Khazanah
Beranda » Berita » Rezeki yang Halal dan Berkah

Rezeki yang Halal dan Berkah

Rezeki yang Halal dan Berkah
Rezeki yang Halal dan Berkah

 

SURAU.CO – Rezeki adalah segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa uang, pakaian, makanan, sampai pada istri, itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak laki-laki atau anak perempuan termasuk rezeki. Termasuk pula dalam hal ini adalah ilmu, amal, kesehatan, pendengaran dan penglihatan.

Namun kebanyakan orang pada masa sekarang ini mengira bahwa rezeki itu hanya terkait dengan harta, oleh karenanya kita lihat banyak orang yang mencari rezeki tidak mengenal waktu dan bagaimana cara mendapatkannya.

Rezeki yang Baik

Padahal Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk mencari rezeki dengan cara yang baik dan halal, beliau ﷺ bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut sampai kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki.” (HR. Ibnu Majah 2144, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Sesungguhnya hakikat dari rezeki adalah apa yang kita konsumsi dan yang kita manfaatkan. Sementara yang kita kumpulkan dan simpan belum tentu menjadi jatah rezeki kita. Rasulullah ﷺ bersabda:

يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِى مَالِى –قَالَ– وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ

“Manusia selalu mengatakan, ‘Hartaku hartaku’ padahal hakikat dari hartamu (hai manusia) hanyalah [1] apa yang kamu makan sampai habis, [2] apa yang kami gunakan sampai rusak, dan [3] apa yang kamu sedekahkan, sehingga tersisa di hari kiamat.” (HR. Muslim 7609, Ahmad 16305 dan lainnya)

Rezeki Berupa Akal dan Penglihatan

Karena itu, sekaya apapun manusia, sebanyak apapun penghasilannya, dia tidak akan mampu melampaui jatah rezekinya. Orang yang punya 1 ton beras, dia hanya akan makan sepiring saja. Dan Orang yang memiliki 100 mobil, dia hanya akan memanfaatkan 1 mobil saja. Orang yang memiliki 10 rumah, dia hanya akan menempati 1 ruangan saja. Padahal semua yang kita kumpulkan pasti akan dihisab oleh Allah, dan semua rezeki yang kita peroleh wajib dimanfaatkan untuk hal yang baik. Allah ﷻ berfirman:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

“Dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 3)

Jika rezeki berupa harta, maka wajib diperhatikan zakat dari harta tersebut atau mengeluarkannya untuk sedekah yang sunnah. Ada pula rezeki selain harta yang juga diperintahkan untuk dimanfaatkan untuk hal-hal baik, seperti rezeki berupa akal, pendengaran dan penglihatan.

Sedangkan berkah atau barokah (بركة) secara bahasa berarti berkembang, bertambah dan kebahagiaan. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Asal makna keberkahan, ialah kebaikan yang banyak dan abadi.” (Syarh Shahih Muslim 1/225). Berkah adalah adanya kebaikan yang berasal dari Allah pada suatu hal, sesuatu yang sedikit jika mendapat keberkahan jadi terasa banyak, sesuatu yang banyak jika mendapatkan keberkahan terasa sangat besar manfaatnya.

Oleh karena itu, yang perlu kita cari dari rezeki bukan jumlahnya semata, tetapi juga keberkahannya. Dengan harta yang berkah, hidup kita jadi mudah dan dimudahkan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Cara mendapatkan keberkahan adalah dengan ketakwaan, yaitu rasa takut kepada Allah akan harta yang haram dan cara mendapatkannya yang haram. Di antara pembawa keberkahan pada rezeki dan harta.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Bersyukur

Kenikmatan yang didapatkan seseorang pada setiap datang, tidak terhitung jumlahnya, termasuk di antaranya harta benda. Kenikmatan ini menuntut seseorang untuk memanifestasikan syukur kepada Allah yang Maha Memberi Rezeki. Rasa syukur dan terima kasih serta pujian kepada Allah ﷻ atas nikmat itu, merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan berkah dan tambahan pada harta yang dimiliki.

Syukur jangan dipahami secara sempit, atau hanya dengan lantunan kata “alhamdulillah” atau ucapan lainnya. Syukur yang seperti ini tidaklah tepat, syukur memiliki makna yang lebih jauh dan lebih luas dari sekedar ucapan tersebut. Segala perbuatan baik, seperti shalat, puasa, pengakuan kurang dalam menjalankan ketaatan, menghargai nikmat Allah ﷻ, memperbincangkannya, menerima dengan ridho, walaupun sedikit, semuanya masuk dalam bentuk syukur. Dengan bersyukur, maka Allah akan menambah karunia-Nya kepada kita. Allah ﷻ berfirman:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Sungguh jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.“ (QS. Ibrahim: 7)

Sedekah

Sedekah dan infak merupakan salah satu penunjang yang dapat mendatangkan rezeki dan meraih berkah. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Asma` bintu Abi Bakar radhiyallahu‘anha:

أَنْفِقِي وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ

“Berinfaklah, janganlah Engkau menahan diri, akibatnya Allah akan memutus (berkah) darimu.“ (HR. Bukhari dan Muslim)

Al-Mubarakfuri berkata: “Hadits ini menunjukkan, bahwa sedekah meningkatkan harta dan menjadi salah satu penyebab keberkahan dan pertambahannya; dan (menunjukkan pula), kalau orang yang bakhil, tidak bersedekah, (maka) Allah mempersulit dirinya dan menghambat keberkahan pada harta dan pertambahannya.”

Silaturahmi

Usaha lain yang bisa mendukung bertambahnya rezeki dan bisa mendatangkan keberkahan pada harta yang dimiliki, yaitu menyambung jalinan silaturahmi. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung silaturahmi (dengan kerabat).” (HR. Bukhari 5985 dan Muslim 2557)

Silaturahmi yang dimaksud dalam hadits di atas adalah berbuat baik atau menjalin hubungan dengan kerabat. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Silaturahmi adalah berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, terkadang dengan memberi bantuan tenaga, terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam dan cara lainnya.” (Syarh Shahih Muslim 2:201)

Al-Hafizh rahimahullah berkata: “Para ulama mengatakan, yang dimaksud dilapangkan rezekinya adalah, adanya keberkahan padanya. Sebab menyambung tali silaturahmi adalah sedekah, dan sedekah mengembangkan harta, sehingga semakin bertambah dan bersih.”

Keberkahan Harta

Semoga Allah melapangkan rezeki dan memberikan keberkahan pada harta kita, serta menerima segala amalan kita.

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi 3563, dihasankan oleh Syaikh Salim Al-Hilaly)

Semoga bermanfaat dan silakan disebarkan. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim 1893)

#kalender #kalenderhijriyah #kalenderislam #kalenderdakwah #posterdakwah #dakwah #sunnah #nasihat #adab #ilmu #islam #iman #ihsan #amal #amalan #ibadah #rezeki #harta #berkah #halal #rezekiberkah #rezekihalal #hartaberkah #hartahalal #dunia #akhirat #syukur #sedekah #silaturahmi #doa. (Army Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement