Khazanah
Beranda » Berita » Birrul Wālidayn: Berbakti kepada Orang Tua dalam Cahaya Hidayah

Birrul Wālidayn: Berbakti kepada Orang Tua dalam Cahaya Hidayah

Seorang anak mencium tangan ibunya dengan lembut, menggambarkan birrul walidain menurut Imam al-Ghazālī.
Ilustrasi simbolik tentang kasih dan penghormatan anak kepada orang tua sebagaimana diajarkan oleh Imam al-Ghazālī dalam Bidāyat al-Hidāyah.

Surau.co. Berbakti kepada orang tua — birrul wālidayn — merupakan salah satu tema paling lembut namun paling dalam dalam Bidāyat al-Hidāyah karya Imam Abū Ḥāmid al-Ghazālī. Ia menempatkan bakti kepada orang tua bukan sekadar kewajiban moral, tetapi sebagai bentuk tertinggi dari adab dan spiritualitas.

Dalam pandangan al-Ghazālī, kasih sayang orang tua adalah manifestasi rahmat Allah di dunia. Karena itu, menghormati dan melayani mereka bukan hanya wujud syukur, melainkan jalan menuju ridha Ilahi.

Beliau menulis dengan nada penuh hikmah:

اِعْلَمْ أَنَّ حَقَّ الْوَالِدَيْنِ عَظِيمٌ، فَإِنَّهُمَا السَّبَبُ فِي وُجُودِكَ، وَبِرُّهُمَا بَابُ رِضَا اللَّهِ.
“Ketahuilah, hak kedua orang tuamu amat agung, karena merekalah sebab keberadaanmu, dan berbakti kepada keduanya adalah pintu menuju keridaan Allah.” (Bidāyat al-Hidāyah, hlm. 160)

Kedalaman kalimat ini menggambarkan bagaimana birrul wālidayn menjadi pondasi bagi perjalanan hidayah seorang Muslim.

Fenomena Sehari-hari: Ketika Dunia Terlalu Sibuk untuk Berbakti

Kita hidup di zaman yang penuh kesibukan. Banyak orang mengejar karier, pendidikan, dan prestasi, tapi sering lupa memberi waktu untuk orang tua. Telepon jarang, kunjungan semakin singkat, bahkan sekadar ucapan terima kasih terasa berat diucapkan.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Padahal, dalam Bidāyat al-Hidāyah, al-Ghazālī menegaskan:

لَا تَنْظُرْ إِلَى وَالِدَيْكَ بِعَيْنِ الِاسْتِعْظَامِ لِنَفْسِكَ، فَإِنَّهُمَا أَسْبَقُ إِلَى الْإِحْسَانِ إِلَيْكَ.
“Jangan memandang dirimu lebih besar dari orang tuamu, sebab mereka telah lebih dahulu berbuat baik kepadamu.” (Bidāyat al-Hidāyah, hlm. 161)

Kalimat ini adalah tamparan halus bagi generasi yang sering merasa “lebih tahu” dari orang tua mereka. Al-Ghazālī menempatkan adab di atas segalanya, bahkan ketika orang tua memiliki kelemahan atau perbedaan pandangan.

Al-Qur’an pun memberikan perintah langsung:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.” (QS. Al-Isrā’ [17]: 23)

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Ayat ini menempatkan bakti kepada orang tua setelah tauhid — tanda betapa pentingnya kedudukan mereka dalam Islam.

Hakikat Berbakti: Dari Perbuatan Lahir hingga Keikhlasan Batin

Menurut al-Ghazālī, birrul wālidayn tidak berhenti pada tindakan lahiriah seperti memberi nafkah atau membantu pekerjaan mereka. Lebih dari itu, berbakti berarti menjaga hati agar tidak tersentuh sedikit pun oleh rasa jengkel atau kebosanan terhadap keduanya.

