SURAU.CO – Segala puji bagi Allah ﷻ, Dzat yang menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup dan pembeda antara yang haq dan batil.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, pembawa risalah yang menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya iman.
Ma‘asyiral Muslimin rahimakumullah, Mari kita menundukkan kepala dan bertanya jujur kepada diri:
Kita ini umat Islam terbesar di dunia tetapi mengapa hukum Allah tidak menjadi dasar kehidupan kita?
Mengapa keadilan, ekonomi, pendidikan, dan politik kita diatur oleh sistem buatan manusia yang menolak wahyu?
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
> “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS. Al-Māidah: 50)
Ayat ini seperti cermin bagi kita hari ini.
Kita bangga dengan identitas Islam, tetapi kehidupan kita tunduk pada sistem yang tidak bersumber dari Islam.
Kita menyebut diri “umat beriman”, tetapi kita berhukum dengan undang-undang yang dibuat manusia, bukan wahyu.
Itulah kontradiksi besar antara pengakuan dan kenyataan.
Jika iman benar-benar hidup, maka hukum Allah pasti diutamakan.
Namun bila hukum manusia lebih diutamakan, berarti ada yang salah baik dengan iman, maupun dengan akal kita.
Renungan Akal Umat
Wahai kaum Muslimin, Akal adalah amanah besar dari Allah. Ia bukan sekadar alat berpikir, tetapi sarana untuk menundukkan diri pada kebenaran.
Namun hari ini, banyak akal justru membenarkan yang batil, dan menolak syariat Allah dengan alasan “tidak relevan”.
Padahal:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
> “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (fitrah) ciptaan Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.”
(QS. Ar-Rūm: 30)
Jika fitrah dan akal kita sehat, pasti ia tunduk kepada hukum Pencipta, bukan kepada sistem ciptaan manusia yang penuh kepentingan.
Khutbah Kedua
Ma‘asyiral Muslimin rahimakumullah, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan bahwa akan datang masa di mana Islam tinggal nama, dan Al-Qur’an tinggal tulisan.
Rasulullah ﷺ Bersabda:
> “Akan datang suatu masa, tidak tersisa dari Islam kecuali namanya, dan tidak tersisa dari Al-Qur’an kecuali tulisannya.”
(HR. Al-Baihaqi)
Bukankah kita sedang menuju masa itu?
Islam menjadi simbol, bukan sistem.
Umat muslim ramai mengunjungi masjid, tapi mereka menjauhi hukum Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Kita membanggakan jumlah, namun kehilangan arah.
Inilah saatnya kita menyembuhkan iman dan akal yang lumpuh dengan kembali kepada Al-Qur’an sebagai sumber hukum dan pedoman hidup.
Sistem yang kufur telah lama menidurkan kita, menjauhkan kita dari tauhid dalam tatanan kehidupan, sehingga kita menjadi umat yang tidak sadar akan kebenaran.
Penutup Seruan
“Umat ini akan kembali mulia hanya jika kembali kepada hukum Allah.
Bukan sekadar Islam di nama, tapi Islam yang memimpin kehidupan. Bangunkan iman, hidupkan akal, dan tegakkan syariat di bumi sendiri karena di situlah letak kemuliaan umat Nabi Muhammad ﷺ.”
Wahai kaum muslim, renungkanlah kenyataan hari ini! Sampai kapan kita terus mendustai diri sendiri, merasa bangga dengan ideologi kufur, dan menistakan akidah sendiri dengan ego nasionalis demokrasi? Tahukah engkau, wahai kaum muslimin, jika kita tidak segera merobah cara ini dan hijrah dari sistem kufur kepada Hukum Allah, maka kita akan terus terjebak dalam kesesatan?
Kita harus kembali ke syariat Islam dan meninggalkan sistem kufur demokrasi sekuler yang menistakan akidah kita. Kita harus menggunakan iman dan akal untuk memperbaiki keadaan dan mencapai kedaulatan sebagai umat muslim mayoritas. #KembaliKeSyariat #ImanDanAkal #MayoritasTanpaKedaulatan #HijrahDariSistemKufur #DemokrasiBukanIslam #SekulerismeRacunBarat. (Rahmat Daily)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
