SURAU.CO. “Sami’na wa atho’na” adalah frasa Arab yang berarti “kami dengar dan kami patuh”. Ini merupakan pernyataan ketaatan dan kepatuhan mendalam seorang Muslim terhadap perintah Allah SWT dan ajaran Rasulullah SAW. Orang-orang sering menggunakan frasa ini untuk menegaskan komitmen mereka dalam mendengarkan dan melaksanakan perintah agama tanpa membantah atau ragu.
Sami’na Wa Atho’na merupakan ungkapan dalam bahasa Arab yang berarti “Kami mendengar dan kami taat”. Frasa ini mencerminkan sikap seorang Muslim yang beriman dalam menyikapi perintah atau ketetapan dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Kita perlu mendengarkan pesan yang disampaikan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga memahaminya dan menginternalisasinya. Umat Muslim sering mengucapkan ungkapan ini sebagai bentuk pengakuan dan penegasan atas kesediaan mereka untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
Sikap Sami’na wa Atho’na (kami dengar dan kami patuh) dalam Islam berakar pada keyakinan dan kepercayaan pada bimbingan ilahi. Ini mencerminkan kesediaan seorang Muslim untuk menerima dan mengikuti ajaran yang bersumber dari Allah SWT dan Rasul-Nya.
Tujuan utama dari sikap ini
- Penguatan Keimanan: Mengamalkan Sami’na wa Atho’na adalah perwujudan dari iman yang mendalam, menunjukkan bahwa seorang Muslim percaya pada kebijaksanaan di balik perintah dan larangan agama. Ini memperkuat hubungan individu dengan Tuhannya.
- Mencari Keridhaan Ilahi: Dengan mematuhi ajaran agama, seorang Muslim berharap untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT, yang merupakan tujuan spiritual tertinggi.
- Panduan untuk Kehidupan: Ajaran agama memberikan kerangka kerja moral dan etika untuk menjalani kehidupan. Seorang Muslim mengamalkan Sami’na wa Atho’na dalam hidupnya karena yakin hal itu membawa kebaikan di dunia dan akhirat.
- Pembentukan Karakter: Sikap ini mendorong pengembangan kedisiplinan diri, kerendahan hati, dan ketekunan dalam menjalankan ajaran agama.
- Harmoni Sosial: Kepatuhan pada prinsip-prinsip moral dan etika agama juga dapat berkontribusi pada tatanan sosial yang harmonis dan damai dalam komunitas Muslim.
Makna dan Implementasi
Ketaatan yang Tulus:
Mengucapkan “sami’na wa atho’na” berarti menerima kebenaran firman Allah dan ajaran Nabi, serta siap menjalankan perintah-Nya di mana pun dan apa pun tantangannya.
Bukti Iman:
Kepatuhan yang sesungguhnya adalah dengan tindakan nyata. Kita harus membuktikan sikap ini dengan perbuatan yang selaras dengan ajaran Islam, bukan hanya dengan ucapan lisan.
Kontras dengan Penolakan:
Frasa ini berlawanan dengan sikap orang-orang yang hanya “mendengar” tetapi tidak patuh, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an (Surat An-Nuur: 51).
Sumber Frasa:
Frasa ini diambil dari ayat Al-Qur’an, khususnya Surat An-Nuur ayat 51, yang menggambarkan karakter orang-orang mukmin yang beruntung.
Aplikasi dalam Kehidupan:
Sikap ini harus diterapkan dalam segala aspek kehidupan, baik itu terkait perintah Allah, sunnah Nabi, maupun amanah dari orang tua.
Dalil dalam Al-Qur’an
Salah satu dalil terpenting yang menguatkan sikap ini terdapat pada akhir Surah Al-Baqarah, ayat 285: “Aamanar-rasulu bima unzila ilaihi mir rabbihi wal-muminun, kullun amana billahi wa mala’ikatihi wa kutubihi wa rusulih, la nufarriqu baina ahadim mir rusulih, wa qalu sami’na wa ata’na gufranaka rabbana wa ilaikal-masir.”
Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.’ Dan mereka berkata, ‘Kami dengar dan kami taat. (Kami mohon) ampunan-Mu, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu-lah tempat kembali.'”
Makna mendalam
- Mendengar dan memahami: Tahap pertama adalah mendengarkan dan memahami segala ketetapan dan ajaran yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya.
- Taat dan patuh: Tahap kedua, yang lebih penting, adalah kepatuhan dan ketaatan tanpa keraguan atau bantahan, meskipun perintah tersebut mungkin bertentangan dengan keinginan pribadi.
- Keyakinan penuh: Sikap ini menunjukkan keyakinan penuh bahwa setiap perintah Allah SWT mengandung kebaikan, sementara setiap larangan-Nya mengandung bahaya.
- Berbeda dari orang munafik: Sikap ini berlawanan dengan perilaku orang munafik yang mengucapkan “kami mendengar” tetapi mengingkarinya di dalam hati.
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
Sikap sami’na wa atho’na dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan seorang Muslim.
- Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya: Menerapkan segala perintah agama, seperti mendirikan salat, membayar zakat, dan menunaikan puasa, tanpa banyak pertanyaan atau alasan.
- Ketaatan kepada pemimpin: Mematuhi perintah pemimpin atau penguasa selama tidak bertentangan dengan syariat Islam.
- Hubungan keluarga: Dalam konteks keluarga, sikap ini dapat diwujudkan dengan menghormati dan patuh pada orang tua selama perintah mereka sejalan dengan ajaran agama.
(mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
