SURAU.CO. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh kejutan ini, kita sering kali lupa bahwa mukjizat tidak hanya terjadi di masa lampau. Ia hadir dalam bentuk yang halus, melalui kesabaran, doa, dan keyakinan yang tak pernah padam.
Kisah Sarah, istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, adalah potret luar biasa tentang bagaimana iman dan kebahagiaan bisa berjalan beriringan bahkan di usia senja. Di balik keriputnya, tersimpan hati yang selalu tersenyum kepada takdir Allah. Ia adalah wanita tua yang periang yang mengajarkan bahwa bahagia bukan karena muda dan kuat, melainkan karena yakin bahwa janji Allah itu pasti.
Tamu Misterius dan Kabar Gembira dari Langit
Al-Qur’an mengabadikan momen luar biasa ketika malaikat datang ke rumah Nabi Ibrahim membawa kabar gembira. Allah berfirman,“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan: ‘Selamat.’ Ibrahim menjawab: ‘Selamatlah.’ Maka tidak lama kemudian, Ibrahim menghidangkan daging anak sapi yang dipanggang.”(QS. Hūd: 69)
Dalam budaya Timur Tengah kuno, menyambut tamu adalah kehormatan besar. Nabi Ibrahim segera menjamu para tamu itu, namun ia terkejut ketika melihat tangan mereka tidak menjamah makanan. Dalam hati, beliau merasa cemas karena lazimnya, orang yang menolak jamuan bisa jadi berniat buruk. Saat itulah para malaikat menenangkannya dengan berkata bahwa mereka adalah utusan Allah yang datang membawa misi. Bukan untuk mencelakainya, melainkan untuk menghancurkan kaum Luth yang durhaka.
Di balik percakapan itu, berdirilah Sarah, istri setia Nabi Ibrahim. Ia telah menua, rambutnya memutih, tubuhnya melemah. Namun, ketika mendengar kabar tentang rahmat Allah, ia justru tersenyum dan tertawa.
Al-Qur’an menggambarkan reaksinya: “Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub.” (QS. Hūd: 71)
Betapa ajaibnya kabar itu. Di usia yang telah lanjut, ketika secara logika seorang perempuan tidak lagi mampu mengandung, justru di sanalah mukjizat datang. Sarah berkata dengan keheranan yang tulus, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh”. (QS. Hūd: 72)
Dalam Al-Qur’an menceritakan, bahwa malaikat menjawab dengan lembut dan penuh makna. “Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”. (QS. Hūd: 73)
Iman di Balik Tawa
Tawa Sarah bukan sekadar ekspresi gembira, tetapi juga bentuk keterkejutan yang penuh iman. Ia tidak menertawakan kabar itu, melainkan tersenyum dalam takjub, bahwa Allah mampu melakukan apa pun, bahkan sesuatu yang tampak mustahil secara manusiawi. Dalam senyumnya tersimpan pelajaran bahwa iman sejati bukan berarti tidak pernah ragu, tetapi tetap percaya di tengah keterbatasan logika.
Sarah telah lama hidup dalam ujian. Bertahun-tahun ia dan Ibrahim berdoa untuk keturunan, namun doa itu seolah belum dijawab. Ia menyaksikan suaminya berjuang dalam dakwah, melawan raja sombong bernama Namrud, dan tetap teguh menyembah Tuhan yang Esa meski hidup di tengah penyembah berhala. Sarah menjadi saksi sekaligus sahabat perjuangan yang selalu mendukung dan tak pernah mengeluh.
Dan kini, setelah rambut memutih dan harapan manusiawi pupus, Allah justru memberi hadiah terbesar berupa anak laki-laki bernama Ishaq, dan cucu bernama Ya’qub. Dua generasi kenabian yang kelak melahirkan Bani Israil dan menurunkan para nabi besar, termasuk Nabi Isa dan Nabi Muhammad ﷺ.
Kisah Sarah menampar kita yang sering kali mengaitkan kebahagiaan dengan usia muda, tubuh sehat, atau kesuksesan duniawi. Ia menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari hati yang yakin kepada Allah. Meskipun tubuh renta, ia tetap periang. Meskipun masa mudanya telah berlalu, semangatnya tidak pernah padam. Ia menua dalam syukur, bukan keluhan.
Dalam hadis sahih, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Sarah menjadi contoh nyata dari hati yang penuh iman dan amal yang ikhlas. Ia tidak menyerah pada usia, tidak larut dalam kesedihan karena lama menunggu anak, dan tidak goyah menghadapi kehidupan di bawah tekanan kekuasaan zalim. Sebaliknya, ia tetap tersenyum karena tahu, rahmat Allah selalu datang tepat waktu.
Refleksi bagi Perempuan Zaman Kini
Bagi perempuan modern, Sarah mengajarkan bahwa kekuatan batin dan optimisme spiritual adalah fondasi sejati kehidupan. Dalam dunia yang sering menilai perempuan dari penampilan, usia, dan peran sosial, Sarah hadir sebagai simbol bahwa nilai seorang wanita ditentukan oleh iman dan kesabarannya.
Ia tidak menolak takdir, tidak meratap pada usia tua, dan tidak berhenti berharap. Justru di masa tuanya, ia menemukan makna tertinggi dalam hidup yaitu menjadi ibu dari seorang nabi dan nenek moyang bangsa pilihan.
Allah berfirman, “Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhannya).” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Sarah hidup dengan prinsip ini: menyerahkan semuanya kepada Allah dengan hati yang lapang dan wajah yang ceria. Tidak heran jika Al-Qur’an menggambarkannya sebagai wanita yang tersenyum, karena di dalam senyum itu ada keikhlasan yang dalam.
Kisah Sarah bukan hanya sekedar catatan sejarah. Tetapi menjadi cermin bagi jiwa yang ingin belajar bersyukur. Bahwa setiap usia memiliki maknanya sendiri, dan setiap takdir mengandung rahmat tersembunyi. Ketika kita belajar melihat hidup dengan kacamata iman, setiap peristiwa akan terasa ringan. Bahkan dalam menghadapi peristiwa yang paling sulit sekalipun.
Maka, tersenyumlah seperti Sarah. Tersenyumlah pada ujian, karena di baliknya ada janji Allah. Tersenyumlah pada waktu, karena ia tidak mencuri kebahagiaan, melainkan mendewasakan.
Dan tersenyumlah pada diri sendiri, karena sebagaimana Sarah, kita pun dicintai oleh Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
