Khazanah Opinion
Beranda » Berita » Larangan Meminta-Minta Dalam Islam

Larangan Meminta-Minta Dalam Islam

Larangan Meminta-Minta Dalam Islam
Larangan Meminta-Minta Dalam Islam. Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Islam adalah agama yang mengajarkan kehormatan diri, kemandirian, dan tanggung jawab terhadap kehidupan. Islam menuntut seorang muslim untuk mandiri. Berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal, menjaga harga diri, dan tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain tanpa alasan yang benar menurut syariat. Karena itu, Islam dengan tegas melarang perbuatan meminta-minta (mengemis) tanpa kebutuhan yang mendesak.

Larangan ini bukan sekadar untuk menjaga citra pribadi. Melainkan juga untuk menumbuhkan semangat bekerja, menghindari sifat malas, dan menjaga martabat umat Islam agar tidak merendahkan diri demi dunia yang fana.

Makna dan Hakikat Meminta-minta

Meminta-minta atau mengemis dalam bahasa Arab disebut as-su’āl (السؤال), yang berarti meminta sesuatu dari orang lain dengan cara menunjukkan kebutuhan diri. Dalam konteks syariat, perbuatan ini menjadi tercela apabila tanpa alasan yang benar secara syariat. Alasan yang tidak benar seperti untuk memenuhi kebutuhan pokok, atau jika seseorang sebenarnya mampu bekerja namun memilih untuk menadahkan tangan.

Islam memandang tangan yang memberi lebih mulia daripada tangan yang meminta. Rasulullah bersabda:

“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah tangan yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah tangan yang meminta.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Hadis ini bukan hanya menjelaskan keutamaan memberi, tetapi juga menegaskan kehinaan meminta tanpa keperluan. Orang yang terbiasa meminta-minta akan kehilangan rasa malu, hilang semangat berusaha, dan akhirnya terjerumus dalam kemalasan yang mematikan potensi diri.

Dalil Al-Qur’an dan Hadis Tentang Larangan Meminta-Minta

Larangan meminta-minta telah tegas dalam banyak hadis dan ayat Al-Qur’an. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu tujukan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka (orang kafir), sebagai perhiasan kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan rezeki Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.”
(QS. Thaha: 131)

Ayat ini mengingatkan agar seorang muslim tidak iri atau bergantung pada pemberian orang lain. Rezeki yang datang dari Allah SWT melalui usaha sendiri jauh lebih baik daripada mendapat pemberian yang tanpa kehormatan.

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Barang siapa meminta-minta kepada manusia dengan tujuan memperbanyak harta, maka sesungguhnya ia sedang meminta bara api. Terserah kepadanya, apakah ia akan menguranginya atau memperbanyaknya.”
(HR. Muslim)

Hadis ini menggambarkan betapa berat akibat dari meminta tanpa kebutuhan. Setiap permintaan yang tidak pada tempatnya ibarat menimbun api neraka. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat melindungi kehormatan diri seorang mukmin.

Pengecualian: Kapan Boleh Meminta

Islam adalah agama yang penuh rahmat dan tidak menutup mata terhadap kondisi darurat. Karena itu, dalam beberapa keadaan, meminta bantuan dibolehkan. Rasulullah memberikan pengecualian dalam sabdanya:

“Sesungguhnya meminta itu tidak halal kecuali bagi tiga orang: orang fakir yang sangat membutuhkan, orang yang memiliki hutang besar, dan orang yang menanggung darah (diyat) yang berat.”
(HR. Muslim)

Tiga keadaan ini menunjukkan bahwa meminta-minta bukan hal mutlak haram, melainkan haram bila melakukannya tanpa kebutuhan. Orang yang benar-benar miskin, terlilit utang dan tidak mampu membayar, atau harus menanggung diyat karena kesalahan orang lain boleh meminta, namun tetap dengan cara yang sopan dan tidak berlebihan.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Selain itu, Islam menganjurkan agar seseorang berusaha mencari pertolongan terlebih dahulu melalui jalan halal, seperti bekerja, berdagang, atau meminta bantuan sementara yang tidak menjadikannya bergantung. Rasulullah bersabda:

“Seandainya salah seorang di antara kalian mengambil tali, lalu pergi ke gunung mencari kayu bakar dan menjualnya, maka itu lebih baik baginya daripada meminta kepada orang lain, baik mereka memberi maupun menolak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menanamkan nilai luhur: lebih baik bekerja keras, walau dengan pekerjaan sederhana, daripada menadahkan tangan kepada sesama manusia.

Dampak Buruk Kebiasaan Meminta-minta

Kebiasaan meminta-minta membawa dampak negatif, baik bagi pelakunya maupun bagi masyarakat. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Hilangnya harga diri dan rasa malu.
    Orang yang terbiasa meminta akan kehilangan rasa malu, padahal malu adalah cabang dari iman. Ia tidak lagi merasa bersalah ketika menggantungkan hidup pada orang lain.
  2. Mematikan semangat bekerja.
    Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras. Nabi Daud ‘alaihissalam disebut sebagai hamba Allah yang makan dari hasil tangannya sendiri. Mengemis justru menjauhkan seseorang dari nilai kemandirian ini.
  3. Menimbulkan citra buruk bagi umat Islam.
    Ketika banyak muslim gemar meminta-minta, citra umat menjadi lemah dan bergantung. Padahal, umat Islam diperintahkan untuk menjadi umat yang kuat dan mandiri.
  4. Menyuburkan sifat malas dan ketergantungan.
    Orang yang mudah meminta akan kehilangan motivasi untuk berusaha. Ia lebih senang menunggu belas kasihan daripada berjuang mencari jalan keluar.
  5. Mengurangi keikhlasan pemberi.
    Jika seseorang sering diminta, bisa jadi ia memberi bukan karena ikhlas, tetapi karena terpaksa. Ini justru mengurangi nilai kebaikan kedua belah pihak.

Kehormatan Dalam Bekerja

Islam memuliakan pekerjaan dan menjanjikan pahala bagi setiap usaha yang halal. Tidak ada pekerjaan halal yang hina bagi Allah, seberapapun kecil hasilnya. Rasulullah bersabda:

“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud ‘alaihissalam makan dari hasil pekerjaannya sendiri.”
(HR. Bukhari)

Hadis ini memberikan motivasi besar kepada setiap muslim agar bekerja keras dan tidak bergantung pada pemberian orang lain. Allah berjanji akan memberi jalan keluar dan rezeki bagi siapa pun yang bertakwa dan bersungguh-sungguh dalam usaha.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. Ath-Thalaq: 2–3)

Adab Meminta Bantuan Ketika Terpaksa

Jika seseorang benar-benar dalam keadaan darurat sehingga harus meminta bantuan, maka ia harus menjaga adabnya. Islam mengajarkan agar tidak mendesak, tidak memaksa, dan tidak meminta lebih dari yang menjadi keperluan. Hendaknya ia tetap bersyukur, menjaga ucapan, dan tidak merasa rendah diri.

Selain itu, bila sudah mendapatkan bantuan, sebaiknya ia berusaha segera bangkit dan tidak terus-menerus bergantung. Rasulullah bersabda:

“Barang siapa menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan memeliharanya. Barang siapa mencukupkan dirinya, maka Allah akan mencukupkannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, siapa pun yang berusaha menahan diri dari meminta-minta, Allah akan memberikan kecukupan dengan cara-Nya yang luar biasa.

Penutup

Larangan meminta-minta dalam Islam bukan sekadar aturan moral, tetapi sebuah pendidikan akhlak dan spiritual yang tinggi. Islam ingin setiap muslim menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan terhormat. Kemandirian adalah bentuk tawakal sejati, yaitu berusaha sekuat tenaga sambil tetap menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Perbuatan meminta tanpa kebutuhan bukan hanya mengurangi martabat diri, tetapi juga menimbulkan dosa bila dilakukan dengan niat memperkaya diri. Karena itu, hendaknya setiap muslim menjaga diri dari kebiasaan ini dan lebih memilih jalan bekerja, berusaha, dan berdoa kepada Allah.

“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.”
(QS. At-Taubah: 105)

Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang menjaga kehormatan diri, giat berusaha mencari rezeki halal, serta senantiasa bersyukur atas karunia yang diberikan-Nya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement