SURAU.CO-KH. Said Aqil Siraj, KH. Said Aqil Siraj menjadi sosok ulama yang tidak hanya memahami teks agama, tetapi juga mampu menerjemahkannya menjadi energi kedamaian di tengah masyarakat. Lahir dari tradisi pesantren yang sarat kesederhanaan dan keikhlasan, ia membawa pesan Islam rahmatan lil ‘alamin dengan cara yang membumi. Bukan hanya dalam forum ilmiah, tetapi juga dalam percakapan santai bersama santri, masyarakat desa, hingga ruang diskusi lintas iman.
Sejak muda, beliau belajar langsung dari para kiai kharismatik, menghafal kitab kuning, serta mendalami filsafat, tasawuf, dan sejarah Islam. Pengalaman belajar di Makkah memperkaya pandangannya tentang dunia Islam yang luas, tetapi tetap ia sandingkan dengan akar budaya Nusantara. Dari sinilah lahir keyakinan bahwa Islam tidak datang untuk menghapus budaya, melainkan menyempurnakannya dengan akhlak.
Kemudian, pandangannya sering dianggap berbeda oleh sebagian kalangan karena ia menolak keras narasi Islam yang mengeras. Menurutnya, agama tidak boleh dijadikan alat politik kebencian. Justru, ia menegaskan bahwa agama hadir untuk memperhalus akhlak, memperkuat cinta tanah air, dan menyatukan perbedaan. Meski pandangan ini menuai kritik, namun ia tetap berjalan dengan teguh dan tenang.
Selain itu, KH. Said Aqil membuktikan bahwa pesantren bukan tempat yang tertinggal dari zaman. Melalui ceramah, buku, hingga media digital, ia menjadikan pesantren sebagai pusat peradaban. Santri tidak hanya diajarkan ibadah, tetapi juga diajak berdialog, berpikir kritis, dan menerima perbedaan sebagai bagian dari rahmat Tuhan.
Jejak Intelektual KH. Said Aqil Siraj dan Pesantren Damai
Jejak intelektualnya dimulai dari Pesantren Lirboyo, lalu berlanjut di Universitas Umm Al-Qura Makkah. Di sana ia mendalami ilmu kalam, tasawuf, dan sejarah pemikiran Islam. Namun, setiap ilmu yang ia pelajari selalu kembali ia kaitkan dengan realitas umat di tanah air. Hal ini membuat pemikirannya tidak tercerabut dari akar budaya.
Di mata santri, beliau adalah sosok guru yang mendidik dengan kelembutan namun tetap tegas. Ia sering berkata, “Adab itu lebih tinggi dari ilmu.” Kalimat sederhana ini menjadi prinsip pengajaran bagi ribuan murid. Mereka menyaksikan langsung bagaimana beliau mendahulukan akhlak sebelum perdebatan dalil.
Kemudian, dalam konteks kebangsaan, ia menyuarakan bahwa menjaga Indonesia adalah bagian dari iman. Menurutnya, ulama tidak hanya berdzikir, tetapi juga harus menjaga tanah air dari perpecahan. Sikap ini ia wujudkan melalui dialog lintas agama, seminar internasional, hingga diplomasi budaya ke berbagai negara.
Lebih lanjut, ia menolak tuduhan bahwa pesantren melahirkan radikalisme. Baginya, radikalisme tumbuh dari agama yang dipahami secara sempit dan terputus dari tradisi. Pesantren, sebaliknya, mengajarkan cinta, kesabaran, dan tanggung jawab sosial.
Gagasan Abadi tentang Toleransi dan Islam Rahmah
Gagasan abadi KH. Said Aqil Siraj berpusat pada toleransi, Islam damai, serta penghormatan terhadap budaya lokal. Menurutnya, tahlilan, selawatan, dan gotong royong adalah ekspresi Islam Nusantara yang sarat nilai kasih. Ia tidak ingin umat Islam menjadi asing di tanah sendiri hanya karena menolak tradisi leluhur.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa dakwah tidak cukup hanya dengan kata, tetapi harus melalui keteladanan. Karena itu, ia selalu mencerminkan kedamaian dalam sikap, bahkan kepada mereka yang berbeda pandangan. Inilah pelajaran penting yang sering terlupakan generasi muda di tengah hiruk-pikuk media sosial.
Lebih jauh, pandangan ini relevan lintas zaman. Ketika dunia dilanda konflik identitas dan informasi palsu, gagasan beliau tentang agama sebagai perekat bukan pemecah tetap menjadi jalan keluar. Pengalaman langsung santri dan pengikutnya menjadi bukti bahwa gagasan ini bukan sekadar teori.
Akhirnya, kiprah beliau menunjukkan bahwa pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga pusat lahirnya gagasan besar yang menyatukan bangsa. Warisan pemikirannya tak lekang oleh waktu dan terus mengalir sebagai cahaya damai dari Nusantara. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
