SURAU.CO – Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali manusia menilai sesuatu berdasarkan ukuran duniawi. Menganggap penting hal-hal yang besar, sementara yang kecil menganggapnya sepele. Namun, dalam urusan agama, ukuran dan nilai tidak selalu ditentukan oleh besar atau kecilnya perbuatan menurut pandangan manusia. Dalam pandangan Allah SWT, melakukan amal sekecil apa pun tetapi dengan niat ikhlas, bisa menjadi sebab turunnya rahmat dan ampunan. Sebaliknya, perkara yang tampak kecil dan ringan, bisa mendatangkan murka serta azab bila mengabaikan atau meremehkannya. Karena itu, Islam mengajarkan agar seorang mukmin tidak meremehkan perkara agama, sekecil apa pun bentuknya.
Perkara Kecil bagi Manusia, Besar bagi Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikit pun, walau hanya dengan berwajah ceria saat bertemu saudaramu.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa dalam pandangan Allah, tidak ada amal yang kecil bila dilakukan dengan niat yang benar. Senyum, memberi salam, menyingkirkan duri di jalan, atau sekadar menuntun orang buta menyeberang jalan — semuanya bernilai pahala bila dilakukan karena Allah. Begitu pula sebaliknya, dosa yang tampak kecil bisa berakibat besar bila disertai sikap meremehkan, sombong, atau tidak peduli terhadap hukum Allah.
Perkara agama adalah amanah yang agung. Islam bukan hanya kumpulan ritual, tetapi sistem kehidupan yang mencakup akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Karena itu, setiap bagian dari agama memiliki hikmah dan bobot tersendiri. Tidak ada perintah yang sia-sia, dan tidak ada larangan yang tanpa tujuan. Setiap hal yang datang dari Allah dan Rasul-Nya wajib dihormati dan dijalankan sesuai kemampuan.
Bahaya Meremehkan Perkara Agama
Meremehkan perkara agama termasuk tanda lemahnya iman dan kurangnya penghormatan terhadap syariat. Allah ﷻ berfirman:
“Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu termasuk tanda ketakwaan hati.”
(QS. Al-Hajj: 32)
Sebaliknya, meremehkan hal-hal yang Allah muliakan berarti melemahkan takwa di hati. Orang yang menyepelekan perintah atau larangan Allah sedang membuka pintu dosa yang lebih besar. Awalnya mungkin hanya meninggalkan hal-hal kecil, seperti menunda shalat, enggan menutup aurat sepenuhnya, atau berbohong ringan. Namun lama-kelamaan, hal itu bisa menyeretnya pada dosa besar dan akhirnya menjauh dari jalan iman.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata bahwa dosa kecil yang dilakukan secara terus-menerus tanpa rasa penyesalan bisa berubah menjadi dosa besar. Sebaliknya, dosa besar yang diiringi taubat dan penyesalan bisa diampuni oleh Allah. Inilah bahayanya sikap meremehkan; ia menjadikan hati keras, hilang rasa takut kepada Allah, dan menutup pintu taubat.
Contoh Sikap Meremehkan dalam Kehidupan Modern
Dalam kehidupan modern, banyak hal yang tampak “biasa” di mata manusia, namun sebenarnya menyangkut perkara agama yang penting. Misalnya:
- Meremehkan waktu shalat.
Banyak orang sibuk dengan pekerjaan, hiburan, atau urusan dunia sehingga menunda shalat tanpa uzur. Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah shalat tepat pada waktunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menunda shalat dengan sengaja karena alasan sepele adalah tanda hati yang mulai lalai dari Allah. - Meremehkan adab dan akhlak.
Ucapan kasar, ghibah, fitnah, dan ejekan sering dianggap hal ringan. Padahal, Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang dia anggap remeh, namun kalimat itu menjerumuskannya ke dalam neraka sedalam tujuh puluh tahun.” (HR. Tirmidzi). - Meremehkan dosa-dosa kecil.
Imam Al-Ghazali menggambarkan dosa kecil seperti titik-titik noda pada pakaian putih. Sekali dua kali mungkin tampak kecil, tapi jika terus dibiarkan, pakaian itu akan menjadi hitam legam. Begitu pula hati seorang mukmin — jika terus diisi dengan dosa kecil tanpa istighfar, ia akan gelap dan sulit menerima nasihat. - Meremehkan sunnah Nabi.
Sebagian orang berkata, “Itu hanya sunnah, tidak wajib.” Padahal, sunnah Nabi ﷺ adalah bimbingan langsung dari Allah. Siapa yang menghidupkan sunnah akan mendapat cinta Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menghidupkan sunnahku ketika umatku rusak, maka baginya pahala seperti pahala seratus orang syahid.” (HR. Baihaqi). - Meremehkan larangan kecil.
Misalnya, memutar lagu yang berisi kata-kata maksiat, melihat gambar aurat dengan alasan “sekadar lihat”, atau mengucapkan candaan yang menyinggung agama. Dalam Al-Qur’an, Allah menegur keras orang yang menjadikan agama sebagai bahan olok-olokan:
“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu berolok-olok? Janganlah kamu meminta maaf; kamu telah kafir setelah beriman.”
(QS. At-Taubah: 65-66)
Ketika Hati Sudah Biasa Meremehkan
Salah satu tanda penyakit hati adalah tidak merasa bersalah ketika melakukan dosa. Padahal, para sahabat Rasulullah ﷺ menggambarkan dosa kecil seperti gunung besar yang hampir menimpa mereka. Sementara orang yang lemah imannya menganggap dosa seperti lalat yang hinggap di hidung lalu diusir begitu saja.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosanya seperti gunung yang akan menimpanya, sedangkan orang fajir memandang dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya lalu ia usir begitu saja.”
(HR. Bukhari)
Ketika seseorang mulai terbiasa meremehkan dosa, maka hatinya akan kehilangan rasa takut kepada Allah. Ia akan mudah melakukan pelanggaran yang lebih besar tanpa rasa malu. Ini seperti penyakit yang bermula dari luka kecil namun tidak diobati, akhirnya menjalar dan merusak seluruh tubuh.
Menghormati Syariat Sebagai Bukti Cinta kepada Allah
Menghormati setiap ajaran agama, sekecil apa pun, adalah tanda cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang yang mencintai Allah tidak akan memandang enteng perintah-Nya. Sebaliknya, ia akan berusaha menjalankan setiap hal yang mendekatkannya kepada ridha Allah, meskipun itu tampak kecil.
Allah ﷻ berfirman:
“Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.”
(QS. Ali Imran: 31)
Cinta kepada Allah harus terwujud dengan ketaatan terhadap perintah dan menjauhi larangan. Termasuk menghormati hukum-hukum Allah dan menjauhkan diri dari sikap meremehkan.
Pelajaran dari Orang-Orang Terdahulu
Dalam banyak kisah, kita dapat melihat betapa besar akibat dari perkara yang tampak kecil.
- Seorang wanita pezina diampuni dosanya oleh Allah karena memberi minum seekor anjing yang kehausan. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Seorang wanita ahli ibadah justru masuk neraka karena menelantarkan seekor kucing tanpa diberi makan dan tidak dilepaskan agar mencari makan sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dua kisah ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Allah, tidak ada amal kecil bila melakukannya dengan niat tulus. Begitu pula, tidak ada dosa kecil bila melakukannya dengan hati yang lalai dan sombong.
Langkah Menjaga Diri dari Sikap Meremehkan
- Perbanyak ilmu agama.
Orang yang berilmu akan memahami beratnya setiap amanah syariat. Ia tahu bahwa setiap perintah memiliki hikmah dan setiap larangan mengandung bahaya. - Perbanyak dzikir dan istighfar.
Dengan banyak mengingat Allah, hati akan lembut dan mudah tersentuh. Istighfar menjaga hati agar tidak mengeras karena dosa-dosa kecil. - Berkumpul dengan orang shalih.
Lingkungan yang baik akan menumbuhkan rasa hormat kepada agama dan menjauhkan dari kelalaian. - Periksa niat dalam setiap amal.
Amalan kecil bisa menjadi besar bila niatnya untuk Allah. Sebaliknya, amal besar bisa sia-sia bila niatnya riya’. - Jangan menunda kebaikan.
Jangan menunggu kesempatan besar untuk beramal. Mulailah dari hal-hal kecil: senyum, sedekah, tolong-menolong, menjaga adab, dan menahan lisan dari dosa.
Penutup
Perkara agama tidak pernah sepele. Setiap perintah dan larangan Allah memiliki nilai, hikmah, dan dampak bagi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Meremehkan salah satu dari ajaran agama berarti meremehkan Sang Pemberi agama itu sendiri.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai Allah, tanpa ia sadari, Allah mengangkat derajatnya karena kalimat itu. Dan seseorang berbicara dengan satu kalimat yang dimurkai Allah, tanpa ia sadari, ia terjerumus karenanya ke dalam neraka.”
(HR. Bukhari)
Karena itu, hendaknya setiap muslim berhati-hati dalam setiap ucapan, tindakan, dan sikap terhadap agama. Hormatilah setiap ajaran Islam, sekecil apa pun, karena tidak ada perkara agama yang sepele di sisi Allah.
Jangan remehkan perkara agama. Sebab, sesuatu yang manusia anggap kecil bisa jadi besar dalam pandangan Allah — dan sesuatu yang besar menurut mata manusia bisa saja kecil bila tanpa keikhlasan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
