Kalam
Beranda » Berita » Ayat-Ayat yang Menjaga: Surah An-Nisa dan Konsep Kemuliaan Perempuan Sepanjang Masa

Ayat-Ayat yang Menjaga: Surah An-Nisa dan Konsep Kemuliaan Perempuan Sepanjang Masa

Memuliakan Perempuan
Memuliakan Perempuan

SURAU.CO-Ayat-Ayat yang Menjaga menunjukkan bagaimana Surah An-Nisa mengangkat kemuliaan perempuan sepanjang masa. Ayat-Ayat yang Menjaga ini mengajak kita memahami bahwa Allah menurunkan aturan bukan untuk membatasi perempuan, tetapi untuk menjaga martabat dan kehormatan mereka. Banyak orang hanya melihat Surah An-Nisa dari sisi warisan atau poligami, padahal Allah menyisipkan pesan cinta, perlindungan, dan keadilan yang sangat mendalam.

Masyarakat Arab dahulu memandang perempuan sebagai bagian kedua dalam kehidupan sosial. Namun, Surah An-Nisa hadir untuk membalik pola pikir itu. Saya pernah menyaksikan seorang ibu tunggal memperjuangkan hak warisnya. Keluarga sempat menolak, tetapi ia membawa dalil dari An-Nisa. Akhirnya mereka menyerahkan haknya dengan hormat. Pengalaman itu menegaskan bahwa wahyu Allah benar-benar bergerak dalam kehidupan nyata.

Allah menciptakan manusia dari satu jiwa lalu menghadirkan pasangannya. Ayat itu menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan berdiri sejajar dalam kemanusiaan. Bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai bagian utuh dari takdir penciptaan. Karena itu, Surah An-Nisa berdiri bukan hanya sebagai pedoman sosial, melainkan fondasi spiritual yang mengatur hubungan, tanggung jawab, dan kasih sayang.

Saya sering melihat ayah-ayah bekerja keras untuk menjaga keluarga mereka. Bukan karena ingin mendominasi, tetapi karena Allah memberi amanah itu kepada mereka. Ketika seorang teman kehilangan pekerjaan, ia tetap merasa wajib melindungi istrinya. Ia berkata, “Ayat ini menyentuh hati saya dan menguatkan saya untuk tetap berdiri.”

Keadilan An-Nisa dan Ayat-Ayat yang Menjaga

Surah An-Nisa membawa sistem keadilan yang mencakup warisan, mahar, dan perlindungan dari kekerasan. Namun, sebagian orang membaca ayat secara sepotong dan mengabaikan konteksnya. Jika kita membaca seluruhnya, kita akan menemukan bahwa Allah menempatkan perempuan sebagai subjek yang memiliki hak, bukan objek tradisi.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Ayat tentang poligami sering disalahpahami. Padahal Allah menyebut syarat keadilan secara tegas. Banyak ulama menerapkan ayat ini hanya dalam keadaan sosial tertentu, seperti perlindungan terhadap anak yatim dan janda. Jadi, poligami bukan simbol kekuasaan laki-laki, tetapi solusi rahmah bagi masyarakat yang terluka.

Saya pernah mendengar cerita pasangan yang hampir bercerai. Namun, setelah mereka membaca makna musyawarah dalam Surah An-Nisa, mereka memilih duduk bersama dan berdamai. Surah ini tidak menghapus masalah, tetapi memberi cahaya agar hati tetap terkendali.

Selain itu, Surah An-Nisa mengajak kita menjaga lisan ketika berbicara dengan perempuan. Allah memerintahkan kelembutan, bahkan dalam konflik. Ini bukan sekadar etika, tetapi perintah spiritual yang menghubungkan kita dengan rahmat Allah.

Perempuan Mulia dan Cahaya Surah An-Nisa

Kini, media sosial sering menilai perempuan dari penampilan atau popularitas. Namun, Surah An-Nisa mengingatkan bahwa kemuliaan perempuan lahir dari takwa, akhlak, dan ilmu. Jadi, ketika dunia berubah, nilai ini tetap berdiri dan tak pernah usang.

Perempuan bukan hanya pihak yang dijaga, tetapi juga penjaga ilmu dan peradaban. Aisyah, Hafsah, dan para sahabiyah menjadi saksi bahwa Allah memberi kapasitas intelektual dan spiritual kepada perempuan. Dengan demikian, konsep penjagaan dalam An-Nisa bersifat aktif: mendidik, menguatkan, dan menerangi.

Riyadus Shalihin: Buku Panduan Kecerdasan Emosional (EQ) Tertua Dunia

Hidup keluarga yang seimbang menjadi kunci dari pesan Surah An-Nisa. Allah mengatur hak dan kewajiban secara seimbang agar rumah tidak runtuh dan masyarakat tetap kokoh. Inilah sebabnya Ayat-Ayat yang Menjaga terus relevan, dari masa Nabi hingga era digital.

Maka, memahami Surah An-Nisa bukan hanya kebutuhan akademik, tetapi jalan pulang bagi siapa saja yang ingin membangun keluarga dengan cinta, adab, dan cahaya Ilahi. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement