Khazanah
Beranda » Berita » Bilal bin Rabah: Keteguhan Seorang Muazin Pertama

Bilal bin Rabah: Keteguhan Seorang Muazin Pertama

Ilustrasi sahabat yang mengalami penganiayaan oleh kafir Quraisy.
Ilustrasi sahabat yang mengalami penganiayaan oleh kafir Quraisy.

SURAU.COBilal ibn Rabah, sahabat Nabi Muhammad dari golongan mustaḍʿafīn. Ia tetap  mempertahankan agama Allah meski kaum musyrik menganiaya dan menyiksanya. Rasulullah Saw. memercayainya menjadi muazin karena suaranya yang lantang dan merdu, memberinya julukan “si burung camar Islam.”

Rabah al-Habsyi, ayahnya, adalah budak milik Bani Jumah di Makkah. Umayyah ibn Khalaf, majikan Bilal, seorang pemuka Quraisy yang bengis, sering menyiksa dan menganiaya Bilal. Pada masa-masa awal perkembangan Islam, kaum musyrik Quraisy memberikan tekanan dan siksaan kepada muslim yang lemah, termasuk Bilal. Umayyah, majikan Bilal, juga menyiksa budaknya yang telah memeluk Islam dengan berbagai cara. Kelak, dalam sebuah peperangan, Bilal mendapat kesempatan berhadapan dengan bekas majikannya itu, dan ia berhasil membunuhnya dalam perang tersebut.

Penyiksaan dan Keteguhan Iman

Ibn Ishaq menuturkan, kaum musyrik Quraisy tidak hanya menyakiti dan menyiksa kaum muslim yang lemah, tetapi terus-menerus memusuhi siapa pun yang memeluk Islam dan mengikuti ajaran Rasulullah Saw. Masing-masing kabilah mencari dan memeriksa anggota mereka yang masuk Islam. Kemudian, mereka menyiksa, menekan, memenjarakan, bahkan membunuhnya. Mereka membiarkan para budak dan muslim yang lemah tanpa perlindungan dalam kondisi lapar dan haus, atau menjemur mereka di bawah terik matahari Makkah. Seterusnya, mereka membujuk dan memaksa kaum muslim yang lemah meninggalkan keyakinan mereka dan kembali kepada keyakinan Jahiliah. Ada di antara mereka yang tidak mampu menahan siksaan, sehingga mereka kembali menjadi kafir.

Bilal termasuk golongan muslim yang lemah. Secara sosial, ia hanyalah seorang budak yang dimiliki oleh keluarga Jumah. Karena terlahir dari seorang budak, ia pun otomatis menjadi budak.

Bilal ibn Rabah memeluk Islam dengan teguh dan berhati bersih. Sebaliknya, majikannya, Umayyah ibn Khalaf ibn Wahab ibn Khudzafah, adalah sesepuh Quraisy keturunan Bani Jumah yang sering berlaku kejam kepada pembantu dan budak-budaknya, terutama kepada Bilal yang dianggap melawan dan menentangnya. Ia menyiksa Bilal dengan menjemurnya di bawah terik matahari, lalu meletakkan batu besar menindih dadanya.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Suatu hari, Umayyah berkata, “Kau akan terus disiksa seperti ini hingga kau binasa atau mau mengkafirkan Muhammad serta menyembah Latta dan Uzza.” Meskipun tubuhnya lemah karena dijerang panas dan ditindih batu besar, suara Bilal tetap mantap mengatakan, “Ahad… Ahad….”

Pembebasan oleh Abu Bakar

Ibn Ishaq meriwayatkan dari Hisyam ibn Urwah dari ayahnya bahwa Waraqah ibn Naufal berjalan dan melewati pemuka Bani Jumah yang sedang menyiksa Bilal. Meskipun bibirnya telah mengering, Bilal tetap melantunkan keyakinannya yang tak tergoyahkan, “Ahad… Ahad…” Waraqah kemudian mendatangi Umayyah ibn Khalaf dan orang Bani Jumah lain yang menyiksa Bilal, lalu berkata, “Aku bersumpah atas nama Allah, jika kalian membunuhnya, aku akan menjadikan makamnya sebagai tempat keramat.”

Pada suatu hari, Abu Bakar melihat Bani Jumah menyiksa Bilal, sebab rumah Abu Bakar tidak begitu jauh dari tempat tinggal Bani Jumah. Melihat kekejaman mereka, Abu Bakar berkata kepada Umayyah,

“Apakah kau tidak takut kepada Allah dengan menyiksa orang lemah ini? Sampai kapan kau memperlakukan dia seperti itu?”

Umayyah ibn Khalaf menjawab, “Engkaulah yang merusak keyakinannya. Jika kau tidak tega melihatnya tersiksa seperti itu, bebaskanlah dia.”

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Abu Bakar menyetujui, “Baiklah kalau begitu. Aku punya seorang budak hitam yang lebih kuat dan lebih tangkas, serta lebih mantap meyakini agamamu. Aku akan menukarnya dengan Bilal.” Umayyah menjawab, “Baiklah, ia milikmu.” Kemudian, Abu Bakar memberikan budaknya kepada Umayyah dan mengambil Bilal serta memerdekakannya.

Rasulullah menemui Abu Bakar untuk membeli Bilal

Ibn al-Atsir menuturkan dalam Asad al-Ghābah bahwa Sa’id ibn al-Musayab bercerita tentang Bilal. Ia menuturkan bahwa Bilal memegang keyakinannya dengan sangat kokoh, sehingga para pemuka Quraisy sering menyiksanya. Setiap kali orang musyrik menyiksanya, ia berkata, “Allah, Allah.”

Karena itulah Nabi Saw.  menemui Abu Bakar dan bersabda, “Seandainya kami memiliki uang, pasti kami akan membeli Bilal.” Maka, Abu Bakar segera menemui al-Abbas ibn Abdul Muthalib dan berkata, “Belikanlah Bilal untukku, dan aku yang akan membayarnya.”

Al-Abbas pun pergi menemui keluarga pemilik Bilal dan berkata, “Bersediakah kau menjual budakmu, sehingga aku bisa memanfaatkannya sebelum ia menjadi lemah dan tak lagi bisa engkau manfaatkan?” Majikan Bilal balik bertanya, “Dan apa yang akan kau lakukan dengan budak ini, karena ia adalah najis.” “Aku menyukainya,” ujar al-Abbas. Meskipun begitu, mereka enggan menjual Bilal kepadanya. Al-Abbas menemui majikan Bilal beberapa kali dan merayu mereka agar mau menjual Bilal, tetapi upayanya tidak membuahkan hasil hingga akhirnya Abu Bakar r.a. berhasil membelinya lebih dulu ketika Bilal dalam kondisi dijemur pada gurun pasir dengan dada tertindih batu.

Muazin Pertama dalam Sejarah Islam

Rasulullah Saw. mempersaudarakan Bilal dengan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah. Sejak azan mula-mula menjadi syari’at sebagai tanda yang menyeru kaum muslim untuk mendirikan salat, Rasulullah Saw. memercayai Bilal mengumandangkannya. Ia tetap menjadi muazin, baik ketika Rasulullah Saw. berada di kota maupun saat beliau bepergian. Bilal pun menjadi muazin pertama dalam sejarah Islam.(St.Diyar)

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement