SURAU.CO – Nabi Daud AS merupakan salah satu nabi Allah yang terkenal sebagai sosok yang bijaksana dan sangat taat beribadah. Allah mengutusnya untuk memberi peringatan kepada Bani Israel yang hidup dalam kesesatan setelah wafatnya Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS. Oleh karena itu, kehidupan Nabi Daud menjadi teladan dalam hal keberanian, keteguhan kebenaran, dan kegigihan beribadah kepada Allah SWT.
Sejak kecil, Nabi Daud menunjukkan keberanian luar biasa. Ketika menggembala kambing, ia berani melawan binatang buas yang mengancam ternaknya. Berkat keberaniannya itu, Raja Thalut mempercayainya untuk ikut berperang melawan pasukan Raja Jalut (Goliath) dari bangsa Filistin yang terkenal ganas dan memiliki pasukan besar.
Dalam peperangan tersebut, Daud yang masih remaja tidak menggunakan senjata besi. Sebaliknya, ia hanya membawa ketapel dan melemparkan batu yang, dengan izin Allah, tepat mengenai kepala Jalut hingga Jalut. Hasilnya, kemenangan besar pun diraih oleh pasukan Thalut. Kemenangan itu mengangkat nama Daud di hadapan Bani Israel. Allah menegaskan dalam firman-Nya:
“Mereka (tantara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah, dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut.” (QS. Al-Baqarah : 251)
Sejak saat itu, Daud semakin dekat dengan Raja Thalut. Ia terus ikut dalam berbagai peperangan dan selalu meraih kemenangan. Hingga akhirnya, ketika Thalut wafat, Allah mengangkat Daud sebagai raja nabi sekaligus bagi Bani Israel.
Nabi Daud Sebagai Raja dan Nabi
Selanjutnya Allah menganugerahkan kepada Nabi Daud kekuasaan besar dan kebijaksanaan yang luas sebagaimana difirmankan-Nya:
“Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah : 251)
Nabi Daud kemudian memimpin kerajaan yang sangat kuat. Menurut beberapa riwayat, sebanyak 40 ribu pasukan menjaga kerajaannya. Meski berkuasa besar, Nabi Daud tetap hidup sederhana dan rendah hati. Ia tidak bergantung pada harta kerajaan, melainkan bekerja dengan tangan sendiri. Terlebih lagi, ia membuat dan menjual baju besi yang ia bentuk melalui mukjizat yang Allah berikan kepadanya.
Selain menjadi pemimpin yang adil, Allah juga memberi Nabi Daud berbagai mukjizat luar biasa. Di antaranya, Allah menganugerahkan kepadanya suara yang sangat merdu hingga gunung dan burung ikut bertasbih bersamanya. serupa firman Allah:
“Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama Daud pada waktu petang dan pagi hari.” (QS. Shad : 18)
Tidak hanya itu, Allah juga memberikan kemampuan kepada Daud untuk melunakkan besi dengan tangan tanpa alat apa pun. Dengan kemampuannya itu, ia membuat baju besi yang melindungi tentaranya di medan perang. Selain itu, Allah juga mengaruniainya kemampuan memahami bahasa binatang serta menurunkan wahyu berupa Kitab Zabur yang berisi pujian dan nasihat agar manusia semakin dekat dengan-Nya.
Pembangunan Baitul Maqdis
Kemudian, Nabi Daud juga membangun tempat suci yang kelak yang dikenal sebagai Baitul Maqdis di Yerusalem. Saat membangun tempat itu, ia berdoa kepada Allah agar menunjukkan arah kiblat yang benar bagi umatnya. Atas petunjuk Allah, Nabi Daud pun menentukan arah kiblat untuk shalat. Sejak saat itu, umat Nabi Daud salat menghadap ke Baitul Maqdis.
Namun, pada masa Nabi Muhammad SAW, Allah memerintahkan umat Islam untuk mengubah arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah di Mekkah. Peristiwa ini menegaskan kesinambungan antara para nabi serta perubahan syariat sesuai kehendak Allah SWT.
Selanjutnya Allah menguji Nabi Daud dengan ujian yang berat. Suatu ketika, ia menyukai seorang perempuan yang telah bersuami. Dalam takdir Allah, suami perempuan itu gugur di medan perang setelah Nabi Daud menugaskannya. Setelah itu, Nabi Daud menikahi perempuan tersebut. Akan tetapi, rasa bersalah terus menghantui dirinya.
Karena merasa bersalah, Nabi Daud segera menerima dan memohon ampun kepada Allah. Ia memperbanyak ibadah, zikir, serta puasa untuk menebus kesalahannya. Dari penyesalan dan ketulusan lahirlah ibadah puasa yang terkenal hingga kini, yaitu Puasa Daud — puasa yang dilakukan secara selang-seling, sehari berpuasa dan sehari berbuka.
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud. Ia berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dengan demikian, Puasa Daud menggambarkan keseimbangan antara kekuatan spiritual dan fisik serta menunjukkan kedisiplinan tinggi dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ibadah Nabi Daud yang Dicintai Allah
Selain puasanya yang istimewa, Nabi Daud juga melaksanakan salat malam dengan cara yang sangat dicintai Allah. Ia tidur separuh malam, kemudian bangun untuk salat pada paruh malam, lalu tidur kembali pada seperenam malam terakhir. Pola ibadah itu menggambarkan keseimbangan antara ibadah, istirahat, dan tanggung jawab duniawi.
Rasulullah SAW bersabda:
“Salat yang paling dicintai Allah adalah salat Daud, dan puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud.” (HR. Bukhari & Muslim)
Pada akhirnya, Nabi Daud hidup hingga usia sekitar 100 tahun. Setelah wafat, masyarakat memakamkannya di Baitul Maqdis. Putranya, Nabi Sulaiman AS, melanjutkan kepemimpinan sekaligus kenabian dengan keahlian serta mukjizat luar biasa yang Allah berikan kepadanya.
Dengan demikian, Nabi Daud mewariskan warisan berharga bagi umat manusia — bukan berupa harta atau takhta, tetapi berupa keteladanan dalam keberanian, kebijaksanaan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Ia menunjukkan bahwa kekuatan sejati berasal dari ketundukan kepada Allah, bukan dari kekuatan duniawi.
Oleh karena itu, umat Islam perlu meneladani semangat Nabi Daud dalam menegakkan kebenaran, beribadah dengan istikamah, serta selalu memohon ampun kepada Allah SWT dalam setiap langkah kehidupan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
