Sosok
Beranda » Berita » Wahb bin Munabbih: Ulama Tabi’in yang Menguasai Kisah Israiliyat

Wahb bin Munabbih: Ulama Tabi’in yang Menguasai Kisah Israiliyat

Wahb bin Munabbih: Ulama Tabi'in yang Menguasai Kisah Israiliyat
Ilustrasi Wahb bin Munabbih dengan murid-muridnya (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Wahb bin Munabbih adalah tokoh Tabi’in yang menguasai sejarah umat terdahulu. Ia tidak hanya menguasai hadis, tetapi juga memeriwayatkan banyak kisah Israiliyat—riwayat dari tradisi Yahudi dan Nasrani. Pengetahuannya yang luas serta sikapnya yang bijaksana menjadikannya berpengaruh dalam perkembangan tafsir dan sejarah Islam awal.

Wahb bin Munabbih lahir di Yaman, di wilayah Arab Selatan. Ia berasal dari keturunan Persia yang menetap di Yaman setelah wilayah itu dikuasai bangsa Arab. Nama lengkapnya ialah Wahb bin Munabbih bin Kamil al-Yamani al-Dzahri. Ia tumbuh di lingkungan yang sarat dengan pengaruh budaya dan agama—Yahudi, Nasrani, dan Islam—yang hidup berdampingan di Yaman pada masa itu.

Ayahnya, Munabbih bin Kamil, termasuk seorang tabi’in yang memahami kitab-kitab terdahulu dengan baik. Ayahnya mendidik Wahb kecil dengan kisah-kisah para nabi, sejarah umat masa lalu, serta tradisi keagamaan sebelum Islam. Pendidikan dari sang ayah menumbuhkan kecintaan Wahb terhadap ilmu. Ia terus menelaah kisah dan hikmah dari umat-umat terdahulu dengan semangat yang tinggi.

Kedudukan Wahb bin Munabbih Sebagai Tabi’in

Sebagai seorang Tabi’in—generasi setelah para sahabat Rasulullah Saw—Wahb bin Munabbih hidup pada masa keemasan ilmu. Ia berguru kepada beberapa sahabat Nabi, seperti Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, dan Abdullah bin Umar. Dari mereka, ia mempelajari hadis, tafsir, dan sejarah Islam dengan tekun.

Keilmuan Wahb berkembang pesat. Ulama Yaman dan Hijaz mengenalnya sebagai sosok yang rajin meriwayatkan kisah para nabi, umat terdahulu, dan hikmah yang ia ambil dari kitab-kitab sebelum Al-Qur’an. Karena kedekatannya dengan sumber-sumber Yahudi dan Nasrani, para ulama menjadikannya rujukan utama dalam bidang Israiliyat, yaitu riwayat tentang tradisi Bani Israil.

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Namun, penting dicatat bahwa Wahb tidak menyebarkan kisah Israiliyat secara sembarangan. Ia memiliki ketelitian tinggi dalam memilah mana kisah yang sesuai dengan ajaran Islam dan mana yang tidak layak disampaikan. Dalam hal ini, Wahb menunjukkan keilmuan dan kehati-hatian seorang ulama sejati.

Pengetahuan Luas tentang Kitab Suci dan Israiliyat

Wahb bin Munabbih memiliki kemampuan luar biasa dalam memahami kitab-kitab suci terdahulu. Ia membaca dan menelaah Taurat, Injil, serta kitab-kitab lain dari tradisi Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu, banyak ulama setelahnya memeriwayatkan kisah-kisah dari Wahb tentang umat masa lampau.

Ibnu Katsir dalam Al-Bidāyah wa an-Nihāyah menegaskan bahwa Wahb menguasai sejarah para nabi dan bangsa-bangsa sebelum Islam dengan sangat baik. Para ulama seperti At-Tabari dan Al-Qurtubi banyak memanfaatkan riwayat Wahb dalam karya tafsir mereka.

Meskipun demikian, para ulama hadis tidak selalu menjadikan riwayat Wahb sebagai sumber hukum atau aqidah. Mereka menghargai kontribusinya dalam bidang sejarah dan kisah, tetapi tetap berhati-hati dalam menilai sejarah Israiliyat yang ia sampaikan. Sikap ini menunjukkan keseimbangan antara penghargaan terhadap ilmu dan kehati-hatian dalam menjaga kemurnian ajaran Islam.

Peran dalam Dunia Keilmuan Islam

Selain dikenal sebagai ahli sejarah, Wahb bin Munabbih juga seorang ulama zuhud yang hidup sederhana. Ia menghindari kemewahan dan lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca dan menulis. Dalam catatan sejarah, ia sering menasihati para penguasa Yaman agar menegakkan keadilan dan takut kepada Allah.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Salah satu karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Israiliyat, meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa kitab tersebut merupakan kumpulan riwayat yang ia sampaikan. Ia juga menulis kisah para nabi dan hikmah dari umat terdahulu. Sayangnya, generasi berikutnya tidak mewarisi seluruh karyanya secara utuh. Hanya potongan-potongan riwayatnya yang para muridnya abadikan dan dikutip oleh para sejarawan Islam.

Beberapa murid ternama Wahb antara lain Abdurrazzaq ash-Shan’ani, Ma’mar bin Rasyid, dan Ibnu Ishaq, penulis sirah Nabi yang terkenal. Melalui mereka, riwayat dan pemikiran Wahb tersebar luas ke berbagai wilayah Islam dan menjadi bagian penting dari khazanah sejarah keilmuan Islam.

Wafat Wahb bin Munabbih

Wahb bin Munabbih seotrang  yang tekun beribadah dan sangat berhati-hati dalam berbicara. Ia memperbanyak ibadah, menjaga lisannya, dan tidak menyampaikan kisah sebelum memastikan kebenarannya. Ia selalu menegaskan bahwa kisah Israiliyat hanya berfungsi sebagai pelajaran moral, bukan dasar keyakinan.

Wahb wafat di Yaman sekitar tahun 110 H atau 728 M. Ia meninggalkan warisan ilmu yang sangat berharga bagi dunia Islam. Para ulama tetap mengenang Wahb sebagai sosok berilmu luas yang memperkaya sejarah dan tafsir Islam melalui riwayat-riwayatnya.

Wahb menunjukkan bagaimana seorang ulama bisa menjadi jembatan antara berbagai peradaban dan ilmu pengetahuan. Hingga kini, umat Islam tetap mengenang Wahb bin Munabbih sebagai pemuka Tabi’in, ahli sejarah, dan perawi kisah Israiliyat yang berilmu luas, berhati-hati, serta berakhlak mulia. Ia menjadi teladan bagi siapa pun yang ingin menuntut ilmu dengan ketulusan dan berintegritas.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement