Jiwa Sebagai Penggerak Utama
Kalau jiwa sudah ingin, badan pun ikut berjalan. Al-Kindī menekankan dalam Risāla fī al-Nafs bahwa jiwa adalah inti penggerak setiap tindakan. Tanpa dorongan dari jiwa, tubuh hanyalah alat mati yang tidak mampu menciptakan perubahan. Kehidupan sehari-hari membuktikan hal ini: seseorang yang termotivasi dari dalam mampu melewati rintangan, sedangkan tubuh yang kuat tanpa semangat akan stagnan.
Fenomena sederhana terlihat ketika seorang anak menolong temannya karena hati merasa iba, seorang guru mengajar dengan sepenuh hati, atau seorang pekerja tetap produktif karena semangatnya tumbuh dari dalam. Jiwa menjadi pendorong, akal menimbang jalan terbaik, dan badan mengeksekusi perintah batin itu.
Jiwa Menentukan Langkah
Al-Kindī menulis:
«النفس هي التي تحرك الجسد، فإن هدأت هدأ معه كل شيء»
“Jiwa adalah yang menggerakkan tubuh; bila tenang, segala sesuatu ikut tenang.”
Kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa ketika jiwa resah atau gelisah, tubuh pun terasa berat, langkah lambat, dan energi menurun. Sebaliknya, jiwa yang damai dan terarah membuat badan bekerja dengan lancar, pikiran jernih, dan tindakan bijak.
Al-Qur’an mengingatkan:
﴿وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ﴾ (QS. Asy-Syura: 38)
“Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.”
Ayat ini menegaskan bahwa keputusan yang lahir dari hati yang terjaga dan akal yang berpikir matang membawa keseimbangan. Jiwa yang sadar menjadi pusat koordinasi antara akal dan tubuh.
Nafsu, Indera, dan Jiwa Bersinergi
Al-Kindī menulis:
«تتناغم النفس مع الحواس والبدن، فتثمر أعمالًا صالحة»
“Jiwa bersinergi dengan indera dan tubuh, menghasilkan amal yang baik.”
Fenomena sehari-hari terlihat ketika seseorang mendengar kabar tentang tetangga yang kesusahan. Telinga menangkap suara, mata membaca situasi, jiwa merasa iba, dan tangan pun bergerak menolong. Semua unsur saling terhubung. Tanpa jiwa yang ingin berbuat baik, indera dan badan tetap diam.
Hadits Nabi Muhammad SAW mengingatkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ صَفَا نَفْسَهُ صَفَا لَهُ عَمَلُهُ»
“Barang siapa membersihkan jiwanya, amalnya akan menjadi bersih.”
Ini menegaskan bahwa kehendak jiwa menentukan kualitas tindakan. Tubuh dan indera hanyalah alat, sedangkan inti kebaikan lahir dari kebersihan hati.
Akal Sebagai Penunjuk Arah
Jiwa yang ingin berbuat baik perlu akal sebagai penunjuk arah. Al-Kindī menulis:
«العقل يوجه النفس، فيسلك بها الطريق الصحيح»
“Akal menuntun jiwa, sehingga berjalan di jalan yang benar.”
Contoh sehari-hari: ketika kita berniat menolong orang, akal menimbang cara terbaik agar bantuan efektif dan tidak merugikan. Tanpa akal, niat baik bisa salah arah, menimbulkan dampak negatif. Akal menjadi peta, jiwa menjadi motivasi, dan badan menjadi eksekutor.
Al-Qur’an menekankan pentingnya bimbingan akal:
﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ﴾ (QS. Al-Isra: 36)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui.”
Dengan akal sebagai penunjuk arah, dorongan jiwa menjadi tindakan yang tepat, harmonis, dan bermanfaat.
Menjaga Keseimbangan Jiwa dan Tubuh
Al-Kindī menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara keinginan jiwa dan kemampuan tubuh. Ia menulis:
«اعرف قدر نفسك، ووجهها بما يحقق الخير»
“Kenali kapasitas dirimu, dan arahkan jiwa agar mencapai kebaikan.”
Fenomena sehari-hari: seorang pekerja yang memaksakan diri tanpa memperhatikan tubuh akan cepat lelah, sementara jiwa yang ingin maju tetap membakar semangat. Dengan mengenali batas tubuh dan mengatur langkah, kita bisa menyalurkan dorongan jiwa secara optimal, sehingga tubuh dan pikiran tetap sehat.
Hadits Nabi SAW juga menegaskan:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ»
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah.”
Kekuatan di sini bukan hanya fisik, tetapi jiwa yang terarah dan tubuh yang mendukungnya.
Penutup: Ketika Jiwa Memimpin, Tubuh Mengikuti
Kalau jiwa sudah ingin, badan pun ikut berjalan. Al-Kindī mengajarkan bahwa dorongan batin, jika diarahkan oleh akal dan diimbangi dengan keseimbangan indera serta nafsu, menghasilkan tindakan yang harmonis dan bermanfaat. Fenomena sehari-hari menegaskan bahwa keberhasilan bukan semata dari kekuatan fisik, tetapi dari kesadaran jiwa dan kemampuan menyalurkannya melalui tubuh.
Dengan menyadari peran jiwa sebagai penggerak utama, manusia dapat menjalani hidup lebih bijak, produktif, dan damai. Tubuh hanyalah kendaraan, akal adalah peta, dan jiwa adalah penggerak yang menentukan arah perjalanan.
*Sugianto Al-Jawi
Budayawan Kontenporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
