Khazanah
Beranda » Berita » Al-Nabighah al-Ja‘diy: Penyair Panjang Umur, Sahabat Nabi, dan Perawi Hadis

Al-Nabighah al-Ja‘diy: Penyair Panjang Umur, Sahabat Nabi, dan Perawi Hadis

Ilustrasi salah satu sahabat Nabi Saw.
Ilustrasi salah satu sahabat Nabi Saw.

SURAU.COAl-Nabighah al-Ja‘diy adalah seorang sahabat Nabi dari keturunan Bani Amir al-Ja‘diy. Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai nama aslinya, tetapi menurut pendapat yang lebih populer, namanya adalah Abdullah ibn Qais. Ia terkenal sebagai penyair yang telah berkarya sejak masa Jahiliah. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ia memiliki usia yang sangat panjang. Ia mengalami hidup di masa Jahiliah selama 240 tahun, sebagaimana tergambarkan dalam syairnya:

Kuarungi hidup bersama beberapa generasi manusia
Tiga keluarga kulalui, dan Tuhan masih memberi usia

Usia Panjang dan Masa Hidup Lintas Generasi

Umar ibn al-Khattab raḍiyallāhu ‘anhu pernah bertanya kepadanya, “Sudah berapa lama kau hidup bersama setiap keluarga?” Ia menjawab, “60 tahun.” Saat itu, usianya telah mencapai 180 tahun dan ia masih hidup hingga masa Ibn al-Zubair. Bahkan, terdapat riwayat bahwa ia pernah berdebat dengan Aus ibn Maghra dan Layla al-Akhliyah, yang hidup setelah masa Ibn al-Zubair.

Al-Nabighah lebih terkenal dengan panggilan Abu Layla. Di masa Jahiliah, ia menganut agama Nabi Ibrahim, sehingga tidak mengherankan jika ia sering membaca istighfar dan berpuasa meskipun belum memeluk Islam, sebagaimana diungkapkan dalam syairnya:

Segala puji hanya bagi Allah, tiada sekutu bagi-Nya
Jika kau tak mau mengatakannya, kau zalimi dirimu
Dia melipat siang lain menggantinya dengan malam
Dia tenggelamkan malam, lalu menerbitkan siang

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ibn Qutaibah mengatakan dalam al-Syi‘r wa al-Syu‘arā’ bahwa Al-Nabighah termasuk orang yang dikaruniai umur panjang. Al-Mundzir Abu al-Nu‘man ibn al-Mundzir mengatakan dalam syairnya:

Pikiranku mengenang seorang pemuda yang menerbitkan duka
Lama kukenal al-Mundzir dan kini ia masih berjalan di muka bumi

Dikatakan bahwa usia Al-Mundzir lebih tua daripada Al-Nabighah al-Dzubyani, karena Al-Dzubyani hanya mengenal Al-Nu‘man, sedangkan Al-Mundzir mengenal ayahnya Al-Nu‘man. Dikatakan bahwa Al-Mundzir adalah cucu Muhariq.

Kepercayaan dan Karya di Masa Jahiliah

Ia lebih terkenal dengan sebutan Al-Nabighah karena pada masa Jahiliah pernah menggubah syair, tetapi sejak berusia 30 tahun ia berhenti menggubah syair. Setelah cukup lama meninggalkan dunia sastra, ia kembali menggubah syair sehingga orang-orang memanggilnya dengan nama tersebut.

Ketika ia datang menghadap Rasulullah Saw., ia melantunkan syair:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Aku datang kepada Rasulullah, sang pembawa petunjuk
Yang bacakan kitab suci, bersinar bagai bintang di ufuk
Kami gapai tinggi angkasa, dan kami berharap lebih luhur

Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Hendak ke mana kau, hai Abu Layla?” Ia menjawab, “Ke surga.” Beliau bersabda, “Insya Allah.”

Ia melanjutkan syairnya:

Tak patut berlemah lembut jika tak menjaga diri dari noda
Tak patut bersikap bodoh jika tak disertai sikap lemah lembut

Rasulullah pun bersabda, “Sungguh baik ucapanmu itu, hai Abu Layla.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Ibn Qutaibah mengatakan bahwa setelah perjumpaan dengan Rasulullah Saw., ia masih hidup beberapa tahun lagi.

Peran sebagai Perawi Hadis

Al-Nabighah tidak hanya sibuk membuat syair, tetapi ia juga meriwayatkan hadis dari Nabi. Yahya ibn Urwah ibn al-Zubair meriwayatkan dari ayahnya, dari pamannya Abdullah ibn al-Zubair, dari Al-Nabighah bahwa Rasulullah Saw.bersabda:

“Ketika kaum Quraisy diberi kuasa untuk memimpin, mereka akan berlaku adil. Jika mereka dikasihi, mereka pun akan mengasihi. Jika mereka diajak bicara, mereka akan berkata jujur. Dan jika berjanji, mereka akan menepati. Hanya saja, mereka berada satu derajat di bawah para nabi di surga.”

Terdapat ceritakan bahwa Al-Nabighah al-Ja‘diy kurang cakap dalam berdebat dan beradu syair. Ia hidup sampai masa Abdullah ibn al-Zubair. Semoga Allah merahmatinya.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement