Khazanah
Beranda » Berita » Akal Tidur dan Akal Terjaga: Jangan Dibiarkan Malas Terus

Akal Tidur dan Akal Terjaga: Jangan Dibiarkan Malas Terus

Ilustrasi al-Kindī menggambarkan akal terjaga memandu jiwa manusia.
Ilustrasi filosofis tentang akal sebagai pengendali utama jiwa manusia menurut al-Kindī, menekankan kesadaran dan kerjasama akal, jiwa, dan tubuh.

Akal Sebagai Penuntun Kehidupan

Akal tidur dan akal terjaga, jangan dibiarkan malas terus. Al-Kindī menekankan dalam Risāla fī al-Nafs bahwa akal adalah pengendali utama jiwa manusia. Ia mampu membimbing kita menilai, memutuskan, dan mengarahkan tindakan. Ketika akal terjaga, tubuh dan nafsu dapat disalurkan menuju hal-hal yang bermanfaat. Namun, akal yang malas atau lengah membuat kita mudah tersesat dan terjerumus pada perilaku impulsif.

Fenomena sehari-hari sering menunjukkan hal ini: seorang siswa yang hanya menuruti nafsu menunda belajar akan ketinggalan, sedangkan ketika akal terjaga, ia bisa mengatur waktu dan mengoptimalkan kemampuan.

Akal Yang Terjaga Membimbing Jiwa

Al-Kindī menulis:
«العقل اليقظ هو مرشد النفس، يبين لها الطريق القويم»
“Akal yang terjaga adalah penuntun jiwa, memperlihatkan jalan yang lurus.”

Kehidupan sehari-hari memperlihatkan bagaimana akal yang aktif dan sadar mampu menyeimbangkan dorongan nafsu dan kemampuan tubuh. Misalnya, seorang pekerja yang memikirkan dampak tindakannya pada orang lain akan bertindak hati-hati dan penuh tanggung jawab, sedangkan akal yang lalai hanya mengikuti kemauan sesaat.

Al-Qur’an menegaskan pentingnya kesadaran dan pengendalian diri:
﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ (QS. Al-Isra: 36)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Akal yang terjaga mampu memilah informasi, menimbang risiko, dan memutuskan dengan tepat. Jiwa pun tidak terseret ke kesalahan.

Akal Malas Menyebabkan Kerugian

Al-Kindī menulis:
«العقل النائم يضل النفس ويجعلها تابعًا للهوى»
“Akal yang tidur menyesatkan jiwa dan menjadikannya tunduk pada hawa nafsu.”

Fenomena sehari-hari terlihat ketika seseorang terlalu pasif, hanya mengikuti keinginan sesaat, atau membiarkan diri terdorong oleh emosi. Tanpa bimbingan akal, tubuh dan nafsu menjadi liar, membuat keputusan yang tidak bijak dan menimbulkan penyesalan.

Hadits Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya kesadaran batin:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ صَفَا نَفْسَهُ صَفَا لَهُ عَمَلُهُ»
“Barang siapa membersihkan jiwanya, amalnya akan menjadi bersih.”

Bersihkan jiwa agar akal tetap aktif dan terjaga. Dengan demikian, tindakan yang lahir adalah tindakan yang penuh pertimbangan dan bermanfaat.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Sinergi Akal, Jiwa, dan Tubuh

Al-Kindī menulis:
«العقل يقود النفس والجسد، فتنتج أعمالًا صالحة»
“Akal menuntun jiwa dan tubuh, sehingga melahirkan amal yang baik.”

Fenomena sehari-hari: ketika kita ingin menolong seseorang, akal menimbang cara terbaik, jiwa menumbuhkan rasa empati, dan tubuh bergerak mengeksekusi. Ketiganya bekerja selaras. Tanpa akal yang terjaga, niat baik bisa salah arah, bahkan menimbulkan masalah.

Al-Qur’an juga mengingatkan:
﴿وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ (QS. Asy-Syura: 38)
“Dan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.”

Musyawarah memerlukan akal yang jernih dan jiwa yang sadar agar keputusan yang diambil adil dan bijaksana.

Menjaga Akal Tetap Terjaga

Al-Kindī menekankan pentingnya menjaga akal tetap terjaga dan aktif. Ia menulis:
«اعمل عقلك دومًا، فهو الدليل إلى الفضيلة»
“Gunakan akalmu selalu, karena ia adalah petunjuk menuju kebajikan.”

Fenomena sehari-hari: seorang mahasiswa yang rutin membaca, merenung, dan berdiskusi, akalnya terasah, sehingga mampu menghadapi tantangan hidup dengan bijak. Sebaliknya, akal yang malas hanya mengikuti hawa nafsu, mengarah pada keputusan impulsif dan menimbulkan konflik.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Hadits Nabi SAW menegaskan:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ»
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah.”

Kekuatan ini bukan sekadar fisik, tetapi jiwa dan akal yang terjaga, mampu menyalurkan energi ke arah kebaikan.

Penutup: Akal Terjaga, Hidup Terarah

Akal tidur dan akal terjaga, jangan dibiarkan malas terus. Al-Kindī mengajarkan bahwa akal yang sadar adalah pengendali utama hidup manusia. Ia menuntun jiwa, mengatur nafsu, dan memandu tubuh untuk melakukan tindakan yang bermanfaat. Fenomena sehari-hari membuktikan bahwa manusia yang berhasil bukan hanya yang memiliki fisik kuat, tetapi yang mampu menjaga akal tetap aktif dan terjaga, berpikir jernih, dan bertindak bijak.

Dengan menjaga akal tetap terjaga, manusia mampu menyeimbangkan dorongan batin, memutuskan langkah yang tepat, dan menjalani hidup harmonis, damai, serta bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

 

*Sugianto Al-Jawi

Budayawan Kontenporer Tulungagung 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement