Doa
Beranda » Berita » Menjemput Ijabah: Waktu, Adab, dan Keikhlasan dalam Doa

Menjemput Ijabah: Waktu, Adab, dan Keikhlasan dalam Doa

Seorang Pria Muslim Berdoa di Depan kabah
Seorang Pria Muslim Berdoa di Depan kabah

SURAU.CO-Menjemput Ijabah membutuhkan hati yang hadir dan keyakinan penuh, bukan sekadar menunggu waktu mustajab. Dalam menjemput ijabah, setiap hamba berdiri membawa harap dan tawakal, meyakini bahwa doa yang ia panjatkan melesat menuju Tuhan Yang Maha Mendengar. Banyak orang berdoa setiap hari, tetapi hanya sedikit yang menghadirkan doa sebagai bentuk penghambaan, bukan hanya permintaan.

Setiap doa mencerminkan isi hati. Ada doa yang pelan tetapi mengguncang langit, ada pula doa yang panjang namun tidak menembus karena terselubung riya atau gelisah. Orang yang yakin berdoa dengan tenang, bukan memaksa, melainkan percaya bahwa Allah tahu waktu terbaik untuk menjawab.

Sebagian orang merasakan doa terkabul di saat tak terduga. Ada yang mendapat jawaban setelah bertahun-tahun menunggu. Ada pula yang melihatnya datang ketika mereka hampir menyerah. Jadi, terkabulnya doa tidak hanya tentang waktu, tetapi tentang kesiapan hati menerima keputusan Allah.

Nilai menjemput ijabah bersifat timeless. Dari zaman para nabi hingga kini, rahasia doa terletak pada keikhlasan, kesabaran, dan keyakinan. Di era modern, manusia lebih sering meminta pada teknologi, tetapi hati tetap mencari ketenangan melalui doa.

Menjemput Ijabah Lewat Waktu Mustajab dan Adab Doa

Allah menyediakan waktu-waktu mustajab seperti sepertiga malam terakhir, antara azan dan iqamah, atau setelah salat. Namun waktu hanyalah jembatan. Yang lebih utama adalah hadirnya hati dan keyakinan penuh saat seseorang berdoa. Rasulullah SAW mengajarkan agar kita tidak tergesa-gesa, karena tergesa menandakan kurangnya yakin.

Rezeki Yang Berlimpah

Adab doa mencakup wudu, hati yang bersih, membuka doa dengan pujian kepada Allah, dan bersalawat kepada Nabi. Semakin lembut cara seseorang memohon, semakin dekat hatinya dengan Pemberi. Orang yang menjaga adab, sejatinya sedang memuliakan doanya sendiri.

Banyak ulama membagikan pengalaman ketika mereka menjemput ijabah. Imam Ahmad bin Hanbal berdoa bertahun-tahun agar Allah menuntun hatinya untuk selalu bersyukur, dan ia baru merasakan jawaban setelah waktu yang panjang. Dari sana, kita belajar bahwa doa membentuk jiwa sebelum menghadirkan hasil.

Di masa kini, sebagian orang merasakan ijabah melalui cara sederhana: kelulusan yang tertunda, rezeki setelah kehilangan, atau tenangnya hati setelah gagal. Ijabah tidak selalu datang dalam bentuk hasil, tetapi dalam bentuk pemahaman dan kedewasaan jiwa.

Keikhlasan dan Kelanggengan Menjemput Ijabah

Keikhlasan menjadi ruh dalam menjemput ijabah. Orang yang ikhlas tidak memaksa hasil tertentu, tetapi menyerahkan kepada Allah. Doanya ringan, tetapi kuat. Ia meminta bukan karena sekadar ingin diberi, melainkan ingin dekat dengan Yang Maha Memberi.

Keikhlasan diuji ketika doa tak langsung dijawab. Banyak orang berhenti berdoa ketika lelah, padahal mungkin ijabah tinggal selangkah lagi. Seperti orang menggali sumur lalu berhenti sesaat sebelum air muncul, banyak doa berhenti tepat di ambang jawaban. Maka teruslah berdoa meski hati letih.

Kumpulan Doa Agar Lancar Ujian Sekolah dan Mendapat Nilai Terbaik

Menjemput ijabah adalah perjalanan tanpa batas. Bukan tentang seberapa cepat permintaan terkabul, tetapi seberapa kuat hubungan seseorang dengan Allah. Doa yang tulus mendekatkan hati pada Tuhan, sementara penundaan menguatkan iman dan sabar.

Siapa pun yang menjaga waktu, adab, dan keikhlasan dalam berdoa berarti sedang mengetuk pintu ijabah. Jangan pernah menganggap doa sebagai upaya sia-sia. Di antara kata, air mata, dan harap dalam sujud, Allah menanamkan ketenangan yang tidak bisa diberikan dunia.

Menjemput ijabah berarti menghadirkan keyakinan penuh saat berdoa, bukan hanya mengucapkan permintaan. Doa yang lahir dari hati ikhlas memiliki kekuatan untuk mengetuk pintu langit. Banyak orang merasakan jawabannya ketika mereka berserah sepenuhnya, percaya bahwa Allah mendengar meski jawaban tidak selalu datang secepat harapan.

Waktu seperti sepertiga malam terakhir, antara azan dan iqamah, atau saat sujud sering menjadi waktu mustajab. Pada momen itu, hati lebih tenang dan dekat dengan Allah. Seseorang yang menjaga adab doa, mulai dari bersuci hingga bersalawat, telah menyiapkan jalur agar doanya lebih mudah diterima. (Hendri Hasyim)

Tiga Cara Allah Mengabulkan Do’a

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement