Kisah
Beranda » Berita » Zubair bin Awwam: Ksatria, Tetangga Nabi di Surga

Zubair bin Awwam: Ksatria, Tetangga Nabi di Surga

Zubair bin Awwam: Ksatria, Tetangga Nabi di Surga
Ilustrasi Zubair bin Awwam (Foto: Net)

SURAU.CO – Zubair bin Awwam adalah sosok sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang kisah hidupnya penuh dengan keteguhan iman, keberanian, dan pengorbanan tanpa pamrih. Rasulullah ﷺ menjamin ia masuk surga dan bahkan menyebut secara langsung bahwa Zubair menjadi tetangganya di surga. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.” (HR. Tirmidzi)

Zubair bin Awwam lahir di tengah keluarga Quraisy yang terhormat. Ibunya, Shafiyah binti Abdul Muthalib, merupakan bibi Rasulullah ﷺ, sehingga Zubair menjadi sepupu Nabi. Sejak kecil, ia tumbuh di lingkungan keluarga yang dekat dengan Rasulullah dan meneladani akhlak beliau.

Ketika Nabi Muhammad ﷺ pertama kali menyampaikan dakwah Islam secara sembunyi-sembunyi, Zubair termasuk salah satu dari tujuh orang pertama yang memeluk Islam. Usianya saat itu baru 15 tahun. Keputusan ini menuntut keberanian karena kaum Quraisy, termasuk keluarganya, menentang keras ajaran tauhid. Namun, Zubair tetap teguh memegang keyakinannya.

Khalid Muhammad Khalid dalam Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW menuliskan bahwa pamannya sendiri menyiksa Zubair karena ia memeluk Islam. Mereka menggantungnya di atas uap api panas dan mengancam akan membunuhnya jika meninggalkan Islam. Zubair menegaskan, “Tidak. Demi Allah, aku tidak akan pernah kembali menjadi orang kafir.” Keteguhan hati itu menunjukkan keimanan seorang pemuda yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segalanya.

Keberanian di Medan Perang

Zubair selalu memimpin barisan terdepan dalam setiap peperangan. Ia ikut serta dalam hampir seluruh pertempuran penting bersama Rasulullah ﷺ, mulai dari Perang Badar, Uhud, hingga Khandaq. Tubuhnya penuh bekas luka pedang dan tusukan anak panah, bukti nyata pengabdian seorang pejuang sejati.

Mengenal Dunia agar Tidak Tertipu olehnya: Tafsir Hikmah Al-Hikam

Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap nabi memiliki pengikut setia, dan pengikut setiaku adalah Zubair bin Awwam.” (HR. Ahmad) Ucapan ini menunjukkan betapa besar kepercayaan Rasulullah kepada Zubair. Ia bukan hanya seorang prajurit, tetapi juga sahabat yang selalu setia.

Dalam Perang Uhud, ketika pasukan Muslim sempat kocar-kacir akibat serangan mendadak dari pasukan Quraisy, Zubair berdiri tegak membela Rasulullah. Ia menjadi tameng hidup bagi Nabi dan tidak pernah mundur.

Pengorbanan Zubair bin Awwam

Selain menjadi pejuang, Zubair menjalankan perniagaan dengan sukses. Ia memperoleh kekayaan melimpah dan menggunakan seluruh hartanya untuk berjuang di jalan Allah. Ia tidak ragu menyumbangkan harta demi kepentingan umat dan perjuangan Islam.

Zubair sering memberi nama anak-anaknya dengan nama para syuhada, sebagai bentuk penghormatan dan harapan agar kelak mereka tumbuh menjadi pejuang di jalan Allah seperti para pendahulunya. Semangat jihad dan cinta agama telah tertanam kuat dalam dirinya dan keluarganya.

Meskipun kaya, Zubair meninggal dunia dengan utang yang banyak. Hal itu terjadi karena ia mengorbankan hartanya untuk kepentingan umat. Ia tidak takut miskin, karena ia memahami bahwa harta sejati adalah amal yang dibawa menghadap Allah.

Panjang Umur Belum Tentu Bermakna: Hikmah dalam Al-Hikam tentang Kualitas Usia

Akhir Hidup Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam meninggal secara tragis karena dibunuh musuh Islam. Seorang penjahat menikamnya saat ia sedang melaksanakan shalat. Kejadian itu membuat kaum Muslimin sangat ketakutan karena mereka kehilangan sosok pejuang tangguh, sahabat setia Rasulullah, dan seorang mukmin yang hidupnya penuh pengorbanan.

Namun, Allah memberikan Zubair kedudukan mulia. Ia tidak hanya dijamin masuk surga, tetapi juga menjadi tetangga Nabi di sana. Pengorbanan dan kesetiaannya mendapat balasan kedudukan tinggi di akhirat, yang menjadi cita-cita setiap mukmin.

Kisah hidup Zubair bin Awwam mengajarkan arti sejati keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan. Ia bertarung dengan pedang di medan perang, berjuang dengan harta untuk umat, dan menegakkan keyakinan dalam menghadapi tekanan.

Zubair bin Awwam mencontohkan bagaimana seorang muslim sejati hidup dan mati untuk agamanya. Keberaniannya di medan perang, ketulusannya dalam bersedekah, serta kesetiaannya kepada Rasulullah menjadikan sosoknya layak dikenang sepanjang zaman.

(Referensi: Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW, dan hadis-hadis riwayat Tirmidzi serta Ahmad)

Bahagia di Tengah Luka: Rahasia Spiritual Dzikir dari Al-Hikam


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement