SURAU.CO – Ini membahas asal muasal ideologi demokrasi sekuler dari akar Pedalaman Pagan Yunani Kuno hingga sistem global modern, serta menelaah akibat fatal yang ditimbulkannya terhadap kemanusiaan dan bumi. Demokrasi sekuler, yang menyingkirkan kedaulatan Tuhan dan menggantikannya dengan kedaulatan manusia, telah melahirkan ideologi kapitalisme, imperialisme, dan kebijakan global yang 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗹𝗮𝗻 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝟯𝟬𝟬 𝗷𝘂𝘁𝗮 𝗸𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗷𝗶𝘄𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗮𝗯𝗮𝗱 𝘁𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿. Melalui analisis historis, ilmiah, dan syariat, tulisan ini menunjukkan bahwa sistem buatan manusia selalu berujung pada kerusakan dan ketidakadilan, sedangkan Islam melalui konsep Syura Ilahiyah dengan sistem ilahi yang menegakkan keadilan sejati dan menjaga kehidupan seluruh makhluk.
Pendahuluan
Setiap peradaban lahir dari asas keyakinan tentang siapa pemegang kekuasaan tertinggi: manusia atau Tuhan. Demokrasi modern menjawabnya dengan menegakkan kedaulatan manusia, menyingkirkan wahyu, dan memuja “suara mayoritas” sebagai sumber hukum.
Namun sejarah membuktikan bahwa ketika manusia mengambil alih peran Tuhan, ia menciptakan kerusakan besar bukan hanya pada sistem sosial, tetapi juga pada tatanan bumi.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan:
> “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia.”
(QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini bukan sekadar nubuwat, tetapi realitas empiris peradaban sekuler modern.
𝗔𝘀𝗮𝗹 𝗠𝘂𝗮𝘀𝗮𝗹 𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗮𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲
Kata demokrasi berasal dari Yunani: demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan). Sistem ini muncul di Athena sekitar abad ke-5 SM pada masa Kleisthenes. Tujuannya bukan menegakkan keadilan universal, tetapi menyeimbangkan kekuasaan antarbangsawan dan rakyat untuk meredam konflik sosial.
Namun demokrasi Yunani terbatas: hanya pria dewasa warga asli yang boleh bersuara perempuan, budak, dan pendatang dikeluarkan dari hak politik. Dari sini tampak bahwa demokrasi lahir bukan dari moral ilahi, melainkan dari rekayasa kekuasaan manusia.
Dari sini jelas bahwa demokrasi modern adalah warisan intelektual dari Yunani pagan, bukan ajaran langit.
Socrates membuka ruang rasionalisme atas kritikan nya pada penguasa, Plato merumuskan utopia manusiawi, dan Aristoteles menstrukturkannya menjadi ilmu politik.
Setelah berabad-abad, Eropa menghidupkannya kembali dalam bentuk demokrasi sekuler yang hari ini diagungkan sebagai sistem terbaik padahal ia berdiri di atas pemikiran manusia yang menolak Tuhan.
Demokrasi bukan sistem wahyu, melainkan warisan 𝗽𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮𝗯𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺𝗮𝗻 𝗣𝗮𝗴𝗮𝗻 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 𝗞𝘂𝗻𝗼 yang 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙜𝙖𝙣𝙩𝙞 𝙝𝙪𝙠𝙪𝙢 𝘼𝙡𝙡𝙖𝙝 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙖𝙡 𝙢𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖.
Setelah Eropa keluar dari zaman kegelapan, demokrasi bangkit kembali dalam wujud sekularisme memisahkan agama dari kehidupan. Revolusi Prancis (1789) menegakkan semboyan “Liberté, Égalité, Fraternité” kebebasan, kesetaraan, persaudaraan tetapi menyingkirkan Tuhan sebagai sumber hukum. Inilah cikal bakal sistem dunia modern yang kita warisi hari ini.
𝗣𝗶𝗹𝗮𝗿 𝗜𝗱𝗲𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶 𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿
- Kedaulatan rakyat, bukan kedaulatan Allah.
- Hukum buatan manusia, bukan hukum wahyu.
- Kebebasan individu tanpa batas, bukan ketaatan terhadap syariat.
- Nilai-nilai material dan suara mayoritas, bukan nilai kebenaran dan keadilan Ilahi.