Beliau menulis:

إِيَّاكَ وَأَنْ تَظْهَرَ التَّبَرُّمَ مِنْ خِدْمَتِهِمَا، فَإِنَّ ذَلِكَ يُذْهِبُ بَرَكَةَ عُمُرِكَ.
“Waspadalah agar engkau tidak menampakkan kejengkelan dalam melayani keduanya, karena itu akan menghapus keberkahan umurmu.” (Bidāyat al-Hidāyah, hlm. 162)

Kata “berkah” di sini menunjukkan bahwa hubungan dengan orang tua bukan hanya hubungan biologis, tapi spiritual. Siapa yang menghormati mereka, maka hidupnya akan dipenuhi ketenangan.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Rasulullah ﷺ bersabda:

رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ.
“Keridaan Allah tergantung pada keridaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmiżī)

Maka, siapa pun yang ingin dekat kepada Allah harus memulainya dari rumah — dari ketaatan dan penghormatan kepada kedua orang tua.

Merawat Orang Tua di Masa Tua: Ujian Kesetiaan

Dalam Bidāyat al-Hidāyah, Imam al-Ghazālī menyebut masa tua orang tua sebagai ladang pahala bagi anak. Ketika mereka lemah, pikun, atau mudah tersinggung, di situlah ukuran sejati bakti diuji.

Beliau menulis:

إِذَا بَلَغَ أَحَدُهُمَا الْكِبَرَ، فَلَا تَمَلَّ مِنْ كَلَامِهِمَا، فَقَدْ كُنْتَ فِي صِغَرِكَ أَكْثَرَ إِيلَامًا لَهُمَا.
“Jika salah satu dari keduanya telah lanjut usia, jangan bosan mendengar ucapan mereka, sebab ketika kecil engkau lebih banyak menyakiti mereka.” (Bidāyat al-Hidāyah, hlm. 163)

Ungkapan ini menyentuh sisi psikologis dan spiritual. Ia mengingatkan bahwa kesabaran anak terhadap orang tua adalah bentuk timbal balik dari kasih yang dulu mereka berikan tanpa batas.

Al-Qur’an juga mengajarkan doa yang menjadi simbol cinta abadi antara anak dan orang tua:

رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا.
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil.” (QS. Al-Isrā’ [17]: 24)

Doa ini tidak hanya untuk diucapkan, tetapi untuk dihayati — sebagai bentuk kerendahan hati bahwa tanpa mereka, kita bukan siapa-siapa.

Fenomena Modern: Antara Cinta dan Jarak

Zaman digital membuat hubungan terasa dekat secara teknologi, tapi jauh secara emosi. Banyak anak yang mengirim uang bulanan kepada orang tua, namun jarang meluangkan waktu untuk sekadar mendengarkan kisah mereka. Padahal, bagi orang tua, kehadiran anak sering kali lebih berharga daripada semua bantuan materi.

Imam al-Ghazālī menulis dengan lirih:

لَيْسَ بِرًّا أَنْ تُطْعِمَهُمَا وَتَحْرِمَهُمَا مِنْ لُطْفِكَ وَرِقَّتِكَ.
“Berbakti bukan sekadar memberi makan keduanya, tetapi juga menyertai dengan kelembutan dan kasih sayang.” (Bidāyat al-Hidāyah, hlm. 164)

Kelembutan adalah inti dari bakti. Satu kalimat lembut dari anak dapat menghapus rasa sepi yang panjang di hati orang tua.

Refleksi: Jalan Hidayah yang Dimulai dari Rumah

Bakti kepada orang tua adalah fondasi bagi segala kebaikan sosial. Seseorang yang mampu menghormati ayah dan ibunya akan mudah menghormati gurunya, sahabatnya, bahkan sesama manusia.

Al-Ghazālī menutup nasihat tentang birrul wālidayn dengan kalimat sederhana namun menggugah:

إِذَا كُنْتَ بَارًّا بِوَالِدَيْكَ، بَارَكَ اللَّهُ فِي عُمْرِكَ، وَأَلْهَمَ أَوْلَادَكَ الْبِرَّ بِكَ.
“Jika engkau berbakti kepada kedua orang tuamu, Allah akan memberkahi umurmu dan mengilhamkan anak-anakmu agar berbakti kepadamu.” (Bidāyat al-Hidāyah, hlm. 165)

Berbakti kepada orang tua bukan hanya ibadah pribadi, tetapi warisan kebaikan lintas generasi. Hati yang lembut kepada orang tua akan melahirkan generasi yang penuh kasih, dan dari sanalah masyarakat yang beradab tumbuh.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement