Khazanah
Beranda » Berita » Iḥyā’ untuk Pengusaha: Etika Berusaha dalam Kitab al-Kasb

Iḥyā’ untuk Pengusaha: Etika Berusaha dalam Kitab al-Kasb

Pengusaha Muslim membaca kitab al-Ghazālī di meja kerjanya dengan cahaya spiritual.
Menggambarkan keseimbangan antara dunia usaha dan spiritualitas sebagaimana diajarkan dalam Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn.

Surau.co. Frasa kunci “Etika Berusaha dalam Kitab al-Kasb” menjadi semakin relevan di era ketika bisnis sering dipersempit pada rumus keuntungan dan strategi pasar. Dalam kehidupan modern, banyak pengusaha mengejar hasil tanpa mempertimbangkan nilai-nilai moral dan spiritual. Padahal, jauh sebelum konsep business ethics menjadi populer, Imam al-Ghazālī telah menulis panduan mendalam tentang makna dan etika berusaha dalam Kitab al-Kasb—salah satu bagian penting dari karya monumentalnya, Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn.

Bagi al-Ghazālī, berusaha bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan bagian dari ibadah yang harus berlandaskan niat yang benar dan adab yang luhur. Melalui pendekatan spiritual, beliau mengajarkan bahwa kasb (usaha mencari rezeki) adalah sarana menuju kebersihan jiwa dan kemandirian, bukan sekadar jalan menumpuk harta.

Berusaha sebagai Ibadah: Niat yang Menentukan Nilai

Imam al-Ghazālī menegaskan bahwa segala pekerjaan tergantung pada niat. Seorang pengusaha yang bekerja untuk memenuhi kewajiban menafkahi keluarga dan berkontribusi pada masyarakat akan mendapatkan pahala, bahkan meski hasilnya kecil.

Dalam Iḥyā’, beliau menulis:

قال الغزالي:
«النِّيَّةُ تَفْرُقُ بَيْنَ العَادَةِ وَالعِبَادَةِ»
(“Niatlah yang membedakan antara adat dan ibadah.”)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Maknanya, bekerja bisa menjadi ibadah jika niatnya dilandasi ketaatan. Pengusaha yang menimbang kejujuran dan keberkahan lebih tinggi dari keuntungan materi sesungguhnya sedang menapaki jalan spiritual.

Al-Ghazālī juga menambahkan bahwa mencari rezeki halal adalah bagian dari ketakwaan, bukan sekadar urusan dunia. Dalam konteks modern, ini berarti bahwa bisnis yang etis—tidak menipu, tidak merusak lingkungan, dan tidak memanipulasi konsumen—merupakan bentuk ibadah yang tinggi nilainya.

Menjaga Kejujuran dalam Transaksi

Fenomena penipuan, mark-up, atau praktik curang dalam bisnis seakan menjadi hal biasa. Namun, al-Ghazālī mengingatkan bahwa setiap bentuk kecurangan dalam kasb tidak hanya merusak kepercayaan, tetapi juga mencemari hati.

Dalam Kitab al-Kasb, beliau menulis:

قال الإمام الغزالي:
«مَنْ غَشَّ فِي بَيْعِهِ أَوْ خَدَعَ فِي كَيْلِهِ فَقَدْ خَانَ الأَمَانَةَ، وَالْخَائِنُ لاَ يُطِيبُ اللهُ لَهُ كَسْبًا»
(“Barang siapa menipu dalam jual beli atau curang dalam takaran, maka ia telah mengkhianati amanah; dan Allah tidak akan memberkahi usahanya.”)

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Kata “khāna al-amānah” (mengkhianati amanah) menunjukkan bahwa bisnis yang tidak jujur bukan hanya kesalahan etis, tapi juga pelanggaran spiritual. Al-Ghazālī ingin menanamkan bahwa keberkahan jauh lebih bernilai daripada keuntungan semata.

Dalam konteks kini, seorang pengusaha yang menolak suap, menjaga transparansi, dan memperlakukan karyawan dengan adil sedang meneladani ajaran klasik ini—menjadikan etika bisnis sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kesederhanaan dalam Keuntungan dan Konsumsi

Di tengah budaya konsumtif, al-Ghazālī mengingatkan agar manusia tidak larut dalam nafsu mengejar kekayaan tanpa batas. Menurutnya, rezeki yang berkah bukan yang banyak, melainkan yang mencukupi dan membawa ketenangan.

قال الغزالي:
«لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ المَالِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ»
(“Kaya bukan berarti banyak harta, tetapi kaya adalah kaya hati.”)

Makna ini mengubah paradigma: tujuan berusaha bukan untuk pamer hasil, tetapi untuk menjaga keseimbangan hidup. Pengusaha yang bijak akan melihat harta sebagai amanah yang harus dikelola, bukan dikuasai.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Dalam praktik modern, ini dapat diterjemahkan sebagai prinsip sustainability—usaha yang tidak hanya mengejar profit, tetapi juga menjaga kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan. Di sinilah spiritualitas Iḥyā’ menemukan relevansinya: mengembalikan keseimbangan antara materi dan makna.

Bekerja dengan Ihsan: Profesional dan Beradab

Salah satu dimensi penting dari Kitab al-Kasb adalah penekanan pada ihsan (profesionalisme dan kesempurnaan dalam bekerja). Al-Ghazālī menyatakan bahwa kualitas kerja seseorang mencerminkan kualitas imannya.

قال الغزالي:
«المُحْسِنُ فِي صَنْعَتِهِ كَالمُتَعَبِّدِ فِي مِحْرَابِهِ»
(“Orang yang berbuat ihsan dalam pekerjaannya seperti seorang ahli ibadah di mihrabnya.”)

Ini adalah pesan agung untuk setiap pengusaha dan pekerja: kerja yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab, ketelitian, dan niat baik memiliki nilai ibadah setara dengan sujud di masjid.

Etika profesional yang diajarkan al-Ghazālī menuntut integritas, konsistensi, dan niat untuk memberi manfaat. Maka, dalam dunia usaha modern, Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn seolah menjadi kitab manajemen spiritual yang memadukan kesuksesan dengan kesalehan.

Menghidupkan Ruh Iḥyā’ dalam Dunia Bisnis Modern

Etika berusaha menurut Iḥyā’ bukanlah teori usang. Ia tetap hidup, terutama ketika banyak pelaku usaha mulai mencari makna di balik kesibukan material. Dalam Kitab al-Kasb, al-Ghazālī tidak menolak dunia bisnis; justru beliau menuntun agar dunia itu dijalani dengan adab, amanah, dan rasa syukur.

Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn mengajak pengusaha Muslim masa kini untuk menyeimbangkan laba dan keberkahan, strategi dan kejujuran, kerja keras dan ketenangan hati. Ia mengajarkan bahwa bekerja bukan hanya mencari nafkah, tetapi menghidupkan ruh kebermanfaatan bagi sesama.

Dengan demikian, Etika Berusaha dalam Kitab al-Kasb adalah panduan klasik yang tetap menjadi lentera moral bagi dunia bisnis modern. Imam al-Ghazālī seolah berpesan bahwa pengusaha sejati bukan yang terkaya, tetapi yang paling jujur, amanah, dan menebar manfaat.

 

* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo, Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement