Khazanah
Beranda » Berita » Saat Nafas Terakhir Pergi, Jiwa Tetap Punya Jalan Pulang

Saat Nafas Terakhir Pergi, Jiwa Tetap Punya Jalan Pulang

Ilustrasi al-Kindī tentang jiwa meninggalkan tubuh manusia menuju perjalanan abadi.
Ilustrasi filosofis menggambarkan jiwa meninggalkan tubuh, simbol perjalanan spiritual menurut al-Kindī.

Nafas Terakhir dan Perjalanan Jiwa

Saat nafas terakhir pergi, jiwa tetap punya jalan pulang. Al-Kindī dalam Risāla fī al-Nafs mengajarkan bahwa tubuh hanyalah wadah sementara, sedangkan jiwa memiliki perjalanan sendiri yang tak terbatas. Fenomena sehari-hari sering kita saksikan: orang meninggal, tubuhnya tetap di dunia, namun pengaruh kebaikan atau keburukannya tetap terasa di sekitar orang yang hidup.

Banyak orang takut menghadapi kematian karena melekat pada tubuh dan kenikmatan dunia. Padahal, al-Kindī mengingatkan bahwa jiwa yang terlatih, akalnya terjaga, akan mengetahui jalan pulang dengan tenang dan penuh kesadaran.

Jiwa Tak Terikat Tubuh

Al-Kindī menulis:
«النفس ليست مقيدة بالجسد، بل لها استقلالها»
“Jiwa tidak terikat pada tubuh, ia memiliki kemerdekaan sendiri.”

Fenomena sehari-hari: saat kita bermimpi, jiwa seolah bergerak bebas walaupun tubuh tidur di kasur. Begitu juga dalam kehidupan akhir, jiwa dapat “berjalan” meninggalkan tubuh, tetapi tetap menjaga hubungan dengan amal yang dilakukan semasa hidup.

Al-Qur’an menegaskan hal ini:
﴿كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ﴾ (QS. Ali Imran: 185)
“Setiap jiwa pasti akan merasakan mati.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ayat ini mengingatkan kita bahwa kematian adalah pintu bagi perjalanan jiwa, bukan akhir segalanya. Jiwa tetap memiliki jalan pulang menuju Sang Pencipta.

Tubuh sebagai Sarana, Bukan Tujuan

Al-Kindī menulis:
«الجسد وسيلة لتجربة الحياة، النفس هي المالك الحقيقي»
“Tubuh adalah sarana untuk mengalami kehidupan; jiwa adalah pemilik sejati.”

Fenomena sehari-hari: ketika seseorang sakit parah, tubuh melemah, tetapi jiwa tetap bisa berniat dan berdoa. Jiwa memberikan energi moral dan spiritual yang mendorong tubuh meski lemah. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh hanyalah wadah sementara, sedangkan jiwa tetap menjalani fungsinya sebagai penggerak dan penentu arah.

Hadits Nabi Muhammad SAW menegaskan pentingnya perhatian pada jiwa:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف»
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah.”

Kekuatan sejati bukan hanya fisik, tetapi kekuatan jiwa dan akal dalam menghadapi ujian hidup.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Perjalanan Jiwa Setelah Nafas Terakhir

Al-Kindī menulis:
«عند آخر نفس، تبدأ النفس طريقها إلى مكانها الأبدي»
“Ketika nafas terakhir pergi, jiwa memulai perjalanannya menuju tempat abadi.”

Fenomena sehari-hari: ketika seseorang meninggal, keluarga dan kerabat masih merasakan kehadiran energi dan pengaruhnya, baik dalam kenangan maupun amal yang pernah dilakukan. Jiwa tidak hilang begitu saja; ia melanjutkan perjalanan spiritual.

Al-Qur’an menjelaskan:
﴿إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ﴾ (QS. Al-Baqarah: 156)
“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”

Pernyataan ini menegaskan bahwa jiwa kembali kepada Sang Pencipta, dan perjalanan itu adalah hakikat dari keberadaan manusia.

Kesiapan Jiwa Adalah Kunci

Al-Kindī menulis:
«تدريب النفس والاستعداد للرحيل يخفف من خوف الموت»
“Melatih jiwa dan mempersiapkannya untuk pergi mengurangi rasa takut terhadap kematian.”

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Fenomena sehari-hari: orang yang rutin mengingat mati, merenungi amal, dan menjaga akal serta hati, biasanya lebih tenang saat menghadapi ujian berat. Jiwa yang terlatih mampu memimpin tubuh untuk tetap fokus pada hal-hal bermanfaat hingga nafas terakhir.

Hadits Nabi SAW menegaskan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «ألا إن أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة صلاته»
“Ketahuilah, yang pertama kali akan diperiksa amal seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya.”

Ini menunjukkan bahwa persiapan spiritual penting agar jiwa selamat dan tenang ketika meninggalkan tubuh.

Harmoni Jiwa dan Tubuh Hingga Akhir

Al-Kindī menulis:
«الحياة المتناغمة بين النفس والجسد تجعل الرحيل هادئاً»
“Hidup yang harmonis antara jiwa dan tubuh membuat perpisahan menjadi tenang.”

Fenomena sehari-hari: seseorang yang menjaga keseimbangan fisik dan spiritual, tetap sehat, beribadah, dan berbuat baik, biasanya meninggalkan kesan damai saat wafat. Tubuh hanyalah sarana terakhir; jiwa tetap melanjutkan perjalanan spiritual menuju keberadaan hakiki.

Al-Qur’an menegaskan:
﴿فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا﴾ (QS. Al-Insyirah: 6)
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Kematian bukan akhir, melainkan gerbang menuju kedamaian bagi jiwa yang terlatih.

Penutup: Jiwa Tetap Punya Jalan Pulang

Saat nafas terakhir pergi, jiwa tetap punya jalan pulang. Al-Kindī mengajarkan bahwa tubuh hanyalah sementara, sedangkan jiwa adalah entitas abadi yang menuntun manusia pada amal, kesadaran, dan akhirat. Fenomena sehari-hari membuktikan, manusia yang mempersiapkan jiwa dengan akal terjaga dan amal baik, mampu menghadapi kematian dengan tenang.

Dengan menjaga harmoni antara jiwa dan tubuh sepanjang hidup, manusia dapat menjalani hari dengan penuh makna, memanfaatkan setiap nafas, dan menyiapkan perjalanan abadi yang damai.

 

*Sugianto Al-Jawi

Budayawan Kontenporer Tulungagung

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement