Kisah
Beranda » Berita » Shafiyyah binti Abdul Muthalib: Sang Ksatria Berhijab, Pelindung Kehormatan Umat

Shafiyyah binti Abdul Muthalib: Sang Ksatria Berhijab, Pelindung Kehormatan Umat

Ilustrasi by Meta AI.

SURAU.CO – Sejarah Islam menyuguhkan banyak kisah yang menggetarkan jiwa. Kisah para Shahabiyah, wanita-wanita mulia, senantiasa menginspirasi kita semua. Di antara mereka, Shafiyyah binti Abdul Muthalib adalah salah satu sosok yang sangat istimewa. Beliau merupakan bibi Nabi Muhammad ﷺ, seorang muslimah yang dikenal sangat pemberani. Keberaniannya sungguh luar biasa. Lebih dari itu, keteguhan imannya patut setiap muslimah contoh. Kisah hidupnya mengajarkan banyak hal berharga, meliputi iman yang kokoh, pengorbanan, dan perjuangan membela agama. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas perjalanan hidup beliau dengan detail.

Mengenal Shafiyyah: Silsilah Mulia dan Keluarga Pejuang Islam

Shafiyyah binti Abdul Muthalib memiliki silsilah yang sangat mulia. Beliau adalah bibi langsung dari Nabi Muhammad ﷺ. Ayahnya adalah Abdul Muthalib, kakek Nabi ﷺ, sementara ibunya bernama Halah binti Wuhaib. Shafiyyah juga saudara kandung dari Hamzah bin Abdul Muthalib, orang-orang mengenalnya sebagai “Singa Allah”. Selain itu, Shafiyyah adalah ibu dari Zubair bin Al-Awwam, salah satu sahabat yang dijamin surga. Keluarga ini, dengan demikian, merupakan keluarga pejuang yang sangat berkontribusi pada Islam.

Shafiyyah memeluk Islam pada awal dakwah Nabi ﷺ. Beliau menjadi salah satu muslimah pertama di Makkah. Keputusannya ini menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa. Ia menghadapi penentangan sengit dari kaum Quraisy. Namun demikian, ia tidak gentar sedikit pun. Ia tetap teguh pada pilihannya. Keislaman beliau adalah bukti kekuatan hidayah Allah. Dengan gigih, beliau selalu membela Nabi ﷺ. Ia melindungi Nabi ﷺ dari gangguan musyrikin.

Keberanian di Perang Uhud: Ketabahan di Tengah Duka yang Mendalam

Perang Uhud adalah salah satu ujian terberat. Pertempuran ini sangat sulit bagi kaum muslimin. Shafiyyah menunjukkan ketabahan luar biasa di sana.

Pada perang itu, saudaranya, Hamzah bin Abdul Muthalib, gugur sebagai syahid. Jenazahnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan, karena kaum musyrikin memutilasinya dengan keji. Shafiyyah datang ke medan perang dan melihat jasad saudaranya. Duka mendalam menyelimuti hatinya. Meskipun demikian, ia tetap tegar. Nabi ﷺ memerintahkannya agar tidak melihat jasad Hamzah. Ini untuk menjaga perasaannya. Shafiyyah berkata: “Aku telah rela dengan ketetapan Allah.” Dengan demikian, ia menunjukkan kesabaran dan keimanan yang kokoh.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Pahlawan di Perang Khandaq: Menjaga Kehormatan Muslimah dengan Tangan Sendiri

Peran Shafiyyah di Perang Khandaq sangat monumental. Beliau menunjukkan keberanian luar biasa yang patut ditiru.

Pada Perang Khandaq (atau Ahzab), kaum Yahudi Bani Quraizhah berkhianat, lalu mereka mengepung Madinah dari dalam. Wanita dan anak-anak muslimin berlindung di sebuah benteng, yaitu benteng Hassan bin Tsabit. Saat itu, seorang Yahudi mengintai benteng, berusaha mencari celah untuk menyerang wanita-wanita dan anak-anak muslimin. Shafiyyah melihatnya dari jauh. Ia menyadari bahaya besar yang mengancam.

Tanpa ragu, Shafiyyah mengambil tiang kemah, satu-satunya senjatanya. Ia keluar dari benteng dan memukul Yahudi itu dengan keras. Ia membunuh Yahudi itu dengan tangannya sendiri. Tindakan heroik ini menyelamatkan muslimin, karena ia melindungi wanita dan anak-anak. Ini menunjukkan keberanian luar biasa, menjadikannya pahlawan wanita sejati. Nabi ﷺ pun memuji perbuatannya yang gagah berani.

Akhlak Mulia dan Dedikasi: Cerminan Wanita Muslimah Sejati

Shafiyyah menjalani hidup dengan akhlak terpuji yang mengagumkan. Beliau juga menunjukkan dedikasi tinggi pada Islam.

Beliau dikenal memiliki iman yang kuat dan tak tergoyahkan. Ketakwaannya juga sangat tinggi, menjadi contoh bagi banyak orang. Ia mencontohkan kesederhanaan hidup, hatinya tidak terikat pada dunia dan segala gemerlapnya. Sebaliknya, ia lebih mencintai akhirat. Selain itu, ia ikut serta dalam berbagai pertempuran. Beliau tidak hanya berperang, tetapi juga mengobati pasukan yang terluka, dan memberi minum para pejuang. Dedikasinya sangat besar, ia selalu siap membantu umat Islam. Ia adalah teladan bagi muslimah, teladan dalam beribadah dan berjuang di jalan Allah.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Perjalanan hidup Shafiyyah akhirnya berakhir. Beliau wafat di Madinah pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Usia beliau mencapai 73 tahun. Beliau dimakamkan di Baqi’, pemakaman para sahabat yang mulia.

Beliau meninggalkan warisan besar, berupa keimanan dan keberanian. Warisan itu terus menginspirasi muslimah di seluruh dunia. Beliau adalah seorang syahidah berjiwa ksatria, meskipun tidak gugur di medan perang. Jiwa ksatria itu selalu melekat dalam dirinya.

Kisah Shafiyyah binti Abdul Muthalib memberi banyak sekali pelajaran. Pertama-tama, ia mengajarkan kekuatan iman yang tidak tergoyahkan. Kedua, ia menekankan keberanian dalam membela diri dan agama. Ketiga, ia menunjukkan ketabahan hati saat menghadapi cobaan hidup. Keempat, ia adalah bukti peran aktif wanita dalam membangun dan membela Islam. Kelima, ia menginspirasi pengorbanan diri yang tulus untuk kebaikan umat.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement