SURAU.CO – Dalam sejarah panjang perjalanan Bani Israil bersama Nabi Musa ‘alaihis salam, tersimpan kisah menarik yang menunjukkan betapa mudahnya manusia kehilangan keyakinan ketika menghadapi ujian iman. Kisah itu menceritakan tentang Kaum Jabbārīn, bangsa raksasa yang membuat Bani Israil gentar untuk memasuki Tanah Suci (Baitul Maqdis).
Kaum Jabarun atau Al-Jabbārīn tinggal di wilayah Kanaan, yang kini dikenal sebagai Palestina. Kata jabbārīn dalam bahasa Arab berarti “orang-orang yang angkuh dan sombong karena kekuatan dan kekuasaan.” Mereka digambarkan sebagai manusia bertubuh raksasa, berpostur tinggi luar biasa, dan memiliki kekuatan fisik yang menakutkan.
Beberapa riwayat Israiliyat (kisah dari sumber Yahudi dan Nasrani) menyebutkan bahwa tinggi tubuh mereka mencapai sekitar 22 meter — ukuran yang sulit dibayangkan oleh manusia biasa. Mereka tidak hanya besar secara fisik, tetapi juga terkenal karena kezaliman dan kekejamannya. Mereka menindas kaum lemah dan memperlakukan orang lain dengan semena-mena. Dengan kekuatan yang besar, mereka merasa tak ada yang mampu menandingi kekuasaan mereka.
Oleh karena itu, banyak orang menganggap wilayah tempat tinggal kaum Jabarun sebagai negeri yang mustahil untuk ditaklukkan. Namun Allah memerintahkan Nabi Musa agar membawa Bani Israil memasuki negeri itu dan memerangi kaum Jabbarun.
Perintah Allah kepada Bani Israil
Kisah ini tercatat dalam Surat Al-Ma’idah ayat 21–26. Nabi Musa berkata kepada kaumnya,
“Hai kaumku! Masuklah ke tanah suci yang telah Allah tetapkan untukmu, dan janganlah kamu beralih ke belakang, agar kamu tidak menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Ma’idah: 21)
Namun, Bani Israel menolak untuk mematuhi perintah tersebut. Mereka merasa takut setelah mendengar kabar tentang kaum Jabarun yang bertubuh raksasa dan memiliki kekuatan luar biasa. Mereka berkata kepada Musa,
“Hai Musa! Di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat. Kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari situ. Jika mereka keluar darinya, pasti kami akan memasukinya.” (QS. Al-Ma’idah: 22)
Ketakutan itu menunjukkan betapa lemahnya keyakinan mereka kepada pertolongan Allah. Padahal mereka sudah menyaksikan banyak mukjizat: laut yang terbelah, turunnya makanan manna dan salwa dari langit, serta tongkat Nabi Musa yang memancarkan udara di padang pasir. Namun, pengalaman luar biasa itu tetap tidak mampu menumbuhkan keyakinan yang kokoh di hati mereka.
Dua Orang yang Berani
Di tengah ketakutan massal itu, dua orang saleh tetap menunjukkan keberanian dan keimanan yang teguh. Mereka berkata kepada kaumnya,
“Masukilah mereka melalui gerbang kota itu. Jika kamu memasukinya, niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kepada Allah jika kamu benar-benar beriman.” (QS. Al-Ma’idah: 23)
Menurut para ulama tafsir, dua orang yang mengawasi itu adalah Yusya’ bin Nun dan Kaleb bin Yafuna, murid sekaligus pengikut setia Nabi Musa. Keduanya yakin bahwa kekuatan sebesar apa pun tidak akan berarti jika Allah menolong hamba-hamba-Nya. Namun, suara mereka tenggelam di tengah keraguan dan ketakutan kaumnya sendiri.
Hukuman atas Ketidaktaatan
Bani Israil akhirnya tetap menolak perintah Allah. Mereka menjawab dengan nada menantang,
“Hai Musa! Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan perangilah mereka. Kami akan duduk di sini saja.” (QS. Al-Ma’idah: 24)
Ucapan itu menunjukkan penolakan terang-terangan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Karena kedurhakaan itu, Allah menghukum mereka dengan membuat mereka tersesat selama 40 tahun di padang pasir, yang kemudian dikenal dengan Padang Tih.
Selama empat dekade, mereka terus berpindah-pindah tanpa arah. Mereka tidak mampu menemukan jalan keluar hingga generasi penakut itu mati, lalu Allah menggantikannya dengan generasi baru yang lebih berani dan beriman.
Hikmah dari Kisah Kaum Jabarun
Kisah kaum Jabarun mengajarkan pelajaran penting tentang keyakinan terhadap kekuasaan Allah. Bani Israil menilai kekuatan kaum Jabarun dari ukuran tubuh dan senjata, bukan dari iman. Mereka lupa bahwa Allah lebih berkuasa daripada segala makhluk. Di sinilah letak ujian iman: apakah manusia lebih percaya kepada kekuatan duniawi atau kepada janji Tuhan?
Allah menunjukkan bahwa kemenangan tidak pernah bergantung pada ukuran tubuh atau banyaknya pasukan, melainkan pada keimanan dan ketaatan. Dua orang beriman lebih berharga di sisi Allah daripada ribuan orang yang penakut dan ragu terhadap pertolongan-Nya.
Kisah kaum Jabarun adalah cermin bagi manusia di setiap zaman. Banyak orang modern yang merasa kuat karena kekuasaan, harta, atau teknologi, tetapi lupa bahwa semua itu berasal dari Allah.
Selama manusia menggantungkan dirinya pada kekuatan sendiri, ia akan mudah takut seperti Bani Israil. Namun, siapa pun yang bersandar kepada Allah, akan mampu menghadapi raksasa apa pun dalam hidupnya — entah berupa ketakutan, kesulitan, atau godaan dunia.
Kaum Jabarun telah menjadi bukti bahwa tubuh raksasa tidak akan pernah mampu berdiri tegak di hadapan kekuasaan Allah yang Maha Perkasa.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
