SURAU.CO – Dalam derasnya arus informasi, kemajuan teknologi, dan perubahan sosial yang sangat cepat, umat Islam hari ini hidup pada zaman yang sering kita sebut sebagai zaman fitnah — masa ketika kebenaran dan kebatilan bercampur. Zaman ketika yang haq menjadi batil dan justeru mengagungkan yang batil. Rasulullah ﷺ telah mengabarkan kepada umatnya bahwa masa seperti ini pasti akan datang, dan hanya mereka yang berpegang teguh pada tuntunan Islam yang akan selamat.
Dalam sebuah hadis yang riwayat Imam Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bersegeralah kalian beramal sebelum datang fitnah seperti potongan malam yang gelap. Seseorang di waktu pagi beriman, tetapi di sore hari ia menjadi kafir; atau di sore hari ia beriman, namun di pagi hari ia menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan sedikit dari keuntungan dunia.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menggambarkan betapa cepatnya perubahan iman seseorang pada zaman fitnah. Iman bisa goyah hanya karena tekanan duniawi, godaan harta, jabatan, atau karena pengaruh media dan lingkungan. Oleh sebab itu, seorang Muslim wajib mengetahui tuntunan hidup agar dapat menjaga diri dan keluarganya dari badai fitnah yang melanda.
Menjaga Iman dan Aqidah
Tuntunan pertama dan paling utama bagi seorang Muslim di zaman penuh fitnah adalah menjaga iman dan aqidah. Aqidah yang benar ibarat pondasi kokoh yang akan menjaga bangunan Islam seseorang agar tidak roboh.
Allah Ta‘ala berfirman:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Hud: 112)
Iman bukan sekadar pengakuan di lisan, tetapi harus dijaga dengan ilmu, amal, dan doa. Di masa ini, banyak fitnah yang mengguncang keyakinan — mulai dari ideologi sesat, pemikiran liberal, hingga fitnah yang tersembunyi dalam bentuk hiburan dan budaya populer. Karena itu, seorang Muslim hendaknya selalu memperbarui imannya dengan dzikir, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis ilmu, dan bergaul dengan orang-orang saleh.
Berpegang Teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah
Ketika dunia dipenuhi kebingungan dan nilai-nilai kebenaran diputarbalikkan, maka satu-satunya pegangan yang pasti adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada keduanya: (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(HR. Malik)
Banyak orang hari ini menjadikan media sosial, tren, atau opini manusia sebagai pedoman hidup. Padahal, sumber kebenaran sejati hanyalah wahyu Allah dan tuntunan Rasulullah ﷺ. Maka, penting bagi setiap Muslim untuk kembali kepada sumber ilmu yang sahih — belajar tafsir Al-Qur’an, memahami hadis-hadis Nabi, dan meneladani para ulama yang lurus.
Menjaga Lisan dan Jari dari Fitnah
Zaman modern membawa kemudahan komunikasi, tetapi juga memperbesar peluang dosa lisan dan tulisan. Fitnah hari ini tidak hanya lewat ucapan, tapi juga melalui jari yang mengetik di layar ponsel.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Banyak orang terjatuh dalam dosa besar karena menyebarkan berita bohong, menggunjing, mencela, atau berdebat tanpa ilmu di media sosial. Seorang Muslim yang cerdas akan berhati-hati dalam berbicara dan menulis. Ia tahu bahwa setiap kata akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”
(QS. Qaf: 18)
Karena itu, jauhilah ghibah, fitnah, dan komentar sia-sia di dunia maya. Gunakan media sosial untuk kebaikan — menyebarkan ilmu, dakwah, dan nasihat yang mendekatkan diri kepada Allah.
Menjaga Diri dan Keluarga dari Godaan Dunia
Fitnah dunia adalah fitnah yang paling besar. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan menimpa kalian. Akan tetapi, aku takut jika dunia dibukakan bagi kalian sebagaimana ia dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya dunia membinasakan kalian sebagaimana ia membinasakan mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Harta, jabatan, dan popularitas sering kali membuat seseorang lupa diri. Banyak orang yang awalnya ikhlas, berubah niatnya karena ingin dikenal, dihormati, atau mendapat keuntungan duniawi. Maka, penting bagi seorang Muslim untuk menjaga hatinya agar tidak terikat pada dunia.
Allah berfirman:
“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan…”
(QS. Al-Hadid: 20)
Seorang Muslim yang cerdas akan menjadikan dunia sebagai sarana untuk akhirat, bukan tujuan hidup. Ia bekerja mencari nafkah, tetapi tetap menempatkan ridha Allah di atas segalanya.
Menjaga Ukhuwah dan Menghindari Perpecahan
Fitnah juga sering datang dalam bentuk perpecahan umat. Di zaman ini, perbedaan kecil bisa membesar karena fanatisme, emosi, atau kesalahpahaman yang disebarkan melalui media. Padahal Allah memerintahkan umat Islam untuk bersatu.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.”
(QS. Ali Imran: 103)
Rasulullah ﷺ juga memperingatkan:
“Janganlah kalian saling dengki, jangan saling membenci, dan jangan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang Muslim yang bijak tidak mudah menghakimi saudaranya, tidak tergesa menyebarkan berita, dan selalu mencari cara untuk mendamaikan. Ia memahami bahwa persaudaraan dalam Islam lebih berharga daripada menang dalam perdebatan.
Bersabar dan Teguh pada Jalan Kebenaran
Fitnah yang paling berat seringkali datang kepada orang-orang yang berusaha istiqamah. Namun, kesabaran adalah kunci kemenangan.
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga, serta bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
(QS. Ali Imran: 200)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Orang yang jujur dianggap pendusta, pendusta dianggap jujur; orang yang amanah dianggap khianat, dan pengkhianat dianggap amanah; serta orang yang rendah berbicara di tengah masyarakat.”
(HR. Ahmad)
Pada masa seperti ini, kesabaran dan keteguhan dalam ketaatan menjadi ujian besar. Muslim sejati akan tetap melaksanakan shalat, menjaga hijab, menjauhi riba, dan berpegang pada sunnah meskipun banyak yang meremehkannya.
Menyibukkan Diri dengan Amal Saleh
Rasulullah ﷺ memberikan solusi yang jelas ketika fitnah datang: “Bersegeralah kalian beramal sebelum datang fitnah seperti potongan malam yang gelap.”
Amal saleh adalah perisai dari fitnah. Saat dunia sibuk dengan urusan duniawi, seorang Muslim hendaknya memperbanyak dzikir, sedekah, membaca Al-Qur’an, membantu sesama, dan terus memperbaiki diri. Amal yang ikhlas akan menjadi cahaya di tengah kegelapan fitnah.
Penutup
Zaman fitnah memang menakutkan, tetapi bukan alasan untuk berputus asa. Justru di masa inilah Allah memberi kesempatan besar untuk memperoleh pahala yang agung. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Beribadah di masa fitnah seperti berhijrah kepadaku.”
(HR. Muslim)
Maka, jadilah Muslim yang cerdas dan kokoh iman. Pegang teguh Al-Qur’an dan Sunnah, jaga lisan, jauhi maksiat, cintai ukhuwah, dan bersabarlah dalam kebenaran. Karena siapa pun yang mampu menjaga dirinya di zaman penuh fitnah, dialah yang akan termasuk dalam golongan yang diberi keselamatan dan kemuliaan oleh Allah di dunia dan akhirat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