Sistem ini tampak adil secara teori, tetapi ia mengandung racun: karena suara mayoritas tidak selalu benar, dan ketika hawa nafsu disahkan menjadi hukum, maka kerusakan tak terelakkan.
Dan dari sanalah 𝗹𝗮𝗵𝗶𝗿 𝘀𝗲𝗸𝘂𝗹𝗮𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗸𝗮𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗵𝗲𝗱𝗼𝗻𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵 𝗸𝗲𝗿𝘂𝘀𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗺𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗶𝗻𝗶 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗿𝗶 𝗶𝗻𝗶.
𝗗𝗮𝗺𝗽𝗮𝗸 𝗡𝘆𝗮𝘁𝗮 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗮𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗮𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗨𝗺𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝗕𝘂𝗺𝗶
Ketika demokrasi sekuler menjadi ideologi global, 𝗹𝗮𝗵𝗶𝗿 𝘀𝗲𝗸𝘂𝗹𝗮𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗸𝗮𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗶𝗺𝗽𝗲𝗿𝗶𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲, 𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗶𝗯𝗲𝗿𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗲𝗸𝗼𝗻𝗼𝗺𝗶. 𝗞𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗵𝗮𝗻𝗰𝘂𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗷𝘂𝘁𝗮𝗮𝗻 𝗻𝘆𝗮𝘄𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗿𝘂𝘀𝗮𝗸 𝗯𝘂𝗺𝗶 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘀𝗸𝗮𝗹𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗽𝗲𝗿𝗻𝗮𝗵 𝘁𝗲𝗿𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗲𝗽𝗮𝗻𝗷𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗷𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮.
- 𝗞𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗝𝗶𝘄𝗮 𝗱𝗶 𝗔𝗯𝗮𝗱 𝗠𝗼𝗱𝗲𝗿𝗻
Berdasarkan data sejarah dan penelitian lintas disiplin, abad ke-20 yang disebut “abad peradaban modern” justru menjadi abad paling berdarah dalam sejarah umat manusia:
Korban perang dan konflik politik (abad ke-20): ±231 juta jiwa. Termasuk perang dunia, konflik ideologi, genosida, dan teror negara.
Perang Dunia II (1939–1945): 50–85 juta jiwa. Puncak kehancuran akibat sistem negara-bangsa dan perlombaan industri senjata.
𝙆𝙚𝙡𝙖𝙥𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙨𝙖𝙧 𝙖𝙠𝙞𝙗𝙖𝙩 𝙠𝙚𝙗𝙞𝙟𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙚𝙠𝙤𝙣𝙤𝙢𝙞-𝙥𝙤𝙡𝙞𝙩𝙞𝙠:
Great Chinese Famine (1959–1961): ±30 juta jiwa.
Bengal Famine (1943): ±2 juta jiwa.
Kolonialisme Inggris di India (1881–1920): lebih dari ±100 juta kematian berlebih menurut analisis historis modern.
𝗧𝗼𝘁𝗮𝗹 𝗸𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝘀𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿 𝗺𝗼𝗱𝗲𝗿𝗻:
Jika dikalkulasikan, korban akibat perang, kebijakan, dan kelaparan struktural 𝗺𝗲𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵𝗶 𝟯𝟬𝟬 𝗷𝘂𝘁𝗮 𝗷𝗶𝘄𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗮𝗯𝗮𝗱, angka yang melampaui seluruh perang kuno sepanjang sejarah.
- 𝗞𝗮𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗺𝗮𝘁𝗶𝗮𝗻 𝗦𝘂𝗻𝘆𝗶 𝗔𝗸𝗶𝗯𝗮𝘁 𝗞𝗲𝗹𝗮𝗽𝗮𝗿𝗮𝗻
𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻, kapitalisme global menyebabkan jutaan orang mati bukan karena perang, tetapi karena lapar di tengah kelimpahan pangan dunia.
𝗗𝗮𝘁𝗮 𝗼𝗿𝗴𝗮𝗻𝗶𝘀𝗮𝘀𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗻𝗷𝘂𝗸𝗸𝗮𝗻
±9 juta manusia meninggal setiap tahun karena kelaparan dan malnutrisi,
termasuk ±3 juta anak di bawah usia lima tahun.
