Khazanah
Beranda » Berita » Azab Neraka Itu Berat: Allah Melihat dan Malaikat Mencatat

Azab Neraka Itu Berat: Allah Melihat dan Malaikat Mencatat

Azab Neraka Itu Berat: Allah Melihat dan Malaikat Mencatat
Azab Neraka Itu Berat: Allah Melihat dan Malaikat Mencatat

 

SURAU.CO – Setiap manusia pernah tergoda oleh bisikan dosa. Ada saat-saat di mana keinginan untuk melanggar larangan Allah muncul begitu kuat, seolah tidak ada yang melihat. Namun di saat itulah seorang mukmin sejati diuji: apakah ia lebih takut kepada Allah, atau kepada pandangan manusia?

Kalimat dalam gambar ini sangat menggugah:

“Setiap terbesit keinginan untuk berbuat maksiat, ingatlah: Azab Neraka Itu Berat: Allah Melihat dan Malaikat Mencatat ALLAH MELIHAT, MALAIKAT MENCATAT, DAN AZAB NERAKA ITU BERAT.”

Kalimat pendek tapi mengandung lautan makna. Ia adalah alarm hati, pengingat agar kita tidak tertipu oleh bisikan setan dan hawa nafsu. Mari kita renungi maknanya satu per satu.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Allah Melihat

Allah ﷻ berfirman:

> “Tidakkah kamu mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya…”
(QS. Al-Mujadilah: 7)

Tidak ada satu pun gerakan tubuh, bisikan hati, atau niat tersembunyi yang luput dari pengawasan Allah.
Kita bisa bersembunyi dari manusia, tapi tidak dari Allah. Kita bisa menipu sesama, tapi tidak mungkin menipu Dia yang Maha Melihat segalanya.

Ketika seorang mukmin menyadari murāqabah (pengawasan Allah), hatinya akan berhenti di depan pintu dosa.
Karena setiap kali tangan ingin berbuat maksiat, hati berbisik:
“Tunggu, Allah sedang melihatku.”

Malaikat Mencatat

Allah menugaskan dua malaikat yang senantiasa menyertai kita:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

> “(Yaitu) ketika dua malaikat mencatat, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”
(QS. Qaf: 17–18)

Bayangkan, setiap detik hidup kita terekam. Tidak ada “mode diam” dalam catatan amal.
Malaikat tidak tidur, tidak lalai, dan tidak lupa. Mereka mencatat setiap kebaikan dan keburukan dengan sempurna.

Suatu hari nanti, semua itu akan dibuka di hadapan kita:

> “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.”
(QS. Al-Isra: 14)

Sungguh, jika kita benar-benar yakin akan ayat ini, niscaya kita akan berhati-hati dalam setiap langkah dan ucapan.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Dan Azab Neraka Itu Berat

Allah menggambarkan dahsyatnya azab neraka dengan kata-kata yang membuat hati bergetar:

> “Dan adapun orang-orang yang durhaka, maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka ingin keluar darinya, mereka dikembalikan ke dalamnya, dan dikatakan kepada mereka: Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu dustakan itu.”
(QS. As-Sajdah: 20)

Azab neraka bukan sekadar panas — ia adalah pembalasan bagi mereka yang tahu tapi tetap melanggar, yang sadar tapi memilih lalai.

Betapa banyak manusia hari ini yang lebih takut kehilangan pekerjaan daripada kehilangan surga. Lebih takut pada pandangan manusia daripada pandangan Allah.
Padahal, azab dunia hanyalah bayangan kecil dari azab akhirat yang hakiki.

Mengingat Allah di Saat Godaan Datang

Kita ukur iman dari pengendalian diri.
Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah di hari tiada naungan kecuali naungan-Nya, salah satunya adalah seseorang yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita cantik dan berkedudukan, namun ia berkata: Aku takut kepada Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kalimat “Aku takut kepada Allah” adalah benteng terkuat melawan godaan syahwat dan dosa.
Karena rasa takut kepada Allah bukan kelemahan, tapi kekuatan sejati seorang mukmin.

Menjaga Hati dari Bisikan Maksiat

Setiap maksiat berawal dari bisikan. Bisikan menjadi pikiran, pikiran menjadi keinginan, keinginan menjadi perbuatan. Maka, hentikan dosa sejak masih dalam bentuk lintasan.

Ketika hati mulai condong pada yang haram, segera istighfar.
>Tundukkan pandanganmu ketika tergoda.
>Ketika tangan ingin menulis atau menekan sesuatu yang haram di ponsel, berhentilah.

Karena setiap kali kita menahan diri, Allah mencatat pahala yang lebih besar daripada sekadar menghindari dosa.

> “Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan gantikan dengan yang lebih baik.”
(HR. Ahmad)

Dari Takut Menjadi Cinta

Takut kepada Allah bukan berarti hidup dalam ketakutan yang mencekam.

Rasa takut itu justru melahirkan cinta dan kehati-hatian.
Kita menjauhi dosa karena cinta kepada Allah.

Diawasi Allah, ia menjaga dirinya. Ia tahu, setiap langkahnya ada nilai di sisi Rabb-nya.

Penutup

Setiap kali bisikan maksiat datang, ingatlah tiga hal sederhana ini:

  1. Allah Melihat.
    Tidak ada tempat bersembunyi dari pandangan-Nya.

  2. Malaikat Mencatat.
    Tidak ada perbuatan kecil pun yang akan luput.

  3. Azab Neraka Itu Berat.
    Maka jangan jual surga dengan kesenangan sesaat.

“Kita boleh menipu dunia, tapi jangan pernah menipu diri sendiri di hadapan Allah.”

Semoga Allah menjaga hati kita dari niat buruk, serta menjaga pandangan dari hal haram, sehingga langkah kita tetap teguh di jalan ketaatan. Karena kemuliaan seorang hamba bukan pada seberapa sering ia jatuh, tapi pada seberapa cepat ia kembali kepada Tuhannya.

Dengan kesadaran itu, semoga Allah membimbing kita untuk beramal saleh, sehingga Allahu basirun bima ta’malun — Allah Maha Melihat segala yang kamu kerjakan. (Oleh: Tengku Iskandar, M.Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement