SURAU.CO-Sejak sihir dalam sejarah Islam selalu menarik perhatian manusia yang ingin memahami rahasia kekuatan gaib. Sejak zaman para nabi hingga masa kini, jejak sihir dalam sejarah Islam memperlihatkan bagaimana manusia terus bergulat dengan godaan untuk menguasai kekuatan di luar batas nalar. Dalam perjalanan sejarah, sihir muncul sebagai ujian bagi akidah dan alat bagi setan untuk menipu manusia yang lemah imannya.
Para ulama menulis bahwa kisah sihir bukan hanya legenda masa lalu, tetapi juga peringatan yang hidup di setiap zaman. Umat Islam belajar dari kisah itu bahwa kekuatan sejati datang dari Allah, bukan dari jin atau mantra. Mereka yang memahami hal ini akan memandang sihir bukan dengan rasa kagum, melainkan dengan kesadaran dan kehati-hatian.
Banyak orang modern tanpa sadar mengikuti bentuk baru dari sihir—melalui sugesti, manipulasi batin, hingga permainan energi. Fenomena ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu terhadap hal gaib masih kuat, tetapi sering salah arah. Islam mendorong umat untuk mencari ilmu yang bermanfaat, bukan kekuatan yang menipu.
Umat beriman meneguhkan tauhid dengan doa dan dzikir. Mereka melindungi diri dengan Surah Al-Falaq dan An-Naas, yang diajarkan Nabi sebagai tameng dari sihir dan kejahatan makhluk halus. Dengan cara ini, Islam tidak menakuti manusia dengan kisah gaib, tetapi mengajarkan cara menghadapi kegelapan dengan cahaya iman.
Sihir dan Firaun: Awal Pertarungan antara Mukjizat dan Tipu Daya
Nabi Musa ‘alaihissalam menghadapi Firaun yang menggunakan sihir sebagai senjata kekuasaan. Para pesihir Firaun melemparkan tali yang tampak menjadi ular, tetapi tongkat Nabi Musa menelan semua ilusi itu. Peristiwa ini menunjukkan bahwa mukjizat berasal dari Allah, sedangkan sihir hanya tipu daya yang bergantung pada jin.
Islam memerintahkan umat agar tidak mendekati sihir, karena ia merusak akidah dan membuka jalan bagi setan. Orang yang mencari ilmu sihir menukar imannya dengan kesesatan. Dalam banyak kisah, para pesihir berakhir dalam penyesalan karena menyadari bahwa kekuatan mereka tidak memberi kedamaian.
Sampai sekarang, manusia masih mencoba mengulang kesalahan lama. Mereka menyamarkan sihir dengan istilah seperti “daya batin” atau “energi spiritual”. Padahal, tujuan akhirnya sama: mencari kekuatan tanpa izin Allah. Tantangan ini membuat umat Islam harus lebih cerdas membedakan antara karomah yang datang dari iman dan sihir yang bersumber dari setan.
Setiap muslim dapat melawan pengaruh sihir dengan memperbanyak dzikir dan menjaga hubungan dengan Al-Qur’an. Ketika hati dipenuhi cahaya tauhid, sihir kehilangan pengaruhnya. Sejarah Musa dan Firaun menjadi bukti bahwa kebenaran selalu menang atas tipu daya, selama manusia memegang teguh iman.
Dari Zaman Nabi hingga Akhir Zaman: Sihir Sebagai Ujian Iman yang Abadi
Rasulullah ﷺ juga pernah diuji dengan sihir dari Labid bin al-A’sham. Allah menurunkan wahyu untuk mengungkap sihir itu dan menyembuhkan beliau. Peristiwa ini mengajarkan bahwa sihir bisa memengaruhi manusia, tetapi tidak dapat mengalahkan wahyu. Nabi menunjukkan cara menghadapi sihir dengan sabar dan berdoa, bukan dengan membalasnya.
Ulama menjelaskan bahwa sihir selalu ada karena manusia mudah tergoda oleh janji kekuasaan. Sihir memberi kesenangan sesaat, tetapi mencabut keberkahan hidup. Banyak orang kehilangan akal dan rezeki karena mengandalkan kekuatan jin. Islam menegaskan bahwa siapa pun yang belajar sihir telah menempuh jalan kufur jika tidak segera bertobat.
Di era digital, bentuk sihir berubah. Kini manusia menghadapi “sihir modern” berupa manipulasi pikiran, propaganda, dan ilusi visual yang memengaruhi moral serta keyakinan. Orang yang tidak waspada mudah terjebak dalam pengaruh ini, seperti halnya pesihir Firaun yang terpukau oleh bayangan mereka sendiri.
Sejarah Islam mengingatkan umat agar terus menjaga hati dari tipu daya, baik dalam bentuk ritual lama maupun teknologi baru. Sihir akan terus muncul hingga akhir zaman, tetapi iman yang kokoh mampu menembus setiap kegelapan. Orang beriman tidak takut pada sihir, karena mereka tahu bahwa perlindungan sejati hanya datang dari Allah, bukan dari kekuatan tersembunyi. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
