Opinion
Beranda » Berita » Ulama yang Takut Menyampaikan Kebenaran, Sebaiknya Jadi Santri Saja

Ulama yang Takut Menyampaikan Kebenaran, Sebaiknya Jadi Santri Saja

Ulama yang Takut Menyampaikan Kebenaran, Sebaiknya Jadi Santri Saja
Ulama yang Takut Menyampaikan Kebenaran, Sebaiknya Jadi Santri Saja

 

SURAU.CO – Pendahuluan: Di tengah krisis umat hari ini, suara kebenaran semakin jarang terdengar. Banyak yang menyandang gelar ulama atau tokoh agama, namun lidah mereka kelu saat berhadapan dengan penguasa zalim, sistem kufur, dan kebijakan yang menentang syariat. Mereka memilih 𝗱𝗶𝗮𝗺 𝗮𝘁𝗮𝘀 𝗻𝗮𝗺𝗮 𝗵𝗶𝗸𝗺𝗮𝗵, padahal hakikatnya itu 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗲𝗰𝘂𝘁 yang menukar amanah dengan keamanan pribadi.

𝗣𝗮𝗱𝗮𝗵𝗮𝗹, tugas ulama bukan sekadar mengajar dan menulis fatwa, tetapi 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗼𝗹𝗮𝗸 𝗸𝗲𝗯𝗮𝘁𝗶𝗹𝗮𝗻.
𝘒𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘶𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘶𝘭𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.

𝗨𝗹𝗮𝗺𝗮: 𝗣𝗲𝘄𝗮𝗿𝗶𝘀 𝗣𝗮𝗿𝗮 𝗡𝗮𝗯𝗶 𝗕𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗙𝗶𝗹𝘀𝘂𝗳 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 𝗞𝘂𝗻𝗼

Rasūlullāh ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Dan para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Warisan ini 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗱𝗮𝗿 𝗶𝗹𝗺𝘂 𝘁𝗲𝗼𝗿𝗶𝘁𝗶𝘀, 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗶𝗹𝗺𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗻𝘁𝘂𝘁 𝗸𝗲𝗯𝗲𝗿𝗮𝗻𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗶𝗸𝗵𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗱𝗶𝘀𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻. Nabi tidak pernah takut pada ancaman kaum musyrikin, tidak tunduk pada tekanan, dan tidak berkompromi dengan kebatilan.

Maka, ulama yang mengikuti jalan Nabi harus memiliki jiwa jihad, kejujuran, dan keteguhan.
Jika tidak, maka ia hanya pewaris jubah, bukan pewaris dakwah dimana wahyu digantikannya menjadi pilihan hidup jahilyah. inilah bukti cinta dunia melahirkan sifat pengecut menyebabkan kembali manusia bodoh dan jahiliyah.

𝗕𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗲𝗺𝗯𝘂𝗻𝘆𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻

Allah Ta‘ālā memperingatkan keras:

 إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Allah turunkan dari Kitab…”
(QS. Al-Baqarah: 174)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Rasūlullāh ﷺ juga bersabda:

“Barang siapa yang menyembunyikan ilmu padahal ia mengetahuinya, maka Allah akan mengekangnya dengan kekang dari api neraka pada hari kiamat.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Menyembunyikan kebenaran berarti mengkhianati amanah ilmu.
Lebih buruk lagi, ketika seorang ulama sengaja diam karena takut kehilangan posisi, takut pada manusia, atau ingin diterima penguasa dan masyarakat.

𝗨𝗹𝗮𝗺𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗶𝗮𝗺, 𝗦𝗲𝗯𝗮𝗯 𝗨𝗺𝗮𝘁 𝗟𝗲𝗺𝗮𝗵

Ulama yang takut menegakkan kebenaran menyebabkan umat kehilangan arah.
Ketika umat tidak lagi mendapat bimbingan dari ulama yang jujur, maka syirik, bid‘ah, dan sekularisme tumbuh subur.

