Kisah
Beranda » Berita » Dari Pengasingan ke Singgasana: Jejak Sunyi Najashi Sebelum Menjadi Raja Adil

Dari Pengasingan ke Singgasana: Jejak Sunyi Najashi Sebelum Menjadi Raja Adil

Raja Najashi (Ilustrasi)
Raja Najashi (Ilustrasi)

SURAU.CO-Najashi lahir sebagai putra seorang raja Habasyah. Ia tumbuh dalam lingkungan istana yang megah, namun penuh intrik dan perebutan kekuasaan. Setelah sang ayah wafat, para bangsawan merebut takhta dan menyingkirkan Najashi. Mereka membawa Najashi keluar dari istana dan menjualnya sebagai budak agar ia tidak kembali menuntut kekuasaan.

Najashi hidup dalam pengasingan. Ia mengangkat barang, menggembala ternak, dan tidur di lantai tanah. Ia menyaksikan rakyat kecil bekerja keras demi sesuap makanan, sementara istana tenggelam dalam kemewahan dan kelalaian. Saat itu, ia mulai memahami bahwa kekuasaan tanpa keadilan hanya melahirkan penderitaan.

Alih-alih meratapi nasib, Najashi belajar dari setiap luka. Ia memperhatikan bagaimana orang sederhana saling membantu, bagaimana mereka tetap menjaga iman meskipun hidup dalam tekanan. Dari sana, ia menanam keyakinan bahwa seorang pemimpin harus berdiri bersama rakyat, bukan berada di atas mereka.

Kembalinya Najashi ke Istana

Tahun-tahun berikutnya, Habasyah jatuh dalam kekacauan. Raja pengganti ayah Najashi memerintah dengan zalim. Pajak meningkat, rakyat menderita, dan para pemimpin suku mulai memberontak. Seorang jenderal tua yang bijak menyadari bahwa mereka membutuhkan pemimpin yang lebih layak. Ia berkata:
“Kita memiliki putra raja yang cerdas dan berhati bersih. Hanya dia yang mampu menyelamatkan negeri ini.”

Para petinggi kerajaan mencari Najashi dan membebaskannya dari perbudakan. Mereka membawanya kembali ke istana. Najashi tidak menunjukkan dendam. Ia berkata, “Saya pulang bukan untuk membalas, tetapi untuk memperbaiki negeri ini.”

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Rakyat menyambutnya. Mereka menobatkannya sebagai raja Habasyah. Setelah itu, Najashi menghapus pajak yang menekan rakyat. Ia membongkar korupsi istana, memulihkan hukum, dan mempertemukan bangsawan dengan rakyat jelata dalam satu majelis. Ia memilih hidup sederhana: makan bersama rakyat, berjalan tanpa pengawal berlebihan, dan mendengar setiap keluhan dengan sabar.

Pertemuan Najashi dengan Islam

Saat Islam tumbuh di Makkah, kaum Quraisy menyiksa kaum Muslimin. Rasulullah ﷺ mengarahkan sebagian sahabat untuk berhijrah ke Habasyah. Nabi berkata:
“Di Habasyah ada seorang raja yang tidak menzalimi siapa pun. Pergilah ke sana.”

Najashi menerima rombongan pertama hijrah dengan tangan terbuka. Utusan Quraisy datang membawa hadiah besar dan meminta Najashi mengembalikan para pengungsi. Namun, Najashi menolak mengambil keputusan sebelum mendengar kedua belah pihak.

Ia memanggil Ja’far bin Abi Thalib. Ja’far membacakan ayat-ayat Surah Maryam tentang kelahiran Nabi Isa dan kemuliaan Maryam. Najashi menangis. Para pendeta di sekitarnya pun ikut menangis. Najashi berkata:
“Demi Allah, apa yang engkau bacakan dan apa yang dibawa Isa berasal dari cahaya yang sama.”

Ia melindungi kaum Muslimin dan berkata kepada utusan Quraisy:
“Pergilah. Selama aku hidup, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian.”

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Sejak itu, Najashi menyimpan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dalam hatinya. Ia tidak mengumumkan secara terbuka karena menjaga stabilitas negeri, namun ia beriman dengan tulus.

Akhir Hayat Najashi dan Penghormatan Rasulullah ﷺ

Tahun-tahun berlalu. Islam semakin kuat di Madinah. Suatu hari Rasulullah ﷺ berkata kepada para sahabat:
“Saudara kalian, Raja Najashi, telah wafat.”

Para sahabat terkejut karena tidak ada berita dari Habasyah. Namun Rasulullah ﷺ mengetahui langsung dari wahyu. Beliau kemudian menyalatkan jenazah Najashi secara ghaib — sebuah penghormatan langka untuk seorang raja yang memeluk Islam secara diam-diam.

Najashi wafat dalam keadaan beriman. Ia meninggalkan warisan besar: keadilan, keberanian moral, dan ketundukan kepada kebenaran.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement