SURAU.CO. Di jantung Kabupaten Jember, tepatnya pada 4 Oktober 1986, lahirlah sosok perempuan istimewa bernama Khilma Anis, yang kini dikenal luas sebagai “santri mendunia.” Putri dari pasangan KH. Lukman Yasir dan Dra. Hj. Hamidah Sri Winarni ini tumbuh dalam pelukan tradisi pesantren yang sarat nilai keilmuan dan adab. Sejak kecil, ia telah terbiasa hidup dalam suasana yang disiplin, religius, dan penuh kasih sayang, di mana setiap nasihat orang tua dan guru menjadi cahaya yang menuntun langkahnya. Dari ruang-ruang ngaji dan majelis ilmu yang teduh, perlahan tumbuh kecintaannya terhadap dunia literasi dan budaya. Ia mulai mengenal keindahan kata, kekuatan cerita, dan makna dakwah melalui tulisan—benih kecil yang kelak akan menumbuhkan pohon besar bernama karya dan pengabdian.
Jejak Awal di Dunia Literasi Santri
Pondok pesantren menjadi ladang ilmu bagi Khilma muda, tempat di mana kecintaannya pada kata dan makna mulai tumbuh subur. Di Pondok Pesantren Assaidiyah Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, ia mengasah bakat menulisnya dengan penuh semangat. Ia aktif menulis di majalah santri dan terlibat dalam berbagai kegiatan literasi yang menghidupkan budaya baca-tulis di lingkungan pesantren.
Dalam perjalanan itu, Khilma dipercaya menjadi redaktur majalah Elite dan memimpin redaksi Kresiba, dua media yang menjadi laboratorium awal bagi kepenulisannya. Dari sana, ia belajar bahwa menulis bukan sekadar mencatat peristiwa, melainkan menyuarakan nurani, merekam nilai, dan menghadirkan makna. Bagi Khilma, menulis adalah bentuk pengabdian—cara seorang santri berbicara kepada dunia dengan bahasa yang lembut namun berdaya.
Merajut Karya di Kota Pelajar
Setelah menuntaskan pendidikan di pesantren, Khilma melanjutkan langkah intelektualnya ke UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan memilih Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sebagai jalan perjuangan ilmiahnya. Di kota pelajar yang kaya akan dinamika intelektual itu, semangatnya terhadap sastra dan dakwah kian menggelora. Ia aktif di lembaga pers kampus, menulis di berbagai media, serta bergabung dengan komunitas literasi yang menumbuhkan jejaring kreatif dan spiritual sekaligus.
Di sela perkuliahan dan kegiatan dakwah, ia terus menulis—menjadikan pena sebagai wasilah menyampaikan pesan kebaikan. Puncaknya, pada tahun 2008, Khilma menerbitkan novel perdananya berjudul Jadilah Purnamaku, Ning melalui Penerbit Matapena LKIS Yogyakarta. Karya itu mendapat sambutan hangat dari pembaca, bukan hanya karena keindahan bahasanya, tetapi juga karena jiwanya yang memadukan kelembutan santri dan keteguhan perempuan. Novel ini menjadi penanda hadirnya suara baru dari kalangan santri perempuan—suara yang menulis bukan hanya untuk didengar, tapi untuk menyentuh dan menggerakkan hati.
Hati Suhita: Dari Facebook Menuju Layar Lebar
Langkah besar Khilma Anis benar-benar menggema ketika novel Hati Suhita terbit pada tahun 2019. Awalnya, kisah ini hanyalah cerita bersambung di Facebook, namun antusiasme pembaca yang luar biasa membuatnya diterbitkan dalam bentuk buku. Tak disangka, novel tersebut menjadi fenomena nasional—terjual lebih dari 90 ribu eksemplar dan kemudian diadaptasi menjadi film layar lebar yang rilis pada Mei 2023, disaksikan ratusan ribu penonton di seluruh Indonesia. Apa yang membuat Hati Suhita begitu menggetarkan? Khilma menulis dari ruang batin pesantren, dari tempat nilai, cinta, dan adab bertemu dalam satu napas kehidupan.
Ia menampilkan sosok perempuan yang taat sekaligus berpikir kritis, lembut namun teguh. Suhita bukan sekadar tokoh pasif, melainkan potret perempuan yang kuat, tawadhu’, dan sarat spiritualitas. Melalui tokoh ini, Khilma menghadirkan paradigma baru tentang perempuan pesantren—bahwa mereka bukan hanya pengabdi, tetapi juga pemikir, penjaga nilai, dan pejuang dengan mata pena dan doa.
Karya Lain dan Kontribusi Berkelanjutan
Selain Hati Suhita, Khilma Anis juga melahirkan karya-karya yang memperkaya khazanah sastra pesantren. Salah satunya adalah novel Wigati: Lintang Manik Woro (2018), sebuah kisah yang mengangkat mistisisme keris dan menampilkan sosok perempuan Jawa yang sarat makna simbolik. Dalam karya ini, Khilma memadukan kekuatan lokalitas budaya dengan spiritualitas sufistik, menjadikan ceritanya tidak hanya indah secara estetis, tetapi juga dalam. Ia menulis dengan gaya yang lembut namun menembus relung makna, menghidupkan nilai-nilai pesantren dalam narasi yang universal. Selain itu, Khilma juga menulis buku Ngaji Fiksi, sebuah panduan berharga bagi penulis muda di lingkungan pesantren agar mampu menulis dengan arah dan makna.
Kini, kesibukannya kian bertambah—ia mengasuh Pondok Pesantren An-Nur Kesilir Wuluhan, Jember, mendampingi sang suami Chazyal Mazda Choirozyad, serta menjadi ibu bagi dua buah hatinya, Nawaf Mazaya dan Rasyid Nibras. Di tengah perannya sebagai pendidik, penulis, dan ibu, Khilma tetap menulis dan berdakwah dengan hati yang penuh cahaya. Ia membuktikan bahwa perempuan bisa sukses tanpa meninggalkan jati diri. Justru dari keseharian dan ketulusannya sebagai ibu dan istri, lahir kehangatan yang menjelma dalam setiap karyanya.
Inspirasi dari Tinta dan Doa
Perjalanan hidup Khilma Anis adalah kisah inspiratif tentang keberanian seorang santri menembus batas tradisi tanpa kehilangan akar spiritualnya. Ia menulis dari rahim pesantren dan berbicara kepada dunia dengan tinta yang berbau doa. Dari pesantren yang sederhana, Khilma menanam makna besar—bahwa menulis bukan sekadar merangkai kata, tetapi membangun jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara nilai dan zaman. Karya-karyanya menjadi ladang amal jariyah yang terus menumbuhkan kebaikan. Dalam sosoknya, kita menemukan pesan mendalam bahwa kemuliaan bukan terletak pada gelar atau popularitas, melainkan pada keikhlasan hati dalam berkarya.
Ia menulis dengan cahaya, dengan niat yang jernih untuk menebarkan manfaat. Karena itu, Khilma Anis bukan hanya “penulis santri,” melainkan santri yang menulis untuk dunia. Dari dirinya kita belajar, dakwah tak selalu lewat mimbar—kadang ia lahir dari selembar kertas, dari sebaris kalimat yang hidup, dari pena yang menulis dengan cinta.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