𝗜𝗿𝗼𝗻𝗶𝘀: di satu sisi, dunia kapitalis membuang makanan miliaran ton setiap tahun; di sisi lain, jutaan manusia mati tanpa sesuap nasi. Inilah wajah asli “kebebasan ekonomi” dalam sistem sekuler.
- 𝗞𝗲𝗿𝘂𝘀𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗕𝘂𝗺𝗶
Sekularisme tidak hanya membunuh manusia, tetapi juga menghancurkan bumi:
Pemanasan global meningkat lebih dari 1,1°C sejak revolusi industri.
Populasi satwa liar menurun lebih dari 68% sejak 1970.
Lahan subur, laut, dan udara tercemar oleh industri tanpa moral.
Inilah makna firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang hidup di hadapan kita:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
> “Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi, mereka berkata: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.”
(QS. Al-Baqarah: 11–12)
𝗣𝗘𝗥𝗕𝗔𝗡𝗗𝗜𝗡𝗚𝗔𝗡: 𝗗𝗘𝗠𝗢𝗞𝗥𝗔𝗦𝗜 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗘𝗥 𝗩𝗦 𝗦𝗬𝗨𝗥𝗔 𝗜𝗟𝗔𝗛𝗜𝗬𝗔𝗛
𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿 𝗱𝗶𝗯𝗮𝗻𝗴𝘂𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗸𝗲𝗵𝗲𝗻𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮, 𝘀𝗲𝗱𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻 𝗦𝘆𝘂𝗿𝗮 𝗜𝗹𝗮𝗵𝗶𝘆𝗮𝗵 𝗱𝗶𝘁𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘄𝗮𝗵𝘆𝘂 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵.
Dalam demokrasi, sumber hukum lahir dari parlemen dan suara mayoritas manusia membuat aturan sesuai selera, berubah-ubah mengikuti hawa nafsu zaman.
Dalam Syura, hukum bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, kekal, pasti, dan tidak tunduk pada keinginan manusia.
Kedaulatan dalam demokrasi berada di tangan rakyat, mereka mengangkat dan menjatuhkan pemimpin berdasarkan angka dan kampanye.
Sedangkan dalam Islam, kedaulatan mutlak di tangan Allah. Rakyat bukan pemilik hukum, melainkan hamba yang tunduk kepada hukum Rabb-nya.
Tujuan demokrasi hanyalah memenuhi kepentingan mayoritas, sering kali mengorbankan yang lemah demi yang kuat.
Sementara Syura menegakkan keadilan dan kemaslahatan seluruh makhluk, karena yang menjadi tujuan bukan suara manusia, tetapi ridha Allah.
Moralitas dalam demokrasi bersifat relatif dan rapuh hari ini sesuatu dianggap benar, esok bisa dibalik menjadi salah.
Dalam Syura, moralitas bersifat absolut, berlandaskan wahyu, dan tidak akan pernah berubah sepanjang zaman.
Akibatnya, sistem demokrasi melahirkan konflik, eksploitasi, dan kerusakan bumi, karena hukum dibuat untuk menguntungkan segelintir manusia.
Sedangkan Syura menghadirkan keseimbangan, keadilan, dan rahmat, karena hukum diturunkan dari Tuhan yang Mahaadil, bukan dari hawa nafsu manusia.
𝗦𝗬𝗨𝗥𝗔 𝗕𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗗𝗘𝗠𝗢𝗞𝗥𝗔𝗦𝗜 𝗩𝗘𝗥𝗦𝗜 𝗜𝗦𝗟𝗔𝗠
Syura bukan hasil voting.
>Syura bukan kompromi suara mayoritas.
>Syura adalah sistem wahyu, bukan sistem ciptaan manusia.
Dalam Islam, musyawarah hanyalah sarana menegakkan hukum Allah, bukan menggantinya.
Mereka yang bermusyawarah dalam Islam bukan menentukan hukum baru, tapi mencari cara terbaik untuk menjalankan hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah.
𝗙𝗜𝗥𝗠𝗔𝗡 𝗔𝗟𝗟𝗔𝗛 𝗦𝗨𝗕𝗛𝗔𝗡𝗔𝗛𝗨 𝗪𝗔 𝗧𝗔’𝗔𝗟𝗔
> “Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.”
