SURAU.CO – Bersyukur adalah sikap mulia yang diajarkan oleh Islam dan menjadi salah satu kunci kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Syukur bukan hanya ucapan lisani seperti “Alhamdulillah,” tetapi juga mencakup pengakuan dalam hati, penggunaan nikmat Allah pada jalan yang benar, dan menjadikannya sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Namun dalam realitas kehidupan, manusia sering lupa bersyukur saat berada dalam kelapangan, dan baru mengingat Allah saat kesulitan menimpa. Padahal, Allah SWT telah menjanjikan tambahan nikmat bagi siapa saja yang mau bersyukur.
Makna Syukur Menurut Islam
Secara bahasa, syukur berasal dari kata “syakara” yang berarti memuji atau berterima kasih. Secara istilah dalam Islam, syukur adalah pengakuan seorang hamba atas semua nikmat Allah, baik yang kecil maupun besar, lalu disertai dengan penggunaan nikmat tersebut sesuai dengan rida Allah SWT.
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa syukur melibatkan tiga unsur utama:
- Syukur dengan hati, berupa kesadaran bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT.
- Syukur dengan lisan, mengucapkan pujian kepada Allah, seperti “Alhamdulillah.”
- Syukur dengan perbuatan, menggunakan nikmat Allah untuk hal-hal yang diridai-Nya.
Perintah Bersyukur dalam Al-Qur’an
Syukur merupakan perintah langsung dari Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini menjelaskan bahwa syukur adalah sebab datangnya tambahan nikmat, sementara kufur nikmat menjadi sebab datangnya azab Allah.
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu kufur.”
(QS. Al-Baqarah: 152)
Ayat ini menegaskan bahwa syukur adalah bentuk penghambaan kepada Allah dan menjadi jalan agar Allah senantiasa mengingat dan menjaga hamba-Nya.
Hadis Nabi tentang Keutamaan Syukur
Banyak hadis Rasulullah SAW yang menggambarkan keutamaan syukur. Salah satu hadis yang mulia menyebutkan:
“Sesungguhnya Allah ridha kepada seorang hamba yang makan makanan lalu ia memuji-Nya (mengucapkan hamdalah), atau minum minuman lalu ia memuji-Nya.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa bersyukur bukan hanya pada nikmat besar, tetapi juga pada hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW bersabda:
“Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian (dalam hal dunia), dan jangan melihat kepada orang yang berada di atas kalian. Maka itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan agar kita tidak selalu membandingkan diri dengan mereka yang lebih kaya, lebih sukses, atau lebih tinggi kedudukannya. Dengan memandang ke bawah, kita akan lebih mudah mensyukuri nikmat.
Mengapa Syukur Itu Penting?
1. Syukur Menenangkan Hati
Orang yang bersyukur memiliki jiwa yang tenang. Ia tidak fokus pada kekurangan, tapi melihat betapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan. Syukur menjauhkan diri dari sifat iri, dengki, dan keluh kesah.
2. Syukur Mengundang Nikmat Baru
Allah SWT telah menjanjikan tambahan nikmat bagi orang yang bersyukur. Artinya, syukur bukan hanya sikap spiritual, melainkan juga hukum sebab-akibat dalam kehidupan.
3. Syukur Menghapus Sifat Kufur Nikmat
Orang yang tidak bersyukur termasuk golongan yang kufur nikmat. Mereka tidak menghargai pemberian Allah, bahkan merasa segala keberhasilan adalah hasil jerih payah semata. Syukur menjadi tameng agar hati tidak keras dan lalai.
4. Syukur Meningkatkan Iman dan Taqwa
Semakin seseorang bersyukur, semakin ia merasakan kedekatan dengan Allah. Ia menyadari bahwa semua nikmat berasal dari-Nya, sehingga makin rajin beribadah, berzikir, dan menjauhi maksiat.
Bentuk Syukur dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Syukur dalam Hati
Mengakui bahwa semua nikmat, baik kesehatan, rezeki, keluarga, dan waktu luang adalah karunia dari Allah SWT. Tidak ada yang datang tanpa izin-Nya.
2. Syukur dengan Lisan
Mengucapkan kalimat-kalimat pujian kepada Allah seperti:
- “Alhamdulillah” (Segala puji bagi Allah)
- “Subhanallah” (Maha Suci Allah)
- “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar)
3. Syukur dengan Amal Perbuatan
Menggunakan nikmat Allah di jalan kebaikan. Misalnya:
- Menggunakan harta untuk bersedekah.
- Menjaga tubuh dengan tidak melakukan maksiat.
- Menggunakan ilmu untuk mengajar dan berdakwah.
- Menjaga waktu dengan kegiatan yang bermanfaat.
Teladan Syukur dari Para Nabi
1. Nabi Sulaiman AS
Nabi Sulaiman diberi kerajaan besar, kekayaan, kekuasaan, bahkan jin dan angin tunduk padanya. Namun beliau tetap bersyukur dan berkata:
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur. Siapa yang bersyukur maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.”
(QS. An-Naml: 40)
2. Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW dikenal sangat bersyukur kepada Allah, meskipun beliau menghadapi banyak cobaan. Bahkan ketika shalat malam hingga kakinya bengkak, beliau berkata:
“Tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Bahaya Tidak Bersyukur dan Berterima Kasih
Tidak bersyukur dan tidak berterima kasih kepada manusia sangatlah berbahaya, sampai-sampai perbuatan ini dicap sebagai bentuk kekafiran. Hanya saja kekafiran yang dimaksud di sini bukanlah kekafiran yang akan mengeluarkan pelakunya dari agama Islam secara khusus. Dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Wahai para wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah beristigfar (mohon ampun kepada Allah). Karena sungguh aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang paling banyak.” Seorang wanita yang cerdas di antara mereka berkata, “Mengapa kami sebagai penghuni neraka yang paling banyak, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Karena kalian sering melaknat dan sering mengingkari kebaikan suami.” (HR. Muslim no. 79 dan Ibnu Majah no. 4003)
Dalam hadis yang lain, Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita, karena mereka kufur.” Beliau ditanya, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka kufur kepada suami dan mengingkari kebaikan. Andaikan engkau berbuat baik kepada seorang istri sepanjang waktu, kemudian sekali saja ia melihat kesalahanmu, maka ia mengatakan, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu.’” (HR. Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Nabi khususkan kufur kepada suami di antara dosa-dosa lain yang begitu banyak karena begitu
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya kuperintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya. Dan tidaklah seorang istri (dianggap) telah menunaikan hak Rabb-nya seluruhnya, kecuali dia telah menunaikan hak suaminya seluruhnya.” (HR. Ibnu Majah no. 1853 dan Ahmad no. 19403)
Penutup
Syukur adalah keindahan hidup yang membuat seseorang merasa cukup, tenang, dan dekat dengan Allah. Bersyukur membuat nikmat bertambah, hati menjadi damai, dan kehidupan penuh berkah. Allah telah menjanjikan:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7)
Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa bersyukur dalam kelapangan maupun kesempitan, dalam suka maupun duka. Karena sesungguhnya, keindahan hidup bukan terletak pada banyaknya harta, tetapi pada hati yang pandai bersyukur.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
