SURAU.CO – Dakwah merupakan tugas mulia yang diamanahkan Allah kepada para nabi dan umat Islam. Dakwah bukan hanya menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga mengundang manusia untuk mendekat kepada Allah dengan cara yang bijak, santun, dan penuh kasih sayang. Dalam proses ini, kelembutan merupakan kunci utama. Dakwah yang dilakukan dengan kata-kata kasar, sikap keras, atau menyakiti hati manusia, sering kali justru menjauhkan mereka dari kebenaran. Oleh karena itu, sikap lemah lembut dalam berdakwah adalah akhlak yang harus dimiliki setiap muslim yang ingin menyeru kepada jalan Allah.
Dasar Kelembutan dalam Al-Qur’an
Allah SWT mengajarkan kepada umat manusia bagaimana berdakwah melalui kisah-kisah para nabi. Salah satu kisah paling menyentuh adalah ketika Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk berdakwah kepada Fir’aun. Fir’aun adalah sosok penguasa zalim yang mengaku sebagai tuhan, namun Allah tetap menyuruh kedua nabi itu berbicara dengan cara lembut. Allah berfirman:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 43-44)
Ayat ini menunjukkan, meskipun objek dakwah adalah orang yang paling zalim sekalipun, Allah tetap memerintahkan agar dakwah disampaikan dengan lemah lembut. Jika kepada Fir’aun saja harus bersikap lembut, apalagi kepada sesama muslim atau orang-orang awam yang hanya belum memahami agama.
Rasulullah SAW Teladan Kelembutan dalam Berdakwah
Rasulullah SAW adalah sosok yang paling mulia akhlaknya. Allah sendiri menegaskan:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)
Ayat ini menjelaskan bahwa keberhasilan dakwah Rasulullah SAW bukan karena kekuatan fisik atau kekuasaan politik, melainkan karena kelembutan sikap dan keluhuran akhlak. Akhlak beliau menarik hati manusia, membuat orang-orang yang membencinya menjadi mencintainya, dan yang memusuhinya menjadi bersahabat.
Contoh lain adalah ketika seorang Arab Badui kencing di dalam masjid. Para sahabat marah dan ingin menghukumnya. Akan tetapi, Rasulullah SAW menahan mereka dan bersikap lembut. Beliau membiarkan orang itu menyelesaikan perbuatannya, lalu menasihatinya dengan baik. Rasulullah juga memerintahkan agar tempat yang terkena najis disiram air. Setelah mendengar nasihat tersebut, orang Arab Badui itu malah mendoakan kebaikan bagi Nabi Muhammad. Sikap Nabi ini menunjukkan bahwa kelembutan mampu mengubah hati manusia.
Mengapa Kelembutan Penting dalam Dakwah
1. Kelembutan Mendekatkan Hati
Menaklukkan hati manusia tidak bisa dengan kekerasan. Ketika seseorang dinasihati dengan cara kasar, secara naluri ia akan menolak, bahkan jika nasihat itu benar. Sebaliknya, orang akan lebih mudah menerima nasihat yang tersampaikan dengan sabar dan tenang. Kelembutan adalah jalan untuk memasuki hati sebelum memasukkan ilmu ke dalam pikiran.
2. Menghindari Permusuhan dan Kebencian
Melaksanakan dakwah dengan amarah sering kali menimbulkan permusuhan. Orang yang mendapat nasihat merasa direndahkan dan dihina, lalu menjadi benci terhadap agama atau orang yang menyampaikan dakwah. Dalam Islam, tujuan dakwah bukan untuk mengalahkan atau mempermalukan orang lain, tetapi mengajak mereka dengan cara terbaik.
3. Meneladani Akhlak Rasulullah
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita mendapat perintah mengikuti sunnah beliau. Rasulullah selalu memilih jalan penuh hikmah dan kelembutan. Beliau bahkan bersabda:
“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah terdapat pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan membuatnya buruk.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa kelembutan adalah keindahan dalam setiap amal, termasuk dalam berdakwah.
Menerapkan Sikap Lemah Lembut dalam Berdakwah
1. Gunakan Kata-Kata yang Baik dan Mudah Dipahami
Dakwah bukan untuk menunjukkan kepintaran, tetapi menyampaikan kebenaran dengan cara yang orang lain mudah pahami. Harus menghindari kata-kata kasar, sindiran tajam, atau hinaan harus. Allah berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…” (QS. An-Nahl: 125)
Hikmah berarti bijaksana dan menyesuaikan kondisi pendengar. Pelajaran yang baik berarti menggunakan kata-kata yang lembut dan menyejukkan.
2. Bersabar terhadap Ucapan dan Penolakan Orang Lain
Orang tidak langsung menerima semua dakwah. Ada yang menolak, bahkan mencela. Dari sinilah keimanan dan kesabaran akan teruji. Rasulullah SAW sendiri pernah menerima hinaan, lemparan batu, tetapi beliau tetap mendoakan kaumnya agar mendapat hidayah Allah.
3. Tidak Memaksakan Kehendak
Hidayah adalah urusan Allah. Tugas dai hanya menyampaikan. Allah menegaskan:
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Memaksa orang menerima dakwah hanya akan menimbulkan kebencian. Tugas kita adalah memberikan penjelasan dengan cara terbaik dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.
4. Menjadi Teladan dalam Perilaku
Sering kali, dakwah yang paling efektif bukan dari kata-kata, tetapi dari akhlak. Senyum, kesabaran, kejujuran, dan keikhlasan lebih menyentuh hati ketimbang ceramah panjang. Banyak orang masuk Islam karena melihat akhlak muslim yang baik, bukan karena debat atau argumentasi.
Tantangan Berdakwah dengan Lemah Lembut
Berdakwah dengan lemah lembut tidak berarti lemah dalam prinsip. Ini bukan sikap menyerah atau membiarkan kemungkaran. Tantangan terbesar adalah menjaga keseimbangan antara kelembutan dan ketegasan. Kesalahan yang sering terjadi adalah dua ekstrem: terlalu keras hingga menyakiti, atau terlalu lunak hingga membiarkan yang salah tetap salah. Islam mengajarkan pertengahan—lemah lembut dalam penyampaian, tegas dalam prinsip.
Lemah lembut dalam berdakwah adalah sunnah para nabi dan ajaran utama dalam Islam. Kelembutan bukan kelemahan, melainkan kekuatan hati dan kematangan jiwa. Kelembutan mampu melembutkan hati yang keras, mencairkan kebekuan, dan membuka jalan bagi hidayah. Melakukan dakwah dengan kasih sayang akan menghasilkan kedamaian, sedangkan dakwah dengan kemarahan hanya meninggalkan luka.
Semoga kita dapat meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam berdakwah—penuh hikmah, kasih sayang, dan kelembutan. Dengan itu, dakwah menjadi cahaya yang menerangi, bukan api yang membakar.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
