Pendidikan
Beranda » Berita » Tradisi Mengaji Kampung: Dari Surau Kecil Menuju Akhlak yang Besar

Tradisi Mengaji Kampung: Dari Surau Kecil Menuju Akhlak yang Besar

Guru Ngaji Di Kampung
Guru Ngaji Di Kampung

SURAU.CO-Tradisi mengaji kampung tumbuh sebagai fondasi akhlak umat Islam di Nusantara. Tradisi mengaji kampung hidup bukan hanya sebagai aktivitas membaca Al-Qur’an, tetapi juga sebagai proses membentuk karakter sejak dini. Anak-anak datang ke surau kecil dengan semangat, sementara guru mengaji menyambut mereka dengan kesabaran dan ketulusan. kita melihat langsung bagaimana suasana tenang di kampung berubah menjadi ruang belajar penuh hikmah ketika ayat suci mulai dilantunkan. Udara malam terasa hangat oleh cahaya lampu sederhana dan suara murid yang berjuang melafazkan huruf dengan benar.

Masyarakat desa menjadikan mengaji sebagai rutinitas harian yang melibatkan seluruh lapisan sosial. Orang tua mengantar anak, pemuda membantu membersihkan surau, sedangkan tetua kampung memberi nasihat sebelum pelajaran dimulai. Anak-anak belajar menghormati guru, mematuhi waktu, dan menjaga adab dalam berbicara. Mereka tidak hanya menirukan bunyi ayat, tetapi menyerap nilai tentang kesabaran, kejujuran, dan amanah. Tradisi ini melatih mental dan hati, bukan sekadar kemampuan membaca Al-Qur’an.

Kita juga mengamati bagaimana guru mengaji memegang peran penting. Mereka mengajar tanpa pamrih, mengutamakan keridhaan Allah. Banyak dari mereka memulai kelas setelah bekerja seharian di ladang atau pasar. Dedikasi itu memberikan keteladanan kuat bagi generasi muda. Para murid memahami bahwa ilmu menuntut pengorbanan dan ketekunan. Mereka tumbuh dengan kesadaran bahwa keberkahan datang melalui usaha dan niat yang benar.

Tradisi ini tetap relevan meskipun zaman berubah. Teknologi hadir, namun nilai-nilai yang lahir dari surau tetap mengakar. Di beberapa kampung, anak-anak masih mengaji sambil duduk bersila di atas tikar. Di tempat lain, masyarakat memadukan metode digital dengan tradisi lisan yang turun-temurun. Perubahan tidak menghapus esensinya; justru memperluas akses belajar sambil menjaga ruh kebersahajaan.

Dari Surau Menjadi Pusat Moral: Tradisi dan Akhlak

Surau di kampung berfungsi sebagai pusat pembinaan karakter. Guru mengaji memandu murid membaca Al-Qur’an, menulis huruf Arab, serta memahami makna ibadah. Mereka melatih anak untuk tertib, hormat, dan rendah hati. Surau bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang bermain yang mendidik anak agar tidak lupa adab saat bersosialisasi.

Tau Bahwa Tidak Tau: Gerbang Terpenting Menuju Ilmu

Masyarakat memandang surau sebagai tempat lahirnya generasi beradab. Tokoh masyarakat sering muncul dari tradisi ini. Mereka membawa nilai kesederhanaan, kecintaan pada ilmu, dan semangat memperbaiki diri. Ketika budaya luar membawa budaya instan, surau justru menguatkan jati diri umat: bahwa kemuliaan datang melalui pembinaan hati.

Tradisi ini juga menjadi jalan penyebaran Islam pada masa awal penyebarannya. Ulama kampung mengajar dengan pendekatan budaya, menyatu dengan kehidupan masyarakat. Mereka menyebarkan ilmu melalui keteladanan, bukan sekadar ceramah. Dari situlah Islam tumbuh secara damai dan mendalam.

Hingga kini, saya menemukan banyak kampung yang merawat tradisi itu. Anak-anak mencuci tangan sebelum masuk surau, menaruh sandal rapi, lalu membaca doa sebelum memulai pelajaran. Rutinitas sederhana ini membentuk identitas spiritual dan sosial yang kuat.

Melestarikan Tradisi Mengaji di Era Digital

Umat Islam dapat mempertahankan tradisi mengaji kampung dengan memadukan nilai lama dan fasilitas baru. Orang tua menanamkan minat belajar sejak dini, sementara tokoh masyarakat mengadakan kelas ba’da maghrib atau subuh. Banyak kampung kini menggunakan mushaf besar, speaker masjid, hingga video pembelajaran untuk memperkuat metode tradisional.

Melihat contoh inspiratif di Sumatera dan Kalimantan. Anak-anak tidak hanya membaca ayat, tetapi juga membersihkan masjid, menata rak Qur’an, dan membantu jamaah lanjut usia. Aktivitas ini membentuk kesadaran bahwa ibadah meliputi tindakan sosial. Tradisi ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam tidak bergantung pada teknologi tinggi; ia tumbuh dari keteladanan, kesederhanaan, dan disiplin.

Masa Lalu yang Tidak Kunjung Pergi: Warisan Kolonialisme Inggris-Prancis di Timur Tengah dan Afrika Utara

Ketika tradisi ini terjaga, surau kecil akan terus melahirkan akhlak besar. Generasi baru memperoleh fondasi spiritual yang stabil, sekaligus identitas moral yang kokoh menghadapi zaman yang serba cepat. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.