Rakyat sibuk mengagungkan sistem demokrasi, nasionalisme, dan ideologi buatan manusia, karena ulama mereka diam terhadap kekufuran itu.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Padahal, diam terhadap kebatilan adalah bentuk dukungan terhadapnya.
Jika ulama tidak lagi berani berbicara, maka mereka menjadi bagian dari kerusakan itu sendiri.

𝗟𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗕𝗮𝗶𝗸 𝗝𝗮𝗱𝗶 𝗦𝗮𝗻𝘁𝗿𝗶

Jika seorang yang disebut ulama tidak sanggup berkata benar di hadapan kekuasaan atau masyarakat, lebih baik ia kembali menjadi santri.
Belajarlah lagi tentang keikhlasan, adab, dan amanah ilmu.
Karena ulama bukanlah gelar sosial, melainkan amanah yang berat dan sakral.

Ulama sejati adalah mereka yang:

𝗠𝗲𝗻𝘆𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗹𝗮𝘂 𝗽𝗮𝗵𝗶𝘁.
𝗠𝗲𝗻𝗲𝗴𝘂𝗿 𝗽𝗲𝗺𝗶𝗺𝗽𝗶𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘇𝗮𝗹𝗶𝗺 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝘁𝗮𝗸𝘂𝘁.
𝗠𝗲𝗻𝘂𝗻𝘁𝘂𝗻 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘁𝗮𝘂𝗵𝗶𝗱, 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗸𝗲𝗸𝘂𝗮𝘀𝗮𝗮𝗻.
𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗻𝗷𝘂𝗮𝗹 𝗮𝘆𝗮𝘁-𝗮𝘆𝗮𝘁 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮.

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗗𝗮𝗸𝘄𝗮𝗵

Wahai para penuntut ilmu!
Jadilah ulama yang berani berkata benar walau harus kehilangan segalanya.
𝗧𝗮𝗸𝘂𝘁𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵, 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮.
𝗞𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗹𝗶𝗱𝗮𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗮𝗺 𝗱𝗶 𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗯𝗮𝘁𝗶𝗹𝗮𝗻 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶 𝗽𝗲𝗻𝘆𝗲𝘀𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿𝗮𝘁.

Bangkitlah wahai pewaris para nabi,
Tegakkan kalimatullah di atas segala sistem manusia, 𝗗𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗱𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗶𝗹𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝘀𝗲𝗻𝗷𝗮𝘁𝗮, 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝘁𝗮𝗺𝗲𝗻𝗴 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗱𝗶𝗮𝗺.

𝗗𝗮𝗳𝘁𝗮𝗿 𝗥𝘂𝗷𝘂𝗸𝗮𝗻

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Sunan Abu Dawud no. 3658
  3. Sunan Tirmidzi no. 2649
  4. Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Baqarah: 174
  5. Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Bab Ilmu dan Ulama
  6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa
  7. Al-Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab.

Jadikan setiap langkah dan tulisanmu sebagai bagian dari jihad dakwah:

Sampaikan walau satu ayat.
Ingatkan walau satu kalimat.
Lawan kebisuan dengan kebenaran.

Sebarkan dakwah ini dengan niat ikhlas karena Allah, agar ilmu kembali dimuliakan, ulama kembali diteladani, dan umat kembali pada jalan tauhid.

Sebarkan dakwah ini di setiap majelis, grup, dan media. Karena satu kalimat haq bisa membongkar seribu dusta globalisme dan pesan ini sampai kepada Ulama bukan hanya sebatas Santri.

𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊

Islam — Sumber Ilmu Pengetahuan dan Cahaya Akhir Zaman

#IslamKaffah #TolakDemokrasiKufur #KembaliKeSyariat #IslamSolusiUmat #SyariatDiAtasSegalanya #TegakkanKhilafah #UlamaBerani #WaratsatulAnbiya #JanganDiamAtasBatil #DakwahTanpaTakut #IlmuAdalahAmanah #BangkitkanUlamaSejati  #MajelisUlamaIndonesia #FatwaHaramDemokrasi. (Rahmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement