SURAU.CO – Ibnu Hajar Al-Asqalani dikenal luas sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah keilmuan Islam. Namanya bersinar terang di antara para ulama hadits, hingga ia dijuluki Amir al-Mu’minin fi al-Hadits, yang berarti “pemimpin para ahli hadits”. Julukan ini menggambarkan pengakuan umat terhadap keluasan ilmunya, ketajaman analisisnya, dan dedikasinya dalam menjaga serta mengkaji hadis-hadis Nabi Muhammad ﷺ.
Salah satu karya monumental Ibnu Hajar adalah Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, sebuah kitab penjelasan atas Sahih al-Bukhari yang hingga kini para ulama di seluruh dunia jadikan referensi utama. Karya ini menampilkan kedalaman pemahamannya terhadap hadits sekaligus menunjukkan keluasan wawasannya dalam bahasa, fiqih, sejarah, dan sanad.
Selain Fath al-Bari, Ibnu Hajar melahirkan banyak karya lain seperti al-Durar al-Kaminah fi A’yan al-Mi’ah, Lisan al-Mizan, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Tahdzib al-Tahdzib, Bulugh al-Maram, dan Badzl al-Ma’un fi Fadhl al-Tha’un. Setiap karya menunjukkan ketelitian dan keluasan ilmunya dalam berbagai bidang: biografi sahabat, sanad hadits, fiqih, hingga sejarah peradaban Islam.
Salah satu muridnya yang juga terkenal sebagai ulama besar, Al-Sakhawi, pernah menulis bukti yang menggambarkan besarnya pengaruh sang guru:
“Banyak orang memburu karya beliau. Mereka terdiri dari para guru dan kawan sejawat Ibnu Hajar, bahkan orang-orang yang berada di bawah. Karya Ibnu Hajar telah tersebar luas ketika beliau masih hidup.”
Kesaksian itu menunjukkan betapa tingginya reputasi Ibnu Hajar. Di masa hidupnya, para ulama di berbagai majelis ilmu telah menjadikan karyanya sebagai referensi utama.
Pendidikan Ibnu Hajar Al-Asqalani
Nama lengkap ulama besar ini adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad al-Kana’i al-Asqalani, bergelar Abu al-Fadl Syihab al-Din Ibnu Hajar. Ia lahir pada tahun 773 H di Asqalan, sebuah daerah di Palestina kuno, dari keluarga terpelajar. Sejak kecil, Ibnu Hajar menanggung cobaan berat. Ia kehilangan ibunya terlebih dahulu, kemudian ayahnya meninggal tidak lama setelahnya. Meski hidup sebagai yatim, ia tetap menempuh jalan ilmu. Seorang kerabat yang saleh dan peduli terhadap pendidikannya mengasuh dan membesarkannya dengan penuh perhatian.
Sejak muda, Ibnu Hajar menampilkan kecerdasan luar biasa. Ia memulai pendidikannya dengan mempelajari ilmu fikih, nahwu, adab, dan bahasa Arab. Seiring waktu, ia mengarahkan minatnya pada ilmu hadits—ilmu yang menelusuri ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi ﷺ. Ia melakukan rihlah ilmiah (perjalanan menuntut ilmu) ke berbagai wilayah seperti Syam, Hijaz, dan Yaman. Dalam setiap perjalanan, ia belajar dari para ulama besar dan mengumpulkan hadits-hadits dari berbagai sumber terpercaya.
Guru Ibnu Hajar Al-Asqalani
Ibnu Hajar belajar kepada banyak guru yang berperan penting dalam membentuk keilmuannya. Dalam bidang fikih, ia menimba ilmu dari Siraj al-Din al-Bulqini, ulama besar mazhab Syafi’i. Di bidang bahasa Arab, ia belajar dari al-Fairuz Abadi, penulis kamus monumental al-Qamus al-Muhith. Dalam bidang hadits, ia mengikuti pelajaran secara intensif kepada al-Hafidz al-Iraqi, pakar hadits terkemuka pada zamannya.
Dari Al-Iraqi, Ibnu Hajar mempelajari cara menyeleksi sanad, menilai perawi, dan menganalisis matan hadis. Ia pernah meminum air zam-zam sambil berdoa agar Allah memberikan kemampuan seperti Imam al-Dzahabi dalam hafalan dan penguasaan hadits. Allah mengabulkan doanya. Para ulama kemudian menilai bahwa Ibnu Hajar tidak hanya menyamai, tetapi juga melampaui Imam al-Dzahabi dalam bidang tersebut.
Menjelang wafat, Al-Iraqi ditanya tentang siapa yang pantas menggantikannya sebagai ulama besar hadits. Ia menjawab dengan tegas, “Ibnu Hajar al-Asqalani.” Pengakuan ini menegaskan kedudukan Ibnu Hajar sebagai pewaris sah keilmuan hadits di dunia Islam.
Peran dan Jabatan Ibnu Hajar Al-Asqalani
Ibnu Hajar tidak hanya mengabdikan dirinya sebagai ulama dan penulis produktif, tetapi juga berperan aktif dalam dunia sosial dan pemerintahan. Ia memimpin lembaga peradilan di Mesir sebagai Qadhi selama 21 tahun. Jabatan itu menunjukkan kepercayaan besar masyarakat dan penguasaan terhadap keadilan serta kebijaksanaannya. Pada puncak kariernya, ia mengemban amanah sebagai Qadhi al-Qudhat (hakim agung), jabatan tertinggi yang hanya layak dipegang oleh ulama berilmu luas dan berintegritas tinggi.
Ibnu Hajar mengubah rumahnya di Kairo menjadi tempat belajar yang ramai. Para pembawa ilmu dari berbagai negeri datang berguru kepadanya. Murid-muridnya—termasuk Al-Sakhawi dan Al-Suyuthi—kemudian menjadi ulama besar yang meneruskan jejak keilmuannya. Ia tidak sekedar mengajar dari buku, tetapi menanamkan adab, keikhlasan, dan kecintaan terhadap ilmu kepada setiap muridnya.
Wafatnya Ibnu Hajar Al-Asqalani
Ibnu Hajar Al-Asqalani mengakhiri perjalanan hidupnya pada malam Sabtu, 18 Dzulhijjah 852 H, di Kairo. Para murid dan masyarakat memakamkannya keesokan harinya di sekitar kompleks Makam Imam Syafi’i, tempat yang kini menjadi tujuan para pencinta ilmu.
Al-Sakhawi menulis kesaksian yang menggambarkan suasana duka saat gurunya wafat:
“Ketika beliau wafat, orang-orang berkumpul dalam jumlah yang hanya Allah ketahui. Saya tidak melihat seorang pun absen dari prosesi pemakamannya. Toko-toko dan pasar berhenti beroperasi. Di berbagai negeri Islam, masyarakat menunaikan shalat ghaib untuk beliau—di Mekkah, Baitul Maqdis, Syam, Aleppo, dan banyak tempat lainnya.”
Tangisan umat Islam saat itu menunjukkan betapa besarnya kehilangan yang mereka alami. Seorang ulama agung, yang mengabdikan hidupnya untuk menjaga kemurnian sunnah, berpulang setelah meninggalkan warisan ilmu yang tak ternilai.
Kini, berabad-abad setelah kepergiannya, para lulusan ilmu di pesantren, madrasah, dan universitas di seluruh dunia terus mempelajari karya-karya Ibnu Hajar. Ia tetap hidup melalui tulisannya. Para ulama menjadikannya teladan dalam ketekunan, kejujuran, dan keikhlasan.
Dari Fath al-Bari hingga Bulugh al-Marama, setiap halaman karya beliau merefleksikan kejernihan hati dan kecemerlangan akal seorang “rektor para ahli hadits” yang ilmunya terus berdenyut dalam kehidupan umat hingga hari ini.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
