SURAU.CO – Pernahkah kita menyaksikan seseorang selamat dari kecelakaan yang seharusnya mematikan? Atau mungkin kita sendiri pernah lolos dari bahaya secara tak terduga? Banyak orang yang menyebutnya sebagai “keberuntungan”. Namun, dalam pandangan Islam, keselamatan seperti itu bukan semata-mata kebetulan. Adamakhluk Allah yang ditugaskan khusus untuk menjaga manusia—mereka adalah malaikat Mu’aqibat .
Allah Ta’ala menjelaskan keberadaan malaikat penjaga dalam firman-Nya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikuti bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah…” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap manusia memiliki malaikat-malaikat yang senantiasa menjaga dan melindunginya atas perintah Allah. Mereka tidak bertindak atas kemauannya sendiri, tetapi semata-mata menjalankan tugas yang telah digariskan oleh Sang Pencipta.
Penjelasan Para Ulama Tentang Malaikat Mu’aqibat
Para ulama tafsir memberikan penjelasan yang mendalam mengenai ayat tersebut. Dalam Tafsir Ath-Thabari, Ibnu Abbas menjelaskan bahwa malaikat-malaikat ini bertugas menjaga manusia dari bahaya, sampai takdir Allah menentukan sesuatu terjadi. Jika telah tiba waktunya seseorang menerima ujian atau musibah, malaikat penjaga ini menyingkir, membiarkan takdir Allah berjalan sebagaimana mestinya.
Sementara itu, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada empat malaikat yang menjaga setiap manusia. Dua malaikat bertugas mencatat amal: yang satu di sebelah kanan mencatat amal baik, dan yang satu di kiri mencatat amal buruk. Dua malaikat lainnya menjaga manusia dari depan dan belakang. Keempatnya bekerja secara bergantian tanpa henti, siang dan malam, memastikan manusia berada dalam lindungan Allah hingga waktu yang telah ditentukan.
Penjelasan ini sejalan dengan ayat lain dalam Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hati, dan Kami lebih dekat dengannya daripada urat yang disadari, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang yang duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri.” (QS. Qaaf : 16–17)
Malaikat Pagi dan Malaikat Malam
Rasulullah ﷺ juga menjelaskan keberadaan malaikat-malaikat yang bergiliran menjaga manusia dalam dua waktu. Dalam sebuah hadits sahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim , beliau bersabda:
“Para malaikat di malam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar…”
Ketika salah satu malaikat naik menghadap Allah, mereka menyampaikan tentang keadaan manusia yang ia jaga. Padahal Allah Maha Mengetahui segalanya. Mereka menjawab, “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan sedang shalat, dan kami mendatangi mereka juga dalam kondisi sedang shalat.” Betapa mulianya manusia yang saat itu sedang beribadah, sehingga malaikat melaporkan amal baik langsung kepada Allah.
Kata Mu’aqibat berasal dari kata “ʿaqaba” yang berarti “bergantian” atau “datang silih berganti”. Sebutan ini menunjukkan bahwa malaikat-malaikat tersebut bertugas menjaga manusia secara bergiliran, pagi dan malam, tanpa henti. Mereka menjaga manusia dari berbagai bahaya, baik yang tampak maupun yang tidak terlihat.
Namun, pemeliharaan ini hanya berlaku atas izin dan kehendak Allah. Malaikat Mu’aqibat tidak dapat menolak ketetapan Allah jika suatu musibah memang telah ditentukan terjadi. Mereka menjalankan perintah sesuai batas yang telah Allah tetapkan.
Hikmah dan Pelajaran dari Keberadaan Mu’aqibat
Keberadaan malaikat Mu’aqibat mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, betapa besarnya kasih sayang Allah kepada manusia. Allah tidak membiarkan kita hidup sendirian, tetapi menugaskan makhluk-Nya untuk menjaga dan mencatat setiap amal kita. Kedua, manusia harus selalu bersyukur dan waspada, karena setiap tindakan sekecil apa pun pun mengagumi dan mencatat. Ketiga, untuk meningkatkan amal kebaikan, sebab malaikat yang menemani akan membawa laporan amal kita kepada Allah setiap hari.
Selain itu, kehadiran malaikat Mu’aqibat mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah. Tidak ada kebetulan dalam hidup. Ketika kita selamat dari bahaya, itu karena penjagaan Allah melalui para malaikat-Nya. Sebaliknya, ketika musibah datang, itu pun bagian dari takdir yang telah tertulis di Lauhul Mahfuzh—bukan karena malaikat lalai menjalankan tugas.
Malaikat Mu’aqibat adalah bukti nyata bahwa Allah senantiasa menjaga hamba-hamba-Nya. Mereka tidak pernah lelah menjalankan tugas, bergantian siang dan malam, mencatat amal, serta menjaga dari bahaya. Maka, sudah selayaknya manusia hidup dengan penuh kesadaran bahwa dirinya selalu dalam pengawasan.
Dengan memahami peran malaikat Mu’aqibat, kita dapat melihat hidup ini bukan sebagai kebetulan atau keberuntungan semata, melainkan rangkaian takdir yang penuh kasih dari Allah, Sang Maha Pelindung.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
