SURAU.CO-Buraq tunggangan Rasulullah menjadi simbol perjalanan suci Isra’ Mi’raj yang menembus langit dan waktu. Buraq tunggangan Rasulullah ini bukan hewan biasa, melainkan makhluk cahaya ciptaan Allah yang Allah siapkan khusus sebagai kendaraan para nabi. Kecepatannya melebihi kilat, langkahnya sejauh mata memandang, dan tugasnya hanya untuk misi kenabian.
Allah memilih Buraq karena makhluk ini memiliki ketaatan sempurna, kesucian, serta kekuatan untuk membawa tubuh fisik Nabi Muhammad ﷺ melalui perjalanan luar biasa dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Kisahnya tidak hanya menghadirkan kekaguman, tetapi juga memperlihatkan betapa agungnya kedudukan Rasulullah di sisi Allah.
Sosok dan Asal Penciptaan Buraq
Para ulama menyebut Buraq berasal dari alam ghaib dan Allah menciptakannya jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Rasulullah meriwayatkan bahwa beberapa nabi sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim, pernah menunggangi Buraq saat berziarah ke keluarga Hajar dan Ismail di Mekah. Namun, hanya Rasulullah yang Allah izinkan naik ke langit dengan menungganginya dalam peristiwa Isra’.
Buraq tampil dengan tubuh putih bercahaya, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal. Matanya bulat dan jernih, wajahnya berseri, dan tubuhnya harum seperti kesturi. Sebagian riwayat menyebut ia memiliki sayap kecil di sisi pahanya yang membantu mempercepat gerakannya. Setiap langkahnya melompati sejauh mata memandang, tanpa jeda atau kelelahan.
Mengapa Buraq yang Dipilih Menjadi Tunggangan Nabi?
Allah memilih Buraq karena makhluk ini mampu menjalankan perjalanan lintas dimensi: bumi, langit, dan alam ruh. Kecepatannya melampaui cahaya, sehingga mampu membawa Nabi Muhammad dari Mekah ke Palestina dalam satu malam. Selain itu, Buraq memiliki hati yang tunduk, tidak pernah melakukan maksiat, dan diciptakan hanya untuk melayani para nabi.
Ketika Malaikat Jibril membawa Buraq kepada Rasulullah, makhluk ini bergetar karena rasa hormat. Malaikat Jibril menenangkannya sambil berkata, “Tidak ada makhluk yang lebih mulia darimu yang akan menungganginya.” Setelah itu Buraq merendahkan tubuhnya, siap mengantar Rasulullah dalam perjalanan suci.
Peran Buraq dalam Perjalanan Isra’ Mi’raj
-
Perjalanan Isra’ (Mekah – Palestina): Rasulullah menaiki Buraq dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa. Di sana beliau menjadi imam bagi para nabi.
-
Perjalanan Mi’raj (Langit – Sidratul Muntaha): Setelah sampai di Masjidil Aqsa, Rasulullah naik ke langit bersama Malaikat Jibril. Pada tahap ini, Buraq tidak ikut mendaki, karena tugasnya hanya sampai bumi dan batas langit pertama.
-
Simbol Kemuliaan Rasulullah: Allah menghadirkan Buraq untuk menunjukkan bahwa Rasulullah memiliki kedudukan tertinggi di antara seluruh nabi dan makhluk.
Buraq bukan sekadar kendaraan langit, tetapi bukti kekuasaan Allah dan penghormatan tertinggi kepada Nabi Muhammad ﷺ. Makhluk ini mewakili kecepatan, cahaya, ketaatan, dan kemuliaan. Melalui Isra’ Mi’raj, Allah mengajarkan bahwa batas manusia bukanlah langit, tetapi sejauh mana ia beriman dan tunduk kepada-Nya.
Buraq adalah makhluk ciptaan Allah yang menjadi tunggangan Nabi Muhammad saat perjalanan Isra. Bentuknya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, warnanya putih dan bercahaya. Ia bergerak sangat cepat, setiap langkahnya sejauh mata memandang, dan hanya digunakan untuk para nabi.
Allah memilih Buraq karena makhluk ini suci, patuh, dan mampu menjalankan perjalanan jauh dalam waktu singkat. Buraq mengantar Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dalam satu malam. Ia tidak ikut naik ke langit saat Mi’raj, karena tugasnya hanya sampai di bumi dan batas langit pertama. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
