SURAU.CO – Dalam sebuah cuplikan sederhana muncul pesan yang menggetarkan:
“Setiap langkah menghafal al-Qur’an: pengulangan adalah rahasia dari kestabilan yang terpelihara.”
Pesan ini mengingatkan kita bahwa bukan sekadar hafalan sekali lalu selesai, tetapi proses yang harus diulang-ulang hingga menjadi bagian dari jiwa dan kehidupan kita.
Mengapa Pengulangan?
Proses menghafal al-Qur’an tidak seperti mencatat poin satu kali dan tinggal diam. Ilmu telah menunjukkan bahwa pengulangan membantu memperkuat daya ingat, konsentrasi, dan stabilitas hafalan.
Dalam tulisan tersebut disebutkan:
“Pengulangan banyak hari ini bisa melelahkanmu, tetapi itu yang membuat hafalan terjaga dan lancar dalam tartil dan aliran.”
Sehingga, ketika kita merasa jenuh atau bosan dengan mengulang ayat-yang-sama, kita perlu memahami: itu bukan kelemahan kita, melainkan bagian dari metode menjaga agar al-Qur’an tetap hidup di dada kita.
Keutamaan Hafalan yang Hidup
Menghafal al-Qur’an bukan sekadar memiliki teks dalam ingatan, tapi memiliki kalamullah sebagai bagian dari kehidupan. Berikut beberapa keutamaan yang bisa kita petik:
Orang yang menghafal dan mengamalkan al-Qur’an mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah.
Hafalan yang terus dibaca, dipelihara, dan diulang akan menjadi syafa’at bagi kita di hari akhir nanti.
Kajian ilmiah menunjukkan bahwa aktivitas menghafal al-Qur’an berhubungan dengan ketenangan jiwa, pengurangan kecemasan, serta peningkatan kualitas hidup.
Tantangan dan Cara Menghadapinya
Tentunya, dalam pengulangan ada tantangan besar: rasa bosan, malas, sulit konsentrasi, atau bahkan merasa “udah hafal, ngapain diulang”. Namun pesan dari gambar itu mengingatkan:
“Jangan pandang banyaknya pengulangan hingga semangatmu padam, tapi renungkan besar-nya Kalam Allah yang kamu ulang.”
Beberapa tips praktis:
Tetapkan waktu khusus setiap hari untuk pengulangan hafalan, meski hanya beberapa ayat.
Pahami makna ayat yang diulang agar tidak sekadar ingatan mekanik, tetapi hidup dalam hati.
Variasikan metode: baca keras, dengar rekaman, tulis tangan, agar otak dan hati tetap aktif.
Pasang niat yang benar: untuk Allah semata, bukan pujian manusia. Karena yang menentukan bukan jumlah hafalan, tetapi kualitas ikhlas dan amalnya.
Refleksi Pribadi: Menjadikan ‘Ulang’ sebagai Ibadah
Saat saya menatap cuplikan itu, saya merenungi: berapa banyak ayat al-Qur’an yang saya hafal namun jarang saya ulang? Berapa banyak yang saya hafal namun maknanya belum hidup?
Kita sering tertarik pada sifat ‘baru hafal’ atau ‘hafal banyak juz’, tetapi lupa bahwa yang terpenting adalah: hafalan yang terus diperbarui, dipelihara, hidup dalam amalan kita.
Pengulangan bukan sekadar aktivitas rutin, tapi manifestasi cinta kita terhadap Kalamullah. Seperti pohon yang membutuhkan penyiraman rutin agar tumbuh, demikian pula hafalan al-Qur’an: perlu disirami dengan pengulangan, tadabbur, dan amal.
Penutup: Mantapkan Langkah Hafalanmu
Mari jadikan pengulangan sebagai teman setia dalam perjalanan menghafal al-Qur’an. Tidak perlu merasa minder jika ayat yang sama diulang hari demi hari—karena dari sanalah kestabilan dan keberkahan muncul.
Seperti pepatah gambar: “Setiap langkah telah tertulis, kita hanya menjalankan dengan pengulangan yang ikhlas.”
Semoga Allah ﷻ memudahkan kita menjaga Kalam-Nya dalam hati, menjadikannya cahaya dalam kehidupan, dan syafaat di akhirat. Amin.
MANHAJ SALAF: SEBUAH RENUNGAN NASIHAT
Siapa pun yg dalam hatinya benar² bertaqwa kepada Allah,
Maka ia akan takut berbuat dosa atau mengambil sesuatu yg bukan haknya,
Sekali pun ia mampu melakukannya,
Sekali pun sepi tiada yg melihatnya,
Sekali pun kesempatan itu ada di depan matanya,
Ia tidak akan tergoda dan tetap teguh pada keyakinannya,
Karena buah taqwa kepada Allah adalah takut (khauf/خوف) berbuat dosa.
Ketika ia sendirian ia tetap membayangkan bahwa Allah senantiasa melihatnya.
Ketika ia akan melakukan maksiat dan dosa ia tetap ingat akan balasan perbuatannya.
Khauf akan memunculkan sikap berpikir ke depan, bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Rasa takut kepada Allah membuatnya berhati-hati dalam bertindak, menyadari bahwa setiap langkahnya membawa konsekuensi, ridho atau murka.
Khauf juga akan memotivasi seseorang untuk terus beramal dan terus meningkatkan amalnya. Dengan demikian ia akan terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah.
Dan Allah telah menjanjikan surga kepada orang yang takut kepada-Nya.
“Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan (diri) dari (keinginan) hawa nafsunya. Maka sungguh, syurgalah tempat tinggalnya.” (QS An-Nazi’at : 40-41).
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa takut kepada Allah dan kelak kita juga termasuk orang-orang yang di masukkan ke dalam surgaNya. Aamiin. Habibie Quotes, 02/03/21. (Tengku Iskandar, M.Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
