SURAU.CO-Cirebon adalah salah satu kota besar yang ada di provinsi Jawa Barat dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Menurut cerita yang berkembang, Cirebon berasal dari kata “caruban” yang berarti campuran. Hal ini berdasarkan sejarah mayoritas masyarakat Cirebon dulunya merupakan campuran dari kelompok pedagang pribumi dengan keluarga-keluarga Cina yang telah menganut Islam.
Menurut buku Sadjarah Banten, satu rombongan keluarga Cina pada awalnya mendarat dan menetap di Gresik. Kemudian mereka kemudian masuk Islam. Pada saat itu, Sunan Gresik menyerbarkan dakwah Islam. Dalam rombongan keluarga Cina tersebut, terdapat seorang yang paling terkemuka, yaitu Cu-cu, yang juga disebut Arya Sumangsang atau Prabu Anom. Keluarga Cu-cu ternyata dapat mencapai kedudukan dan kehormatan tinggi dalam Kesultanan Demak, sehingga mendapat kepercayaan pemerintah untuk mendirikan perkampungan di daerah barat. Berkat kesungguhan dan ketekunan mereka bekerja, berdirilah sebuah perkampungan yang terkenal dengan nama Cirebon.
Versi lain asal nama Cirebon
Akan tetapi, dalam satu versi lain, nama Cirebon berasal dari kata cai yang berarti air dan rebon yang berarti udang. Jadi makna keseluruhan, Cirebon adalah air udang. Pengambilan nama tersebut berdasarkan sejarah tentang mayoritas penduduk asli Caruban yang berprofesi sebagai petani tambak dan penghasil ataupun pedagang terasi dan udang. Dalam perkembangannya, kita mengetahui bahwa penduduk asli Caruban berprofesi sebagai nelayan dan pedagang. Namun, seiring waktu, mereka mulai beralih profesi sebagai pembuat petis yang bahannya berasal dari udang rebon yang mereka campur dengan air. Oleh karena itu, daerah Caruban berganti nama menjadi padukuhan Cirebon. Kemudian, kota ini berkembang pesat dan menjadi salah satu bandar dagang yang terkenal di Jawa Barat. Pada daerah Cirebon ini, pada masa lalu, juga berdiri Kesultanan Cirebon, yang merupakan kesultanan Islam terbesar selain Kesultanan Banten.
Peran Ki Cakrabuana
Sejarah berdirinya Kesultanan Cirebon menurut sebagian para ahli sejarah, berpendapat bahwa Kesultanan Cirebon berdiri pada tahun 1479 yang didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Pada awalnya, Cirebon adalah daerah hutan yang berpotensi menjadi kota besar.
Sunan Gunung Jati, yang melihat bahwa daerah tersebut sangat berpotensi untuk menjadi sebuah daerah yang maju dan besar, kemudian memerintahkan Walangsungsang—yang merupakan murid kesayangannya—untuk membuat padukuhan di daerah tersebut. Walangsungsang, dalam cerita-cerita lain, kemudian dikenal dengan Ki Cakrabuana. Penunjukan Ki Cakrabuana bukan tanpa alasan. Syekh Idhofi memilihnya karena beliau merupakan anak dari Prabu Siliwangi, yang saat itu menjabat sebagai Raja Sunda Pajajaran
Ki Cakrabuana memberi nama daerahnya menjadi Tegal Alang-alang setelah mengubah daerah hutan itu menjadi sebuah pedukuhan kecil. Lambat laun, Tegal Alang-alang berubah nama menjadi padukuhan Caruban. Selain itu, letak strategis padukuhan Caruban yang berada dekat daerah pesisir mendukung daerah itu banyak disinggahi oleh para pedagang. Caruban sendiri menjadi sentra penghasil udang dan terasi, hingga akhirnya para pendatang menetap di Caruban.
Agama Islam berkembang pesat
Padukuhan Caruban yang tadinya sepi berubah menjadi padukuhan yang ramai. Hal itu juga menyebabkan agama Islam berkembang pesat di Caruban. Setelah bertahun-tahun Ki Cakrabuana menjadi Kepala Padukuhan atau Kuwu Caruban, Ki Cakrabuana akhirnya memberikan jabatan Kepala Padukuhan kepada anak Rara Santang, sekaligus menantunya, yang bernama Syarif Hidayatullah. Saat itu, Syarif Hidayatullah baru saja kembali dari Mesir setelah mengikuti ayahnya, seorang Raja Mesir. Namun, setelah ayahnya wafat, beliau kembali ke Caruban. Setelah menjabat sebagai Kepala Padukuhan Caruban, Syarif Hidayatullah membentuk pemerintahan Cirebon yang berbentuk kesultanan. Dalam perkembangannya, Cirebon selalu menjalin hubungan erat dengan Demak, terutama dalam bidang perdagangan.(St.Diyar)
Referensi: Binuko Amarseto, Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, 2015
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
