SURAU.CO-Beduk dan Adzan menjadi dua simbol utama yang hidup dalam denyut spiritual umat Islam di Indonesia. Beduk dan Adzan sama-sama menyeru umat untuk salat, namun keduanya lahir dari konteks budaya yang berbeda. Di Nusantara, umat Islam memperkenalkan beduk sebagai cara kreatif untuk menandai waktu ibadah sekaligus menyatu dengan tradisi lokal. Sementara itu, masyarakat Arab tidak mengenal beduk karena sejak awal mereka mengandalkan suara Adzan yang dikumandangkan langsung dari menara masjid.
Para Wali Songo menggunakan beduk sebagai alat dakwah yang dekat dengan hati masyarakat Jawa. Mereka memahami bahwa masyarakat setempat sudah mengenal alat pukul dalam ritual adat, sehingga dentuman beduk mudah diterima. Para ulama tidak menentang budaya, tetapi memanfaatkannya untuk menyampaikan pesan tauhid. Beduk pun berubah menjadi simbol ajakan, bukan sekadar bunyi kayu. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana Islam menyebar di Nusantara dengan damai, beradaptasi tanpa kehilangan makna.
Di Timur Tengah, sejarahnya berbeda. Sejak Bilal bin Rabah pertama kali mengumandangkan Adzan di masa Rasulullah SAW, umat Islam di sana menempatkan suara manusia sebagai panggilan suci yang tidak tergantikan. Kondisi geografis yang terbuka dan jarak antar rumah yang dekat membuat suara Adzan terdengar jelas tanpa bantuan alat. Sementara di Indonesia, wilayah yang luas dan beragam membuat beduk menjadi solusi untuk memperkuat tanda waktu ibadah sebelum munculnya pengeras suara modern.
Beduk kemudian berkembang menjadi identitas masjid di banyak daerah. Setiap pesantren memiliki pola tabuhan yang khas, menandai waktu salat atau acara tertentu. Tabuhan cepat biasanya menandai Maghrib, sedangkan pola lambat menunjukkan datangnya Idulfitri. Tradisi ini membuktikan bahwa Islam di Indonesia mampu hidup berdampingan dengan budaya lokal tanpa kehilangan nilai sakralnya.
Beduk dan Adzan dalam Akulturasi Islam Nusantara
Beduk dan Adzan mencerminkan kekuatan akulturasi Islam Nusantara yang halus dan cerdas. Para ulama terdahulu memahami bahwa dakwah tidak cukup melalui ceramah; mereka menggunakan simbol yang membumi agar pesan Islam menyentuh hati masyarakat. Beduk menjadi jembatan antara budaya lokal dan ajaran agama. Sejarawan mencatat bahwa masyarakat juga menggunakan beduk di balai desa sebagai alat komunikasi sosial, menunjukkan betapa dalamnya nilai sosial dari alat ini.
Islam di Indonesia tumbuh dengan semangat keterbukaan. Ketika datang ke tanah yang kaya budaya, Islam tidak menghapus tradisi lama, tetapi mengisinya dengan makna baru. Saat penulis mengunjungi Masjid Agung Demak dan Masjid Menara Kudus, dentuman beduk menjelang Adzan menghadirkan rasa haru. Suara kayu yang menggema di ruang tua itu mengingatkan bahwa Islam datang dengan kasih dan kearifan, bukan paksaan.
Sampai hari ini, umat Islam tetap mempertahankan beduk di masjid-masjid meski teknologi sudah menggantikannya. Dentumannya bukan sekadar nostalgia, melainkan penghormatan terhadap sejarah dakwah yang lembut. Di Timur Tengah, masyarakat tetap berpegang pada kemurnian Adzan tanpa alat bantu karena tradisi dan kondisi sosial mereka tidak membutuhkan penyesuaian serupa.
Harmoni Suara: Simbol Keislaman yang Berbeda Tapi Serasi
Beduk dan Adzan sebenarnya berjalan beriringan dalam menandai kehadiran Islam di dunia. Beduk menghadirkan warna lokalitas, sementara Adzan menegaskan universalitas Islam. Keduanya membuktikan bahwa ajaran Islam mampu hidup di setiap ruang dan waktu tanpa kehilangan esensinya. Perbedaan cara menyeru salat justru memperkaya wajah Islam sebagai agama yang menghargai keragaman budaya.
Umat Islam Indonesia membuktikan bahwa keberagaman bentuk ekspresi ibadah tidak mengurangi makna ketakwaan. Dentuman beduk yang mendahului Adzan menegaskan harmoni antara budaya dan agama. Di Mekkah dan Madinah, Adzan yang murni mengudara dari menara masjid mengingatkan pada kesederhanaan ajaran Nabi. Dua tradisi ini tampak berbeda, tetapi keduanya berpadu menyeru manusia untuk mengingat Allah dengan cara yang indah dan bermakna. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
