SURAU.CO – Buya Syafii Maarif, seorang cendekiawan Muslim terkemuka Indonesia, memiliki pemikiran mendalam mengenai konsep zikir. Bagi beliau, zikir bukanlah sekadar ritual lisan yang berulang. Justru, zikir menjadi sebuah refleksi batin yang kuat. Ini menghubungkan seseorang dengan Tuhannya secara substansial. Pandangan ini menyoroti pentingnya zikir sebagai pemicu kesadaran. Kesadaran untuk senantiasa mengingat Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Pemikiran Buya Syafii memang selalu relevan. Ia seringkali mengkritik praktik keagamaan yang kering. Praktik yang hanya mementingkan formalitas semata. Zikir yang sejati haruslah menembus lapis-lapis hati. Ia juga harus mampu mencerahkan akal budi. Buya Syafii menekankan dimensi intelektual zikir. Aspek ini membedakan pandangannya dari banyak interpretasi lainnya. Zikir mendorong kita berpikir kritis. Oleh karena itu, kita diajak merenungkan kebesaran Sang Pencipta.
Zikir: Lebih dari Sekadar Pengucapan Kata
Konsep zikir yang diusung Buya Syafii sangatlah kaya. Terlebih lagi, ia tidak hanya terbatas pada pengucapan kalimat-kalimat tertentu. Lebih jauh, zikir merupakan upaya berkelanjutan. Upaya untuk selalu mengingat Allah SWT. Ini termasuk mengingat-Nya dalam pikiran. Mengingat-Nya dalam hati. Juga mengingat-Nya melalui tindakan nyata. Dengan kata lain, setiap perilaku kita harus mencerminkan nilai-nilai ilahiah. Setiap langkah kita haruslah berlandaskan keimanan.
Buya Syafii sering mengaitkan zikir dengan ilmu pengetahuan. Ia melihat bahwa proses pencarian ilmu adalah bagian dari zikir. Penyelidikan terhadap alam semesta merupakan bentuk penghayatan. Penghayatan akan ayat-ayat Allah yang terhampar. Ketika kita mengkaji fenomena alam, kita sedang berzikir. Kita juga mengagumi ciptaan-Nya yang sempurna. Hal ini menegaskan bahwa spiritualitas dan intelektualitas tidak terpisahkan. Keduanya justru saling melengkapi, bahkan memperkuat.
Zikir sebagai Pondasi Pembentukan Akhlak Mulia
Aspek lain yang ditekankan Buya Syafii adalah zikir sebagai pondasi akhlak mulia. Sebab, ketika seseorang terus-menerus mengingat Allah, ia akan lebih mawas diri. Ia juga akan berusaha menjauhi perbuatan tercela. Di samping itu, ia akan selalu berupaya melakukan kebaikan. Kesadaran akan kehadiran Ilahi menjadi rem. Rem yang menghentikan dorongan negatif. Ini sekaligus menjadi pendorong kuat. Pendorong untuk berbuat kebajikan tanpa henti.
Mengingat Allah menciptakan ketenangan batin. Ketenangan ini sangat diperlukan dalam kehidupan modern. Kehidupan yang penuh dengan hiruk pikuk. Oleh karena itu, zikir memberikan jeda spiritual. Jeda untuk menenangkan pikiran. Jeda untuk membersihkan hati dari segala kegelisihan. Dampaknya sangat positif. Zikir menumbuhkan empati. Ia juga meningkatkan kepedulian sosial, terlebih di tengah masyarakat.
Relevansi Pemikiran Buya Syafii di Era Kontemporer
Pemikiran Buya Syafii tentang zikir sangat relevan saat ini. Di tengah krisis spiritual global, zikir menawarkan solusi. Solusi untuk menemukan makna hidup. Juga solusi untuk menghadapi berbagai tantangan moral. Buya Syafii mengajarkan bahwa zikir bukan untuk lari dari kenyataan. Sebaliknya, zikir justru menguatkan kita. Menguatkan kita untuk menghadapi realitas. Ini termasuk realitas sosial yang kompleks.
Buya Syafii adalah tokoh yang gigih. Ia selalu menyerukan moderasi beragama. Zikir dalam pandangannya tidak hanya untuk individu. Ia juga memiliki dimensi komunal yang kuat. Oleh karena itu, zikir harus menginspirasi kita. Menginspirasi untuk membangun masyarakat yang adil. Masyarakat yang penuh kasih sayang. Ini mencerminkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Sebuah Islam yang membawa keberkahan bagi semesta.
Kutipan Inspiratif dari Buya Syafii Maarif
“Zikir bukan hanya di mulut. Tapi di hati, di pikiran, dan di perbuatan. Kalau hanya di mulut, itu namanya ritual tanpa makna.”
Kutipan ini secara jelas menggambarkan esensi pemikiran beliau. Zikir yang sejati harus melibatkan seluruh aspek diri. Ini membutuhkan keselarasan antara ucapan, hati, pikiran, dan tindakan. Tanpa keselarasan ini, zikir hanya akan menjadi formalitas kosong. Akibatnya, ia tidak akan memberikan dampak transformatif.
Menghidupkan Zikir dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk menghidupkan zikir ala Buya Syafii, kita perlu beberapa hal. Pertama, kesadaran terus-menerus akan kehadiran Allah. Kedua, integrasi spiritualitas dan intelektualitas. Kita tidak boleh memisahkan keduanya. Ketiga, zikir harus diterjemahkan menjadi aksi nyata. Aksi nyata dalam kehidupan sosial. Ini berarti kita harus menjadi agen perubahan. Agen perubahan yang positif dan konstruktif.
Dengan demikian, pemikiran Buya Syafii tentang zikir sangat komprehensif. Ia melampaui batas-batas ritual tradisional. Ia mengajak kita meresapi makna zikir secara lebih dalam. Makna zikir sebagai jalan menuju kesadaran. Kesadaran akan Tuhan dan tanggung jawab kemanusiaan. Ini adalah warisan intelektual yang berharga. Warisan bagi umat Islam dan seluruh masyarakat.
Transformasi Diri Melalui Zikir Pencerahan
Zikir, menurut Buya Syafii, memiliki potensi transformatif. Potensi untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Ia mendorong individu untuk berefleksi. Berefleksi terhadap tujuan hidupnya. Ia juga mendorong individu untuk mengevaluasi tindakannya. Hasilnya adalah pribadi yang matang. Pribadi yang berintegritas tinggi. Mereka akan selalu berpegang pada prinsip kebenaran.
Pada akhirnya, zikir bukanlah pelarian dari masalah. Justru, zikir adalah bentuk perjumpaan diri dengan Sang Pencipta. Perjumpaan yang penuh kesadaran. Perjumpaan yang menghasilkan pencerahan. Pencerahan ini akan membimbing kita. Membimbing dalam setiap keputusan. Juga dalam setiap interaksi sosial.
Implikasi Pemikiran Buya Syafii bagi Umat
Implikasi pemikiran Buya Syafii sangatlah luas. Ia mendorong umat Islam untuk lebih rasional. Ia juga mendorong umat untuk lebih inklusif dalam beragama. Zikir harus memicu toleransi. Ia juga harus memicu penghargaan terhadap keberagaman. Buya Syafii percaya bahwa zikir sejati akan memurnikan jiwa. Jiwa yang murni akan menolak segala bentuk ekstremisme.
Sehingga, mari kita teladani pemikiran Buya Syafii Maarif. Kita harus menghidupkan zikir dalam makna yang sesungguhnya. Makna yang lebih mendalam dan komprehensif. Ini akan membawa kita pada kehidupan yang bermakna. Kehidupan yang diberkahi oleh Allah SWT.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
