Kalam Khazanah
Beranda » Berita » Mengumpul Harta; Cobaan Berat Bagi Umat

Mengumpul Harta; Cobaan Berat Bagi Umat

Mengumpul Harta; Cobaan Berat Bagi Umat
Harta bukan semata-mata simbol kesuksesan, melainkan amanah sekaligus ujian yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Mengumpulkan harta adalah fitrah manusia. Setiap orang menginginkan kehidupan yang lebih nyaman, aman, dan berlimpah materi. Namun, berbalik dengan balik keinginan tersebut, Islam mengingatkan bahwa harta bukan hanya wujud nikmat, tetapi juga ujian besar. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
(QS. At-Taghabun: 15)

Ayat ini menegaskan bahwa harta bukan semata-mata simbol kesuksesan, melainkan amanah sekaligus ujian. Setiap orang akan mempertanggungjawabkan  kepada Allah. Dalam kehidupan modern,  materi sering menjadi tolok ukur keberhasilan, pemahaman ini menjadi sangat penting.

Harta dalam Pandangan Islam

Islam memandang harta sebagai salah satu karunia Allah yang halal untuk dicari. Bahkan, berusaha mencari nafkah adalah bagian dari ibadah. Allah berfirman:

“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari rezeki-Nya.”
(QS. Al-Mulk: 15)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Namun, Islam juga menekankan bahwa harta bukan tujuan akhir hidup. Maka, harta harus menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, bukan menjauhkan dari-Nya. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum ditanya tentang empat hal, yaitu tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan.”
(HR. Tirmidzi)

Hadis ini memberi peringatan bahwa harta adalah ujian dua sisi: dari mana mendapatkannya dan ke mana menggunakannya.

Mengapa Harta Menjadi Cobaan Berat?

a. Memicu Cinta Dunia Berlebihan

Hati manusia sangat mudah terpaut kepada harta. Seperti firman Allah SWT berikut:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”
(QS. Al-Fajr: 20)

Ketika cinta dunia telah menguasai hari manusia, maka manusia menjadi serakah, tidak puas, dan cenderung melupakan akhirat. Bahkan ia rela mengorbankan waktu shalat, silaturahmi, serta kejujuran hanya demi bertambahnya harta.

b. Menimbulkan Kesombongan

Banyak orang merasa dirinya lebih baik hanya karena memiliki kekayaan. Padahal, Allah berfirman:

“Janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong), dan jangan berjalan di bumi ini dengan angkuh.”
(QS. Luqman: 18)

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Kesombongan adalah penyakit hati yang membuat seseorang enggan menerima kebenaran dan merendahkan orang lain. Ini adalah salah satu alasan  mengapa Iblis terusir dari surga.

c. Menjadikan Harta sebagai Tujuan Hidup

Sebagian manusia bekerja siang dan malam, tetapi lupa pada hak Allah. Firman Allah:

“Celakalah orang-orang yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.”
(QS. Al-Humazah: 1–2)

Ayat ini tidak mencela orang kaya, tetapi mencela mereka yang menjadikan harta sebagai segala-galanya hingga melupakan kewajiban dan akhlak.

Contoh Cobaan Harta dalam Al-Qur’an

a. Qarun dan Kesombongannya

Kisah Qarun adalah contoh nyata bagaimana harta bisa menjerumuskan seseorang dalam kehancuran. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi ia berlaku zalim terhadap mereka. Kami telah memberinya kekayaan yang kunci-kuncinya saja terasa berat dipikul oleh sejumlah orang kuat.”
(QS. Al-Qasas: 76)

Namun karena kesombongan dan enggan berbagi, maka Allah menenggelamkannya bersama hartanya. Kisah ini menjadi pelajaran bahwa harta tanpa syukur dan ketaatan hanya membawa azab.

b. Kebun Dua Orang dalam Surat Al-Kahfi

Al-Qur’an juga menceritakan dua orang, salah satunya diberi kebun subur. Ia berkata:

“Aku lebih banyak harta darimu dan lebih kuat pengaruhnya.”
(QS. Al-Kahfi: 34)

Namun, karena kufur terhadap nikmat Allah, kebunnya dihancurkan. Ini menjadi pelajaran bahwa harta tanpa iman tidak bisa bertahan.

Bahaya Harta Jika Tidak Diiringi Iman

a. Melalaikan Ibadah

Harta kadang membuat manusia lalai dari shalat, zakat, dan ibadah lainnya. Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.”
(QS. Al-Munafiqun: 9)

b. Menumbuhkan Rasa Takut Kehilangan

Orang yang terlalu mencintai harta juga hidup dalam ketakutan: takut miskin, takut bersedekah, takut rugi. Padahal Allah menjanjikan:

“Apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya.”
(QS. Saba’: 39)

c. Menghilangkan Kepekaan Sosial

Banyak orang kaya yang terbiasa hidup nyaman, tetapi lupa bahwa sekitarnya ada fakir miskin yang butuh uluran tangan. Maka Allah peringatkan dalam kisah Ashab al-Fil dan penduduk Madinah yang pelit terhadap zakat.

Jalan Selamat dari Fitnah Harta

a. Niat yang Lurus

Islam mengajarkan agar niat mencari harta adalah untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, serta membantu orang lain. Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya…”
(HR. Bukhari dan Muslim)

b. Mencari Harta dari Jalan Halal

Allah memerintahkan:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.”
(QS. Al-Baqarah: 168)

Mencari harta dari riba, korupsi, atau penipuan hanya akan menumpuk dosa.

c. Membayar Zakat dan Bersedekah

Zakat adalah hak orang miskin dari harta orang kaya. Allah berfirman:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”
(QS. At-Taubah: 103)

Sedekah pun menjadi cara membersihkan hati dari sifat kikir. Nabi SAW bersabda:

“Harta tidak akan berkurang karena sedekah.”
(HR. Muslim)

d. Hidup Sederhana dan Zuhud

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi menjadikan dunia di tangan, bukan di hati. Rasulullah SAW hidup sederhana meski mampu hidup mewah. Beliau bersabda:

“Beruntunglah orang yang diberi petunjuk kepada Islam, rezekinya cukup, dan ia qana’ah dengan apa yang diberikan Allah.”
(HR. Muslim)

e. Memperbanyak Syukur dan Tawakal

Syukur mencegah hati dari serakah, sementara tawakal membuat hati tenang ketika kehilangan. Allah berfirman:

“Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7)

Sadarlah, Harta Tidak Dibawa Mati

Ketika kematian tiba, harta tidak lagi berarti. Rasulullah SAW bersabda:

“Ada tiga perkara yang mengikuti jenazah: keluarga, harta, dan amalnya. Dua kembali, satu tinggal bersamanya. Keluarga dan hartanya kembali, sementara amalnya tinggal bersamanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menjadi pengingat bahwa yang kekal hanyalah amal saleh. Harta adalah bagian dari ujian Allah kepada manusia. Ia bisa menjadi jalan menuju surga atau penyebab kehancuran. Islam tidak melarang umatnya kaya, tetapi melarang cinta dunia yang berlebihan, kikir, zalim, dan sombong karena harta. Maka, jalan selamat dari fitnah harta adalah dengan iman, syukur, tawakal, sedekah, dan memanfaatkan rezeki untuk kebaikan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat kekayaan hati, bukan hanya kekayaan materi. Sebab, mereka itulah yang benar-benar meraih keberuntungan dunia dan akhirat.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement