak terletak pada usianya sebagai kitab klasik, tetapi pada kedalaman visi, kekokohan pemikiran, serta kemampuan adaptasinya untuk berbicara kepada setiap generasi. Ia bukan sekadar warisan sejarah, melainkan sumber inspirasi dan panduan praktis yang terus memandu umat Islam dalam menghadapi hiruk-pikuk kehidupan modern.

Imam Hassan Al-Banna berhasil merumuskan sebuah karya yang tak lekang oleh waktu, sebuah obor yang terus menyala, menerangi jalan bagi umat untuk kembali kepada kemuliaan Islam. Oleh karena itu, mempelajari dan mengamalkan isi “Majmu’ Rasail” bukan hanya sebuah pilihan, melainkan suatu keniscayaan bagi umat Islam yang mendambakan kebangkitan dan kejayaan di masa kini dan mendatang. Kitab ini mengajak kita semua untuk menjadi bagian dari solusi, bukan hanya sekadar penonton.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement