Kisah
Beranda » Berita » Kisah Ulama Besar yang Mengkhawatirkan Ketenaran

Kisah Ulama Besar yang Mengkhawatirkan Ketenaran

Ilustrasi Sufyan Ats-Tsauri

SURAU.CO – Di antara banyak ulama salaf yang namanya harum, Sufyan Ats-Tsauri menempati posisi istimewa. Beliau bukan sekadar ahli hadis dan fikih terkemuka. Ia juga seorang teladan dalam zuhud dan warak. Kisah hidupnya sarat hikmah. Salah satu pelajaran berharga dari beliau adalah ketakutannya terhadap popularitas. Hal ini mungkin jarang kita dengar dari tokoh besar lainnya.

Latar Belakang Sufyan Ats-Tsauri: Tumbuh di Lingkungan Berilmu

Sufyan Ats-Tsauri lahir di Kufah pada tahun 97 Hijriah. Ia tumbuh dalam lingkungan agamis yang kuat. Ayahnya, Sa’id bin Masruq, adalah seorang ahli hadis terkemuka. Bahkan, saudaranya juga merupakan ulama yang dihormati. Sejak usia dini, Sufyan sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Ilmu hadis dan fikih menjadi fokus utamanya. Ia belajar dari banyak guru terkemuka pada masanya, termasuk para tabi’in dan tabi’it tabi’in.

Puncak Keilmuan dan Ketakwaan: Gelar “Amirul Mukminin fil Hadis”

Para ulama sezamannya secara luas mengakui keilmuan Sufyan Ats-Tsauri. Imam Ahmad bin Hanbal pernah menyebutnya sebagai “Imamul Muslimin,” artinya pemimpin kaum Muslimin. Lebih lanjut, ia juga mendapat gelar “Amirul Mukminin fil Hadis.” Ini merupakan gelar tertinggi dalam ilmu hadis. Ilmu beliau sangat mendalam, sehingga banyak ulama besar menimba ilmu darinya.

Namun demikian, bukan hanya keilmuannya yang mengagumkan. Ketakwaan dan kezuhudannya juga sangat menonjol. Beliau menjalani hidup sederhana, jauh dari kemewahan duniawi. Hatinya selalu terpaut pada akhirat, sehingga ia terus-menerus introspeksi diri.

Kekhawatiran Terhadap Ketenaran: Sebuah Pilihan Hidup yang Unik

Sufyan Ats-Tsauri sangat mengkhawatirkan popularitas. Beliau takut ketenaran akan merusak keikhlasannya. Hati manusia memang mudah tergelincir karena pujian. Ketenaran sering kali membawa ujian berat. Bahkan, pujian manusia bisa menjadi racun yang merusak amal kebaikan. Oleh karena itu, beliau memilih hidup menyendiri, sering berpindah-pindah tempat. Tujuannya jelas, yaitu menghindari sorotan banyak orang.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Pernah suatu ketika, Sufyan Ats-Tsauri ingin pergi haji. Beliau menempuh perjalanan melalui pegunungan yang terjal. Ini ia lakukan agar tidak bertemu banyak orang. Ketika sampai di suatu tempat, ia menemui seseorang yang kemudian bertanya, “Siapakah engkau?” Sufyan Ats-Tsauri dengan jujur menjawab, “Aku adalah Sufyan yang melakukan perjalanan ini untuk menghindari orang.”

Kisah lain juga menunjukkan betapa seriusnya ketakutannya ini. Sufyan Ats-Tsauri pernah bersembunyi di Yaman. Ia bahkan memakai pakaian kerja tukang pikul agar orang tidak mengenalinya. Ini membuktikan keseriusannya dalam menghindari popularitas. Baginya, keselamatan iman jauh lebih berharga daripada pengakuan dunia.

Mengapa Takut Terkenal? Introspeksi Mendalam Sang Ulama

Mengapa Sufyan Ats-Tsauri begitu takut terkenal? Sesungguhnya, ada beberapa alasan mendalam yang melandasi pilihannya.

  • Menghindari Fitnah: Pertama, beliau khawatir terhadap fitnah. Ketenaran sering kali mengundang fitnah, sebab orang akan mencari-cari kesalahan. Mereka kemudian akan membicarakan keburukan, dan hal ini bisa menyakiti hati. Lebih dari itu, fitnah juga berpotensi mengurangi pahala.

  • Menjauhi Kesombongan: Kedua, beliau khawatir terhadap kesombongan. Ketenaran bisa menumbuhkan rasa bangga yang berlebihan. Manusia memang mudah terjerumus dalam kesombongan, dan ini adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Ibadah yang dilandasi kesombongan pada akhirnya akan sia-sia.

    Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

  • Menjaga Keikhlasan: Ketiga, beliau ingin menjaga keikhlasan amal. Ketenaran berpotensi menggeser niat. Amal yang tadinya ikhlas bisa berubah karena ingin dilihat atau dipuji orang. Ini adalah bentuk syirik kecil yang harus dihindari.

  • Menghindari Beban Amanah: Keempat, beliau menghindari beban amanah. Menjadi populer berarti menjadi panutan bagi banyak orang. Ini menempatkan tanggung jawab besar di pundaknya. Setiap perkataan dan perbuatan akan dicontoh, dan ini adalah beban yang sangat berat bagi seorang Muslim.

Nasihat Berharga dari Sang Ulama: Mengutamakan Ridha Allah

Meskipun menghindari popularitas, Sufyan Ats-Tsauri tidak pelit dalam berbagi ilmu. Nasihat-nasihatnya sangat berharga dan menyentuh hati. Beliau sering memberikan petuah bijak kepada para murid dan siapa saja yang ingin mendengar.

Salah satu nasihatnya yang terkenal adalah: “Berapa banyak orang yang terkenal, justru dengan ketenarannya itu ia celaka.” Nasihat ini mengingatkan kita bahwa ketenaran bukanlah jaminan kebaikan, bahkan bisa menjadi sebab kebinasaan.

Ia juga berkata, “Jika engkau mampu untuk tidak dikenal, maka lakukanlah. Karena tidak dikenal itu tidak apa-apa.” Nasihat ini mendorong kita untuk fokus pada perbaikan diri sendiri, bukan terlalu mencari pengakuan manusia.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Sufyan Ats-Tsauri selalu menekankan pentingnya amal saleh yang tulus ikhlas. Selain itu, ia juga mengajarkan pentingnya menjaga lisan, menjauhi ghibah dan namimah. Beliau juga sangat menjaga diri dari hal-hal yang syubhat, yaitu perkara-perkara yang samar antara halal dan haram.

Wafat dalam Ketenangan: Sebuah Teladan Abadi

Sufyan Ats-Tsauri wafat pada tahun 161 Hijriah. Ia meninggalkan warisan keilmuan yang sangat besar. Selain itu, ia juga meninggalkan teladan akhlak mulia, dengan ketakutan akan ketenaran sebagai ciri khasnya. Ini membuatnya berbeda dari banyak ulama besar lainnya. Beliau adalah contoh nyata seorang ulama sejati, yang mencintai akhirat jauh melebihi dunia.

Kisah Sufyan Ats-Tsauri sangat relevan di masa kini. Di era media sosial, ketenaran sangat mudah kita dapatkan. Banyak orang berlomba-lomba mengejar popularitas, padahal ini bisa menjadi pedang bermata dua. Ada godaan besar di balik ketenaran yang menguji keikhlasan hati.

Beliau mengajarkan kita untuk selalu waspada. Waspada terhadap pujian manusia, juga terhadap sanjungan. Fokuslah pada ridha Allah, sebab itulah tujuan utama kita sebagai seorang Muslim. Kita harus senantiasa meluruskan niat, melakukan amal karena Allah semata, bukan karena ingin dilihat atau dipuji.

Sufyan Ats-Tsauri adalah bukti nyata ketakwaan sejati. Itu adalah memilih jalan sunyi, jalan yang jauh dari hiruk pikuk dunia. Ia memilih uzlah bukan karena membenci manusia, melainkan demi menjaga kemurnian hati dan keikhlasan amal. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran berharga dari beliau, pelajaran tentang zuhud, warak, ketakwaan, serta pentingnya menjaga hati dari godaan dunia yang fana.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement