Khazanah
Beranda » Berita » Plato dan Aristoteles Ikut Nimbrung, Al-Kindī Pun Nyambung

Plato dan Aristoteles Ikut Nimbrung, Al-Kindī Pun Nyambung

Ilustrasi percakapan filosof Plato, Aristoteles, dan Al-Kindī tentang akal dan jiwa.
Ilustrasi Plato, Aristoteles, dan Al-Kindī sedang duduk bersama, simbol dialog akal dan jiwa melalui zaman dan pemikiran.

Akal dan Jiwa: Percakapan Lintas Zaman

Akal dan jiwa selalu menjadi perbincangan filosofis sepanjang masa. Dari Plato, Aristoteles, hingga al-Kindī, setiap pemikiran berusaha memahami hakikat manusia. Al-Kindī dalam Risāla fī al-Nafs menekankan bahwa jiwa adalah inti dari hidup, dan akal menjadi panduannya. Fenomena sehari-hari menunjukkan manusia sering bertindak tanpa menyadari hubungan antara tubuh dan jiwa.

Merenungi hal ini seperti menonton sebuah pertunjukan: tubuh bergerak, tetapi jiwa yang menggerakkan dan menuntun arah. Dengan memahami akal dan jiwa, manusia dapat hidup selaras dengan alam dan diri sendiri.

Jiwa: Pusat Gerak dan Kesadaran

Al-Kindī menulis:

«النفس هي مركز الحركة والإدراك»

“Jiwa adalah pusat gerak dan kesadaran.”

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Fenomena sehari-hari: saat seseorang bangun pagi, menarik napas, dan memulai aktivitas, tanpa disadari jiwa yang memimpin langkah. Jiwa bukan hanya sekadar abstraksi; ia hadir dalam setiap tarikan napas, gerak tangan, dan pilihan hati.

Al-Qur’an menegaskan pentingnya kesadaran diri:

﴿وَهُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنكُمْ كَافِرٌ وَمِنكُمْ مُؤْمِنٌ (QS. Al-An’am: 164)

“Dialah yang menciptakanmu; di antara kalian ada yang kafir dan ada yang beriman.”

Kesadaran jiwa membantu manusia mengenali dirinya, menimbang keputusan, dan memahami hakikat hidup.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Akal: Jembatan Antara Jiwa dan Dunia

Al-Kindī menulis:

«العقل جسر بين النفس والعالم»

“Akal adalah jembatan antara jiwa dan dunia.”

Fenomena sehari-hari: ketika manusia belajar atau menghadapi persoalan, akal berperan menimbang, menganalisis, dan mencari solusi. Akal menghubungkan pengalaman batin dengan kenyataan luar, sehingga tindakan manusia lebih terarah.

Aristoteles juga menekankan fungsi akal praktis, sementara Plato berbicara tentang akal sebagai penghubung dengan dunia ide. Al-Kindī menyatukan kedua pandangan: akal sebagai alat praktis sekaligus medium refleksi.

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

Hadits Nabi Muhammad SAW mengingatkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «طلب العلم فريضة على كل مسلم»

“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim.”

Maka, akal bukan hanya untuk teori, tetapi untuk mengelola hidup dan jiwa.

Menyeimbangkan Nafsu, Tubuh, dan Akal

Al-Kindī menulis:

«إذا حكم العقل النفس، أعطاها هدى، وإذا غفل عنها ضلت»

“Jika akal memimpin jiwa, ia memberi petunjuk; jika lalai, jiwa tersesat.”

Fenomena sehari-hari: konflik batin muncul ketika manusia mengikuti nafsu semata. Akal yang sadar mampu menyeimbangkan dorongan hati dan keinginan tubuh. Hidup menjadi harmoni ketika jiwa, akal, dan tubuh bekerja bersama, seperti simfoni yang indah.

Al-Qur’an menekankan pengendalian diri:

﴿وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ (QS. Al-An’am: 116)

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena itu akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”

Dengan akal sebagai pengarah, manusia dapat memanfaatkan nafsu secara sehat tanpa kehilangan kendali.

Refleksi: Filosofi yang Mengalir dalam Hidup

Al-Kindī menulis:

«التفكر في النفس والعقل ينير القلب»

“Refleksi atas jiwa dan akal mencerahkan hati.”

Fenomena sehari-hari: mereka yang merenung tentang pengalaman hidup, alam, dan dirinya sendiri lebih mampu menghadapi cobaan. Jiwa yang tercerahkan oleh akal tidak mudah terombang-ambing oleh dunia.

Hadits Nabi Muhammad SAW:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «التفكر عبادة»

“Renungan adalah ibadah.”

Renungan bukan sekadar berpikir, tetapi menyelaraskan tindakan dengan nilai-nilai luhur, sehingga hidup lebih damai dan bermakna.

Akhir Kata: Ikut Nimbrung dengan Para Filosof

Plato berbicara tentang dunia ide, Aristoteles tentang akal praktis, dan al-Kindī menggabungkan keduanya dalam pemahaman jiwa. Fenomena sehari-hari mengajarkan bahwa akal dan jiwa adalah sahabat perjalanan hidup, yang harus dijaga, direnungkan, dan diselaraskan dengan tindakan.

Manusia hanyalah penimba secuil dari lautan akal universal. Dengan kerendahan hati, kesadaran, dan refleksi, kita bisa menata hidup, menjaga keseimbangan jiwa, dan menghargai setiap detik yang Allah berikan. Akhirnya, setiap langkah yang kita ambil menjadi percakapan antara Plato, Aristoteles, dan al-Kindī, dalam bahasa jiwa yang abadi.

 

*Sugianto Al-Jawi

Budayawan Kontenporer Tulungagung 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement