Surau.co. Tawakal dalam Islam adalah napas yang menjaga hati tetap hidup di tengah ketidakpastian dunia. Ia bukan sekadar sikap pasrah, melainkan puncak dari usaha dan keyakinan. Orang yang bertawakal tidak berhenti berjuang; ia tetap melangkah dengan mantap sambil menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Dalam Bulūgh al-Marām min Adillat al-Aḥkām, Al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī menjelaskan bahwa tawakal merupakan bagian tertinggi dari iman. Sebab, tawakal menuntut kepercayaan total kepada ketentuan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda sebagaimana diriwayatkan dalam Bulūgh al-Marām:
«لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا»
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki: ia pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.”
(HR. al-Tirmiżī)
Makna hadits ini begitu jelas. Burung tidak duduk diam menunggu, ia tetap terbang mencari makan. Begitulah hakikat tawakal: berusaha sekuat tenaga, tetapi tetap tenang karena yakin bahwa Allah-lah yang menentukan segalanya.
Fenomena Kehidupan: Berjuang Tapi Tak Tenang
Di dunia modern, banyak orang bekerja keras tanpa merasa tenang. Target terus bertambah, ambisi tak pernah reda. Mereka mengejar hasil siang dan malam, tetapi tidur pun tetap gelisah. Di sinilah tawakal menjadi kunci—penenang hati setelah usaha maksimal dilakukan.
Ibn Ḥajar menegaskan bahwa tawakal bukan bentuk keputusasaan. Justru, ia adalah keseimbangan antara ikhtiar dan iman. Tanpa usaha, tawakal berubah menjadi kemalasan; tanpa tawakal, usaha menjelma kesombongan.
Suatu ketika, seorang sahabat meninggalkan untanya tanpa diikat karena ingin “bertawakal.” Rasulullah ﷺ lalu bersabda:
«اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ»
“Ikatlah terlebih dahulu, lalu bertawakallah.”
(HR. al-Tirmiżī, dikutip dalam Bulūgh al-Marām)
Pesan Nabi ini sederhana tapi tegas. Tawakal tidak menghapus tanggung jawab. Mengikat unta adalah bagian dari ikhtiar, sedangkan menyerahkan hasil kepada Allah adalah bentuk tawakal. Keduanya harus berjalan seiring agar hidup tetap seimbang.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering terjebak di dua kutub ekstrem. Ada yang terlalu percaya pada diri sendiri hingga lupa berdoa, dan ada pula yang menyerah sebelum berjuang. Padahal, justru keseimbangan di antara keduanya yang membuat jiwa tetap hidup.
Saat Takdir Tak Sesuai Rencana
Tidak semua usaha berakhir seperti yang kita harapkan. Ada doa yang terasa tak kunjung dijawab, rencana yang gagal, atau jalan yang berbelok dari harapan. Namun, di titik inilah tawakal diuji dengan sebenar-benarnya.
Ibn Ḥajar dalam Bulūgh al-Marām mengutip sabda Rasulullah ﷺ yang menenangkan hati setiap orang yang kecewa:
«احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ»
“Bersemangatlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika sesuatu menimpamu, jangan berkata ‘andai aku berbuat begini’, tetapi katakanlah ‘ini sudah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.’”
(HR. Muslim)
Hadits ini mengajarkan keseimbangan batin: berjuang sepenuh tenaga, lalu menerima hasilnya dengan lapang. Kita boleh kecewa, tapi tidak boleh kehilangan iman.
Seperti kata Gus Mus, “Yang membuat kita lelah bukan usaha, tapi keinginan agar semuanya sesuai kehendak kita.” Karena itu, tawakal berarti membiarkan Allah memilih yang terbaik, bahkan ketika hati belum mampu memahami alasannya.
Tawakal dan Ketenangan Ruhani
Lebih dari sekadar konsep, tawakal adalah terapi spiritual yang menyembuhkan hati dari gelisah dan putus asa. Ibn Ḥajar menafsirkan tawakal sebagai ketundukan total kepada Allah, tanpa mengabaikan sebab-sebab duniawi yang disyariatkan.
Allah menegaskan dalam Al-Qur’an:
﴿وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ﴾
“Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.”
(QS. ath-Thalāq [65]: 3)
Ayat ini menuntun kita untuk mencari ketenangan bukan dari kepastian hasil, melainkan dari keyakinan bahwa Allah cukup. Dengan keyakinan itu, manusia tak lagi terikat pada hasil, tapi pada kasih Tuhan yang lebih luas dari segalanya.
Tawakal tidak menghapus kesedihan, tetapi membuatnya lebih mudah dipikul. Ia tidak menghapus ketakutan, namun menenangkannya. Sebab, setiap hal yang terjadi sudah berada dalam genggaman kasih Allah.
Menjadi Manusia yang Tenang di Tengah Ketidakpastian
Di tengah kehidupan yang serba cepat, tawakal ibarat oasis bagi hati yang kehausan. Banyak orang berlari mengejar dunia, tetapi sedikit yang belajar menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Tawakal tidak berarti berhenti bekerja keras; ia justru mengajarkan cara bekerja dengan hati yang damai. Orang yang bertawakal tidak kehilangan semangat, tapi juga tidak diperbudak ambisi. Ia kuat tanpa harus keras, sabar tanpa harus lemah.
Rasulullah ﷺ menjadi teladan terbaik dalam hal ini. Beliau berstrategi dengan matang, berdoa dengan sungguh-sungguh, lalu berkata:
“Hasbunallāhu wa ni‘mal wakīl” — “Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.”
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 173)
Kata Gus Mus yang lembut pun mengingatkan kita: “Tawakal itu seperti mengarungi laut. Kau harus mendayung sekuat tenaga, tapi biarkan arah angin menjadi urusan Tuhan.”
Refleksi: Antara Berusaha dan Berserah
Tawakal mengajarkan bahwa hidup bukan soal menang atau kalah, tetapi tentang menerima segala hal dengan lapang dada. Ia membebaskan hati dari cengkeraman hasil dunia dan menuntun jiwa menuju ridha Allah.
Setelah segala usaha dilakukan, biarkan hati beristirahat. Sebab, di situlah tawakal bekerja—menumbuhkan ketenangan yang tak bisa dibeli, dan meneguhkan keyakinan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan.
Dan ketika hasil akhirnya tidak sesuai rencana, ucapkanlah dengan lembut,
“Ini bukan akhir, melainkan bagian dari rencana Allah yang lebih besar.”
* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
