SURAU.CO – Imam Abu Hamid Al-Ghazali, seorang ulama besar dan pemikir Muslim berpengaruh, memiliki pandangan yang mendalam tentang harta. Dalam berbagai karyanya, ia tidak hanya membahas hukum-hukum fiqih, tetapi juga filsafat di balik harta. Harta, menurut Al-Ghazali, bukanlah tujuan akhir kehidupan, melainkan sekadar alat. Jadi, bagaimana kita seharusnya memandang dan mengelola harta agar menjadi jembatan antara dunia dan akhirat?
Harta: Anugerah dan Ujian Ilahi
Al-Ghazali memandang harta sebagai anugerah sekaligus ujian dari Allah SWT. Allah memberikan harta kepada manusia sebagai sarana untuk menjalani kehidupan di dunia. Harta juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar, membangun peradaban, dan beribadah.
Namun demikian, harta juga dapat menjadi fitnah atau cobaan besar. Jika manusia terlena dengan harta, itu dapat menjauhkan mereka dari Allah. Ini dapat menumbuhkan sifat tamak, sombong, dan melupakan tujuan akhirat. Oleh karena itu, Al-Ghazali menekankan pentingnya kesadaran spiritual dalam mengelola harta.
Zuhud dan Qana’ah: Bukan Menolak Harta
Banyak yang salah memahami konsep zuhud dan qana’ah sebagai penolakan total terhadap harta. Al-Ghazali mengklarifikasi pandangan ini. Zuhud, baginya, bukanlah berarti tidak memiliki harta sama sekali, tetapi tidak terikat hati pada harta. Seorang zahid mungkin memiliki harta, namun hatinya tetap bersih dari kecintaan dunia.
Qana’ah, di sisi lain, adalah sikap merasa cukup dan ridha terhadap rezeki yang Allah berikan. Ini juga bukan berarti pasif dan tidak berusaha mencari rezeki. Justru, qana’ah mendorong seseorang untuk bersyukur dan mengelola apa yang dia miliki dengan bijak. Kedua sifat ini membantu manusia mencapai ketenangan batin.
Harta sebagai Alat Menuju Akhirat
Menurut Al-Ghazali, harta memiliki nilai jika ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai kebaikan di akhirat. Harta dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Beberapa cara harta dapat digunakan untuk tujuan akhirat mencakup:
Pertama, Memenuhi Kebutuhan Pokok. Harta membantu manusia memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarga. Hal ini memungkinkan mereka beribadah dan menjalankan tugas-tugas agama dengan tenang.
Kedua, Beramal Saleh. Harta dapat digunakan untuk bersedekah, berinfak, membangun masjid, atau mendukung pendidikan agama. Ini adalah investasi yang akan menghasilkan pahala berkelanjutan di akhirat.
Ketiga, Membantu Sesama. Menggunakan harta untuk membantu fakir miskin, anak yatim, atau orang yang kesulitan merupakan amal yang sangat mulia. Ini mencerminkan kasih sayang dan solidaritas sosial.
Keempat, Membangun Peradaban. Harta dapat berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan peradaban yang bermanfaat bagi umat manusia. Ini sejalan dengan konsep pembangunan dalam Islam.
Bahaya Kecintaan Terhadap Harta (Hubbud Dunya)
Al-Ghazali sangat mewanti-wanti bahaya hubbud dunya (kecintaan yang berlebihan terhadap dunia). Kecintaan ini seringkali bermanifestasi dalam bentuk kecintaan berlebihan terhadap harta. Hubbud dunya dapat membutakan hati, mengeraskan jiwa, dan melalaikan manusia dari Allah.
Ketika hati terlalu terikat pada harta, manusia akan sulit melakukan kebaikan. Mereka akan enggan bersedekah, takut kehilangan, dan terus mengejar lebih banyak. Ini menjadi penghalang terbesar menuju kebahagiaan sejati. Al-Ghazali menekankan tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa) dari penyakit ini.
Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat
Kunci dalam filsafat harta Al-Ghazali adalah keseimbangan. Ia tidak meminta manusia untuk menolak dunia secara total. Justru, ia mengajarkan untuk hidup di dunia dengan hati yang terikat pada akhirat. Dunia adalah ladang amal, dan harta adalah salah satu benih yang dapat kita tanam.
Harta yang berkah adalah harta yang diperoleh secara halal, digunakan secara bijak, dan membawa manfaat bagi diri sendiri serta orang lain. Harta yang barokah juga mampu mendekatkan pemiliknya kepada Allah, bukan menjauhkannya. Keseimbangan ini akan membawa kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Mengelola Harta dengan Hati yang Benar
Filsafat harta menurut Al-Ghazali memberikan panduan berharga bagi umat Muslim. Ini bukan hanya tentang berapa banyak harta yang kita miliki. Ini tentang bagaimana kita memandang, memperoleh, dan mengelola harta tersebut. Harta adalah ujian dan amanah.
Dengan menumbuhkan sikap zuhud dan qana’ah, menggunakan harta sebagai alat kebaikan, dan membersihkan hati dari kecintaan dunia berlebihan, kita dapat mencapai keseimbangan yang Al-Ghazali ajarkan. Ini akan mengubah harta dari potensi fitnah menjadi jembatan menuju akhirat. Kita harus mengelola harta dengan hati yang benar.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