(QS. Asy-Syura: 38)
Ayat ini bukan legitimasi demokrasi, tetapi perintah agar umat bermusyawarah dalam ketaatan kepada syariat, bukan dalam menentukan halal dan haram.
𝗞𝗲𝘀𝗶𝗺𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗗𝗮𝗸𝘄𝗮𝗵
Demokrasi sekuler adalah sistem yang menuhankan manusia dan menyingkirkan Allah dari kehidupan. Ia lahir dari filsafat Yunani, tumbuh dari darah revolusi Barat, dan kini berbuah menjadi kerusakan bumi serta kematian ratusan juta jiwa.
Islam datang bukan untuk sekadar mengkritik, tetapi membawa sistem solutif yang adil, seimbang, dan ilahi: sistem Syura, Khilafah, dan hukum Allah yang menegakkan keadilan hakiki sebagaimana sudah terbukti membawa peradaban gemerlap menjadi terang benderang seperti sekarang ini.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
> “Barang siapa tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Ma’idah: 45)
𝗦𝘂𝗱𝗮𝗵 𝘀𝗮𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿:
Kebebasan tanpa wahyu adalah perbudakan hawa nafsu.
Kedaulatan tanpa Allah adalah jalan menuju kehancuran.
Dan keadilan sejati hanya lahir di bawah hukum Allah.
𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗶𝗻𝗴𝗴𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗻𝗮𝗳𝘀𝘂,
𝗦𝘆𝘂𝗿𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗶𝗻𝗴𝗴𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗶𝗺𝗮𝗻.
𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗮𝗺𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗿𝘂𝘀𝗮𝗸𝗮𝗻,
𝗦𝘆𝘂𝗿𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗻.
𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗪𝗮𝗿𝗶𝘀𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺𝗮𝗻 𝗣𝗮𝗴𝗮𝗻 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 𝗞𝘂𝗻𝗼.
𝗦𝗘𝗥𝗨𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗞𝗪𝗔𝗛 𝗜𝗠𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗥𝗜 𝗠𝗔𝗝𝗟𝗜𝗦 𝗞𝗘 𝗠𝗔𝗝𝗟𝗜𝗦
𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗮𝗺, 𝗞𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗮𝗺 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗴𝘂𝗮𝗽 𝗸𝗲𝗯𝗮𝘁𝗶𝗹𝗮𝗻.
𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗻𝗮𝗳𝘀𝘂,
𝗦𝘆𝘂𝗿𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗶𝗺𝗮𝗻.
Sebarkan makalah ini ke setiap majlis, setiap akun, setiap hati yang masih hidup.
Bangunkan umat dari tidur panjang sekularisme. Sampaikan bahwa hukum Allah tidak pernah usang, dan kedaulatan hanya milik-Nya.
𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝗱𝗶𝗮𝗺, 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝗸𝗲𝗻𝗶𝘀𝘁𝗮𝗮𝗻 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗴𝘂𝗮𝗽 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗿𝗮𝗸𝘆𝗮𝘁. 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗱𝗮𝗸𝘄𝗮𝗵, 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗱𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗻 𝗶𝗹𝗮𝗵𝗶 𝗱𝗶 𝗺𝘂𝗸𝗮 𝗯𝘂𝗺𝗶.
𝗦𝗘𝗕𝗔𝗥𝗞𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗞𝗪𝗔𝗛 𝗜𝗡𝗜
Jadikan makalah ini bahan kajian dan renungan setiap majlis.
Sebarkan ke seluruh akun, agar umat tahu perbedaan antara sistem wahyu dan sistem kufur.
Mereka menipu umat dengan istilah modern — demokrasi bukanlah keadilan, tapi jebakan peradaban.
𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵𝗹𝗮𝗵 𝗣𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸 𝗞𝗲𝗱𝗮𝘂𝗹𝗮𝘁𝗮𝗻,
𝗦𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗻,
𝗗𝗮𝗸𝘄𝗮𝗵𝗺𝘂 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗿𝗷𝘂𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻.
𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an dan As-Sunnah
- IPCC, Climate Change 2023: Synthesis Report.
- University of Maryland, Dataset on 20th Century Wars and Conflicts.
- Niall Ferguson, Empire: How Britain Made the Modern World.
- Our World in Data, Famine and Hunger Statistics.
- Amartya Sen, Poverty and Famines.
- The World Food Programme (WFP), Global Hunger Reports 2020–2024.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
