Berita
Beranda » Berita » Misteri Energi Gelap: Pandangan Ilmiah dan Al-Qur’an

Misteri Energi Gelap: Pandangan Ilmiah dan Al-Qur’an

Misteri Energi Gelap
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Alam semesta selalu menyimpan misteri yang belum sepenuhnya dapat dijangkau manusia. Semakin maju teknologi dan ilmu pengetahuan, semakin banyak rahasia yang berhasil mengungkap manusia. Salah satu penemuan terbaru yang menggemparkan dunia astronomi adalah melemahnya energi gelap — kekuatan misterius selama ini diyakini mendorong perluasan alam semesta. Penemuan ini tidak hanya menantang teori fisika modern, tetapi juga membuka ruang bagi refleksi spiritual dan pandangan keagamaan, termasuk dari perspektif Al-Qur’an.

Selama beberapa dekade, para ilmuwan menggunakan model standar kosmologi yang dikenal dengan nama Lambda Cold Dark Matter (ΛCDM). Model ini menyatakan bahwa alam semesta tersusun atas tiga komponen utama: materi biasa, materi gelap, dan energi gelap. Materi biasa hanya membentuk sebagian kecil dari keseluruhan struktur kosmos, sedangkan energi gelap menguasai sekitar 70 persen dari total energi alam semesta. Para ilmuwan percaya bahwa energi inilah yang mendorong alam semesta terus berkembang dengan percepatan konstan.

Namun, laporan terbaru dari proyek Instrumen Spektroskopi Energi Gelap (DESI) di Arizona, Amerika Serikat, mengungkap sesuatu yang tidak biasa. Berdasarkan hasil pengamatan terbaru, para peneliti menemukan bahwa energi gelap ternyata tidak bersifat konstan seperti yang selama ini mereka yakini. Data baru menunjukkan bahwa kekuatan energi gelap melemah seiring berjalannya waktu. Jika temuan ini benar, para ilmuwan harus mengkaji ulang seluruh dasar teori kosmologi modern.

Tantangan bagi Teori Einstein

Penemuan ini juga mengguncang hipotesis penting yang pernah diajukan Albert Einstein tentang “konstanta kosmologis.” Dalam pandangan Einstein, ruang hampa di alam semesta memiliki energi tetap yang menjaga ekspansi kosmos agar berlangsung stabil. Namun, hasil penelitian DESI justru menolak pandangan tersebut. Para peneliti menemukan bahwa energi gelap dinamis bersifat dan berubah-ubah.

Yashar Akrami, asisten profesor di Universitas Otonom Madrid, menyebut penemuan ini sebagai sesuatu yang berpotensi mengubah model standar kosmologi secara total. Ia mengusulkan konsep baru untuk menjelaskan fenomena ini dengan memperkenalkan istilah “medan intisari.” Para ahli menggambarkan medan ini sebagai bentuk energi yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Mereka juga menguasai konsep tersebut dengan teori string — teori fisika tingkat lanjut yang berusaha menjelaskan seluruh fenomena alam semesta melalui getaran partikel mikroskopik.

Mengenal Dunia agar Tidak Tertipu olehnya: Tafsir Hikmah Al-Hikam

Selama ini, manusia memperkenalkan empat gaya fundamental di alam semesta: gravitasi, elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah. Namun, jika energi gelap benar-benar berwujud “medan intisari” yang aktif, para ilmuwan mungkin akan menambahkan “gaya kelima” ke dalam daftar itu.

Astrofisikawan Pedro Ferreira dari Universitas Oxford menjelaskan bahwa konsep ini membuka babak baru dalam upaya manusia memahami dinamika alam semesta. Menurutnya, manusia selama ini menganggap gravitasi sebagai satu-satunya gaya besar yang mengatur segalanya. Kini, para ilmuwan mulai melihat kemungkinan bahwa energi gelap memiliki peran yang sama pentingnya, bahkan dapat menandingi gravitasi dalam skala kosmik.

Refleksi dari Perspektif Al-Qur’an

Bagi umat Islam, penemuan ini menjadi bahan perenungan mendalam. Al-Qur’an berulang kali menyinggung tentang penciptaan dan keteraturan alam semesta. Dalam surat Adz-Dzariyat ayat 47, Allah berfirman:

Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS.Adz-Dzariyat : 47)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah terus meluaskan langit, sebuah konsep yang baru manusia buktikan secara ilmiah pada abad ke-20. Namun Al-Qur’an tidak menyebutkan bahwa proses perluasan itu bersifat tetap. Hal ini menunjukkan bahwa laju perluasan dapat berubah sesuai kehendak Allah. Kini, ilmu pengetahuan mulai menemukan kemungkinan bahwa alam semesta melambat karena energi gelap melemahnya — sebuah temuan yang justru selaras dengan makna “meluaskan” langit secara dinamis sebagaimana firman Allah.

Panjang Umur Belum Tentu Bermakna: Hikmah dalam Al-Hikam tentang Kualitas Usia

Selain itu, dalam surat Al-Anbiya ayat 30 Allah berfirman:

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu kala adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya…” (QS. Al-Anbiya: 30)

Ayat ini menggambarkan proses awal penciptaan alam semesta yang kini dikenal dalam kosmologi modern sebagai teori Big Bang . Dengan demikian, Al-Qur’an tidak hanya mengisahkan penciptaan alam, tetapi juga mengarahkan manusia untuk terus meneliti dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah di seluruh penjuru langit dan bumi.

Antara Sains dan Keimanan

Ilmu pengetahuan dan agama tidak perlu saling bertentangan. Keduanya justru dapat berjalan seiring. Penemuan tentang lemahnya energi gelap mengingatkan manusia betapa kecilnya posisi manusia di hadapan kebesaran alam semesta. Semua teori dan pandangan bisa berubah begitu bukti baru muncul. Dalam konteks ini, Al-Qur’an berperan sebagai pedoman spiritual yang mengingatkan manusia agar tidak sombong atas pengetahuannya.

Penemuan tentang energi gelap yang menandai babak baru dalam hubungan antara sains dan spiritualitas. Alam semesta yang tampak tak terbatas ternyata masih menyimpan banyak dinamika yang belum manusia pahami sepenuhnya. Dalam pandangan Islam, setiap fenomena di alam ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan tanda-tanda kebesaran Allah yang terus mengajak manusia untuk berpikir, meneliti, dan mensyukurinya.

Bahagia di Tengah Luka: Rahasia Spiritual Dzikir dari Al-Hikam


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement