SURAU.CO – Di bawah terik matahari dan semilir angin Padang Panjang yang sejuk, suasana haru dan bahagia bercampur jadi satu. Puluhan wajah yang dahulu muda kini berbalut pengalaman hidup, kembali berkumpul di tempat yang pernah menempa jiwa dan ilmu—Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus (MAN-MAPK) Koto Baru Padang Panjang.
Acara bertajuk “Reuni Perak Alumni MAN-MAPK ’96” bukan sekadar pertemuan setelah 25 tahun berpisah. Ia adalah momentum spiritual, momentum refleksi, dan momentum untuk meneguhkan kembali niat awal: menuntut ilmu karena Allah dan menyebarkan manfaat untuk umat.
Dari Madrasah Kecil ke Jejak Besar Dakwah
Dua puluh lima tahun bukan waktu yang singkat. Dari ruang-ruang asrama sederhana dan kelas yang sejuk di kaki Gunung Marapi itu, lahir generasi yang kini tersebar di berbagai pelosok negeri. Ada yang menjadi guru, dosen, dai, birokrat, dokter, pengusaha, dan tokoh masyarakat. Semua membawa identitas yang sama: bekas didikan madrasah yang menanamkan ilmu dengan adab, logika dengan iman.
Dalam sambutannya, salah seorang alumni menyampaikan dengan suara bergetar:
“Kita mungkin berbeda profesi, tapi kita disatukan oleh satu nilai: semangat ikhlas beramal yang diwariskan oleh guru-guru kita di MAPK.”
Ya, nilai keikhlasan dan kedisiplinan yang menjadi ciri khas MAPK dahulu telah menjadi pondasi yang menguatkan banyak alumninya dalam menghadapi gelombang kehidupan.
Madrasah: Tempat Ilmu Menyatu dengan Ruhani
Reuni ini juga menjadi ruang untuk merenung: bahwa pendidikan bukan sekadar proses intelektual, tapi juga pembentukan ruhani. Di MAPK, para santri bukan hanya diajarkan ilmu tafsir, hadis, dan bahasa Arab, tapi juga bagaimana menghormati guru, menjaga adab, dan menata niat.
Salah satu guru senior yang hadir berkata dengan penuh makna:
“Dulu kalian kami ajari bukan hanya agar pandai bicara, tapi agar hidup kalian menjadi doa yang berjalan.”
Kalimat itu menggema, menembus hati para alumni yang kini telah menjadi bagian dari masyarakat luas. Mereka sadar, madrasah telah memberikan bekal yang tak ternilai: iman yang menyala dan ilmu yang berbuah amal.
Silaturahmi: Kekuatan yang Menyatukan
Acara reuni perak ini tak hanya diisi dengan nostalgia, tapi juga dengan dzikir, doa, dan tausiyah. Seorang dai dari kalangan alumni tampil memberikan pesan yang menggetarkan:
“Silaturahmi bukan sekadar temu raga, tapi temu jiwa. Dari sini, Allah bukakan pintu rezeki, diperpanjang umur, dan disuburkan kasih sayang.”
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menjalin silaturahmi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Reuni ini menjadi bukti bahwa ukhuwah karena Allah tidak mengenal batas waktu. Ia tumbuh dari hati yang tulus, dari kenangan yang suci, dan dari cita-cita yang sama: membangun umat dengan ilmu dan akhlak.
Kilas Balik dan Harapan Baru
Sembari mengenang masa lalu, para alumni juga memikirkan masa depan. Banyak gagasan lahir dari pertemuan ini—mulai dari pembentukan Forum Dakwah Alumni MAPK, program beasiswa untuk adik-adik kelas, hingga rencana membangun wadah pengabdian sosial berbasis keilmuan Islam.
Salah seorang panitia menyampaikan:
“Reuni ini tidak boleh berhenti di nostalgia. Ia harus melahirkan gerak nyata, karena alumni madrasah punya tanggung jawab moral untuk mencerdaskan dan menebarkan nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.”
Harapan itu menggema seperti gema azan dari lembah Padang Panjang. Sebuah seruan agar alumni tetap menjadi penerang di tempat masing-masing.
Menyambung Rantai Dakwah Ilmu
Di balik panggung, tampak sebuah pemandangan yang indah: para alumni berpelukan dengan guru mereka, beberapa meneteskan air mata, dan sebagian lainnya menunduk haru di depan sosok yang dulu mengajar dengan ketegasan dan kasih.
Dari sinilah kita belajar: rantai dakwah ilmu tidak pernah putus. Guru menanam, murid menyirami, dan umat menikmati buahnya. Begitu seterusnya.
Karena sesungguhnya, ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir meski pemiliknya telah tiada. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
Dan dari madrasah inilah—MAPK Koto Baru—ilmu yang bermanfaat itu terus mengalir, dari generasi ke generasi.
Penutup: Dari Kenangan Menjadi Keteladanan
Reuni Perak Alumni MAN-MAPK ’96 bukan sekadar ajang temu kangen. Ia adalah tajdid niyyah—pembaruan niat—untuk kembali meneguhkan misi dakwah dan pengabdian. Bahwa ilmu yang kita dapat bukan untuk kebanggaan pribadi, tapi untuk kemaslahatan umat.
Semoga kebersamaan ini menjadi energi baru untuk melangkah lebih jauh.
Semoga silaturahmi ini menjadi sebab turunnya keberkahan.
Dan semoga semua alumni MAPK, di mana pun berada, terus menjadi suluh penerang bagi Nusantara.
“Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah, dan amal tanpa niat ikhlas ibarat bayang-bayang tanpa wujud.”
Selamat Reuni Perak Alumni MAN-MAPK ‘96!
Teruslah menebar cahaya ilmu, menghidupkan ukhuwah, dan menjaga warisan adab yang diajarkan para guru tercinta. (Oleh: Tengku Iskandar, M.Pd – Penyuluh Agama dan Duta Literasi Pena Da’i Nusantara)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
